BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
• Walaupun dilaporkan bahwa tingkat kejadian deramtofitosis tinggi di
Indonesia, penelitian ini melaporkan kejadian dermatofitosis sebanyak 35 kasus, yang memiliki jumlah yang konstan dengan tahun sebelumnya, yaitu
sebesar 48 kasus. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara pasti prevalensi dermatofitosis ini.
• Tinea cruris merupakan tipe dermatofitosis yang memiliki prevalensi paling
banyak pada penelitian ini. •
Perbandingan prevalensi antara jenis kelamin perempuan dan laki-laki yang mengalami dermatofitosis tidaklah berbeda jauh secara signifikan.
• Dari hasil penelitian ini, kelompok usia yang paling banyak menderita
dermatofitosis adalah 46-60 tahun. •
Setengah dari kasus dermatofitosis yang menunjukakan hasil positif pada pemeriksaan KOH.
• Setengah dari kasus dermatofitosis yang terjadi disertai dengan penyakit
penyerta. •
Gambaran lesi dermatofitosis menunjukkan gambaran yang relatif sama pada setiap tipe tinea yaitu berupa bercak plak makula yang hiperpigmentasi
eritema dengan pinggir polisiklik yang aktif.
Universitas Sumatera Utara
6.2. Saran
• Bagi penelitian selanjutnya perlu dilaksanakan lebih banyak penelitian yang
memperdalam lebih jauh topik-topik tentang dermatofitosis berupa besar prevalensinya jika dibandingkan dengan semua penyakit kulit. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui angka pasti besarnya tingkat kejadian dermatofitosis. •
Bagi penelitian-penelitian selanjutnya juga diperlukan untuk melakukan penelitian yang bersifat analitik yaitu dengan melakukan kultur jamur
dermatofita penyebab dermatofitosis sebagai gold standard dan
membandingkannya dengan penegakan diagnosa dermatofitosis secara klinis tanpa kultur jamur untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan
antara keduanya. •
Karena lebih dari 50 kasus dermatofitosis diikuti oleh underlying diseases, maka diperlukan studi yang mencari hubungan antara kedua penyakit ini
sehingga tingkat kejadian dermatofitosis dapat diturunkan pada orang-orang yang beresiko.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA