Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Menurut Sondang P.Siagian 1999, pembangunan merupakan suatu usaha atau rangkaian pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju pada modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Sedangkan menurut Bintoro 1988 bahwa pembangunan dapat diartikan pula sebagai suatu proses pembaharuan yang kontinyu dan terus menerus dari suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Pemerintah Indonesia memiliki komitmen sangat kuat untuk mencapai target water supply and sanitation – Millenium Development Goals WSS- MDGs, yaitu menurunnya jumlah penduduk yang belum mempunyai akses air minum dan sanitasi dasar sebesar 50 pada tahun 2015. Berdasarkan UU Nomor 322004 tentang pemerintah daerah dan UU Nomor 332004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pemerintah daerah bertanggungjawab penuh untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat di daerahnya masing-masing, termasuk pelayanan air minum dan sanitasi. Namun demikian, bagi daearah-daerah dengan wilayah perdesaan relatif luas, berpenduduk miskin relatif tinggi dan mempunyai kapasitas fiskal rendah, pada umumnya kemampuan mereka sangat terbatas, sehingga memerlukan dukungan finansial utnuk membiayai investasi yang dibutuhkan 1 commit to user dalam rangka meningkatkan kemampuan pelayanannya kepada masyarakat, baik untuk investasi fisik dalam bentuk sarana prasarana, maupun investasi non –fisik yang terdiri dari manajemen, teknis, dan pengembangan sumber daya manusia. Menurut Bappeda Propinsi Jawa Tengah 2003 mengatakan kelemahan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di masa lalu antara lain : 1. Berorientasi pada pertumbuhan ekonomi makro. 2. Kebijakan terpusat. 3. Lebih bersifat karitatif. 4. Memposisikan masyarakat sebagai obyek. 5. Cara pandang tentang kemiskinan yang diorientasikan pada ekonomi. 6. Asumsi permasalahan dan penanggulangan kemiskinan yang sering dipandang sama. Sehubungan dengan itu perlunya pola baru dalam penanganan kemiskinan yang lebih berorientasi pada kemandirian dan berkelanjutan upaya – upaya masyarakat, pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. Oleh karena itu pemahaman tentang data kemiskinan sangat diperlukan untuk memberikan informasi kepada pengambil kebijakan yang ditujukan untuk pengentasan kemiskinan. Program WSLIC 3 pamsimas merupakan salah satu program dan aksi nyata pemerintah pusat dan daerah dengan dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui air dan lingkungan. commit to user Menurut Departemen Kesehatan, dari 1000 bayi lahir 50 di antaranya meninggal dunia karena diare. Hal ini sering terkait dengan penggunaan air yang tercemar tinja. Suplai air bersih yang lebih baik diperkirakan mampu mengurangi angka kematian akibat diare sebesar 21. Sedangkan sanitasi yang lebih baik diperkirakan mampu mengurangi angka kematian akibat diare sebesar 37,5. Tindakan sederhana seperti mencuci tangan memakai sabun di saat-saat tepat dapat mengurangi angka kejadian diare sampai 35. Sekalipun demikian, sanitasi tetap menjadi prioritas rendah dengan anggaran yang minim di kota-kota besar. Hal ini terutama karena manfaat langsung yang dirasakan lebih minim ketimbang manfaat investasi dalam bentuk pembangunan perumahan, jalan, pasar dan sekolah ESP News, Volume 8, 2006 2 Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Pemenuhan kebutuhan akan air bersih untuk skala nasional, cakupan pemakaian air bersih baru mencapai 76,41 63,37 di pedesaan dan 91,8 di perkotaan, dimana dari angka tersebut hanya separuhnya 52 yang memenuhi syarat bakteriologis air bersih, sedangkan cakupan penduduk yang memakai jamban adalah sekitar 66,03 54,2 di pedesaan dan 85,89 di perkotaan. Melihat data tersebut maka penduduk Indonesia masih kurang dalam mengakses air bersih dilihat dari kualitas dan kuantitas. Menghadapi situasi yang demikian, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan kebijakan dan strategi baru dalam suatu “Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan sebagai Strategi Nasional menuju Idonesia Sehat 2010”. Dalam strategi tersebut telah ditetapkan bahwa lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bebas dari polusi, commit to user tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan permukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang berperilaku hidup sehat dan saling tolong menolong dengan memelihara budaya bangsa. Program penyediaan sarana dan prasarana masyarakat seperti sarana air minum, sanitasi dan kesehatan lingkungan akan lebih efektif dan berkelanjutan apabila berbasis masyarakat, melibatkan seluruh masyarakat laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin dan menggunakan pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Tanggap terhadap kebutuhan berarti bahwa program menyediakan sarana dan kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat mau berkontribusi dan membiayai, mengelola dan memelihara sarana yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa memiliki. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang partisipatif agar masyarakat mau dan mampu berpartisipasi secara aktif dalam menyiapkan, melaksanakan, mengoperasionalkan dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan di masyarakat dan di lingkungan sekolah. Tujuan dari program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat Pamsimas adalah untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi guna mengubah perilaku hidup bersih dan sehat PHBS masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah masyarakat miskin pedesaan dan peri-urban. Secara khusus program Pamsimas bertujuan untuk : meningkatkan praktek hidup sehat di masyarakat, akses terhadap sarana air commit to user minum dan sanitasi yang berkelanjutan, kapasitas lokal baik pemerintah lokal maupun masyarakat dalam menyebarluaskan model program penyediaan sarana air minum dan sanitasi, efektifitas dan keberlanjutan jangka panjang dari infrastruktur sarana air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat serta pembangunan ekonomi desakelurahan dalam mendukung operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang telah dibangun. Kegiatan program Pamsimas dibagi menjadi lima bagian : a pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan lokal, pembiayaan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan lokal dalam rangka mengarusutamakan dan menyebarluaskan pendekatan Pamsimas terhadap peningkatan akses terhadap sarana air minum, sanitasi dan kesehatan, b dukungan terhadap kegiatan peningkatan sanitasi dan perilaku hidup sehat termasuk penyebaran pendekatan CLTS Community Led Total Sanitation atau sanitasi total berbasis masyarakat, kesehatan dan sanitasi sekolah serta promosi kesehatan, c dana hibah untuk penyiapan dan implementasi pembangunan sarana air minum dan sanitasi masyarakat dan sekolah, d dana hibah untuk inovasi dan insentif bagi Desa dan kabupaten dalam mengarusutamakan dan replikasi program Pamsimas, serta e dukungan administrasi dan manajemen program Pamsimas. Oleh karena itu, dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Bank Dunia pada tahun 2008 memberi bantuan untuk masyarakat yang terbatas akses air bersihnya, kekurangan sanitasi dasar serta berpenghasilan rendah miskin melalui program penyediaan air minum dan commit to user sanitasi berbasis masyarakat Pamsimas salah satunya di Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah. Posting pendanaan program PAMSIMAS: 1. APBNLoan Bank Dunia : Rp 192.500.000 70 2. APBD KabKota : Rp 27.500.000 10 3. Kontribusi Masy. Desa : Rp 11.000.000 4 cash Rp 44.000.000 16 tenaga material Total dana per Desa : Rp 275.000.000 Desa sasaran program Pamsimas Kabupaten Sragen tahun 2008 sebanyak sembilan Desa yaitu: Desa Jetis Kecamatan Sambirejo, Desa Tanggan Kecamatan Gesi, Desa Banyurip Kecamatan Jenar, Desa Jembangan Kecamatan Plupuh, Desa Kalangan Kecamatan Gemolong, Desa Sambirembe Kecamatan Kalijambe, Desa Ngandul Kecamatan Sumber Lawang, Desa Girimargo Kecamatan Miri dan Desa Gebang Kecamatan Sukodono. Semua Desa tersebut sudah melaksanakan dan menyelesaikan proses program, dan tentunya dengan berbagai opsi pilihan penyediaan air minum dan peningkatan sanitasi di Desanya masing-masing. Mendasar pada tujuan program Pamsimas, yaitu peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi guna mengubah perilaku hidup bersih dan sehat PHBS masyarakat, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil judul tesis ” Dampak Implementasi Program Pamsimas Terhadap Upaya Penanggulangan Kebutuhan Akses Air Minum dan Sanitasi Masyarakat Miskin Studi Kasus Di Kabupaten Sragen Tahun 2008”. commit to user

1.2 Rumusan Masalah