Imunitas dan Patogenesis Dermatofitosis

tropis, terdapat perbedaan yang signifikan terhadap frekuensi kasus dan isolasi spesies jamur yang sumbernya bukanlah manusia. Banyak perbedaan tersebut berubah berdasarkan perubahan populasi. Transmisi manusia ke manusia biasanya membutuhkan kontak yang dekat dengan subjek yang terinfeksi dikarenakan virulensi dan infektivitas dermatofita yang rendah. Biasanya transmisi ini terjadi di dalam lingkungan keluarga ataupun pada situasi yang memungkinkan kontak langsung dengan kulit ataupun rambut yang terinfeksi. Anak-anak di bawah usia pubertas rentan terhadap terjadinya ringworm pada kulit kepala. Infeksi jamur zoofilik, terutama ternak, anjing, dan kucing cattle ringworm dapat menyebabkan respon inflamasi berupa lesi pustular yang disebut sebagai kerion. Pada usia dewasa, infeksi pada bagian selangkangan merupakan infeksi yang paling sering terjadi tinea cruris. Hay RJ, 2004

2.2.4. Imunitas dan Patogenesis Dermatofitosis

Secara umum, dermatofitosis terjadi mulai dari stadium inflamasi hingga penyembuhan secara spontan. Fagosit menggunakan jalur oksidatif dalam membunuh jamur baik secara intraseluler maupun ekstraseluler. Sangat sedikit yang diketahui mengenai faktor-faktor yang dapat memperantarai respon hospes pada infeksi ini dan apakah menghasilkan kekebalan yang berarti terhadap pajanan selanjutnya. Antibodi mungkin dihasilkan pada saat infeksi, tetapi memainkan peranan yang tidak berarti terhadap imunitas tubuh. Dermatofita hanya menginvasi stratum korneum dan inflamasi yang disebabkan merupakan hasil produk metabolisme jamur dan reaksi hipersensitifitas yang lambat Weller et al., 2008. Kebanyakan bukti klinis dan eksperimen mengarah terhadap Cell-Mediated Immunity CMI seperti pada kasus jamur yang lain. Lamanya respon inflamasi terhadap infeksi berhubungan dengan kemunculan reaksi hipersensitivitas lambat dan penyembuhan infeksi dihubungkan dengan respon limfost T blastogenik. Proses deskuamasi dengan respon inflamasi membantu pelepasan kulit yang terinfeksi. Universitas Sumatera Utara Biasanya, infeksi oleh dermatofita ini dapat berlangsung secara kronis dan menyebar, di mana progresivitas ini dikaitkan dengan faktor hospes dan organisme penyebab. Hampir setengah dari pasien memiliki penyakit penyebab yang mempengaruhi respon imun tubuh mereka ataupun mengkonsumsi pengobatan yang dapat menurunkan fungsi limfosit T. Infeksi kronis ini dikaitkan dengan Trichophyton rubrum, yang baik pada pasien normal ataupun immunocompromised memperlihatkan respon yang rendah. Walaupun beberapa mekanisme patogenitas telah dijelaskan perihal bagaimana cara organisme ini tumbuh tanpa menstimulasi proses inflamasi yang berarti belum dapat dijelaskan. Ryan et al., 2004 Dermatofitosis mulai terjadi ketika lesi kulit yang mengalami trauma kontak langsung dengan hifa dermatofita yang berasal dari infeksi lain. Kerentanan dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor lokal seperti komposisi asam lemak permukaan kulit misalnya. Ketika stratum korneum terpenetrasi, jamur akan berproliferasi pada lapisan keratin kulit yang diperantarai oleh beberapa jenis proteinase. Onset infeksi tergantung pada lokasi anatomi, kelembaban, dinamika pertumbuhan dan deskuamasi kulit, kecepatan dan penyebaran respon inflamasi, dan spesies penginfeksi. Misalnya, jika organisme tumbuh sangat lambat pada stratum korneum dan proses deskuamasi kulit tidak terganggu, maka infeksi akan berlangsung singkat dan menimbulkan tanda dan gejala yang ringan. Proses inflamasi akan meningkatkan kecepatan pertumbuhan deskuamasi kulit dan membantu membatasi perkembangan infeksi, sedangkan agen imunosupresan seperti steroid akan menurunkan pengelupasan lapisan kulit sehingga memperpanjang masa infeksi. Invasi ke struktur kulit yang lebih dalam jarang terjadi oleh karena infeksi ini bersifat self-limited. Akan tetapi, ketika kecepatan pertumbuhan jamur dan proses deskuamasi berada dalam keadaan seimbang dan proses inflamasi sangat rendah, maka penyakit ini dapat bersifat kronis. Penyebaran infeksi ini terjadi secara lateral dan proses inflamasi yang terkait akan menghasilkan karakteristik batas yang tegas yang dulunya disebut sebagai lubang cacing, sehingga penyakit ini dinamakan sebagai ringworm atau dalam bahasa Latin disebut sebagai tinea yang berarti cacing. Universitas Sumatera Utara Infeksi dapat menyebar dari kulit ke struktur lain yang mengandung keratin, seperti rambut dan kuku, atau juga terinvasi secara langsung. Batang rambut akan dipenetrasi oleh hifa, baik dalam bentuk ectothrix artrokonidia yang membentuk sarung di sekitar batang rambut maupun endothrix artrokonidia yang membentuk sarung di dalam batang rambut. Hal ini akan berdampak terhadap kerusakan struktur batang rambut yang pada akhirnya berujung pada rambut patah. Kehilangan rambut pada akar dan penarikan folikel rambut yang disebabkan oleh elemen jamur dapat terjadi. Invasi bantalan kuku akan menyebabkan reaksi hiperkeratosis yang akan merubah bentuk kuku tersebut. Weller et al., 2008

2.2.5. Manifestasi Klinis Dermatofitosis