Program Penanggulangan Kemiskinan TINJAUAN PUSTAKA

commit to user P1 : Didefinisikan sebagai peluang suatu populasi untuk hidup sampai umur 40 th, metode yang digunakan sama dengan penghitungan untuk IPM. Data yang digunakan adalah data susenas. P2 : Didefinisikan sebagai angka buta huruf usia dewasa 15 tahun ke atas P 31: Didefinisikan sebagai persentase rumah tangga yang tidak menggunakan air PAM, air pompa, air sumur yang letaknya lebih dari 10 m dari septik tank. Indonesia biasanya dikumpulkan dari data Susenas 1998.

2.4 Program Penanggulangan Kemiskinan

Pemerintah sebenarnya telah melaksanakan upaya penanggulangan kemiskinan sejak pembangunan ber-pelita yaitu Pelita I yang sudah menjangkau pelosok tanah air. Upaya ini telah menghasilkan perkembangan yang positif. Namun demikian krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah menimbulkan lonjakan pengangguran dan meningkatkan kemiskinan. Disisi lain menyadarkan kita bahwa pendekatan yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan perlu dikoreksi atau diperkaya dengan upaya untuk meningkatkan taraf hidup. Ada beberapa alasan penting mengapa kemiskinan perlu mendapat perhatian untuk ditanggulangi, yaitu : 1. Kemiskinan merupakan kondisi yang kurang beruntung bagi kaum miskin, akses terhadap perubahan politik dan institusional sangat terbatas. 2. Kemiskinan merupakan kondisi yang cenderung menjerumuskan orang miskin ke dalam tindak kriminalitas. 3. Bagi para pembuat kebijaksanaan, kemiskinan itu sendiri juga mencerminkan kegagalan kebijaksanaan pembangunan yang telah diambil pada masa lampau commit to user Tjiptoherijanto, 1996 : 71. Sesungguhnya, Indonesia telah cukup memiliki perhatian terhadap kelompok miskin, terlihat dari berbagai produk hukum dan kebijakan yang telah dibuat selama ini. Hal ini mengindikasikan adanya perhatian khusus bagi mereka yang secara kategorial sangat miskin dan tidak bisa didekati dengan strategi ekonomi yang normal. Dengan kata lain, pemerintah memandangnya sebagai kewajiban sosial dengan memberikan bantuan – bantuan yang berformat hibah. Dasar hukum utama program penanggulangan kemiskinan adalah UUD 1945. pada pasal 34 UUD 1945 yang terdiri dari 4 ayat, dicantumkan secara jelas landasan program kemiskinan sebagai berikut : Ayat 1 : Fakir miskin dan anak – anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Ayat 2 : Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyrakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Ayat 3 : Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Ayat 4 : Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang undang. Khusus pada ayat 1 terlihat bahwa program bantuan untuk anak – anak terlantar dan fakir miskin bukanlah bantuan yang bertujuan untuk merangsang kemampuan ekonomi, setidaknya dalam waktu dekat. Kemudian dalam pasal 28 ayat 5 yang berbunyi “setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatandan manfaat yang sama guna mencapai commit to user persaman dan keadilan”. Ayat ini menunjukkan bahwa pemerintah diperbolehkan memberikan perlakuan yang khusus kepada satu kelompok masyarakat, sehingga prinsip “adil dalam peluang” dapat dikedepankan dengan memberikan kemampuan yang relatif seimbang pada mereka yang membutuhkan. Pada tingkatan yang lebih implementatif, dalam Undang – Undang No. 5 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional Propenas, disebutkan empat strategi penanggulangan kemiskinan, yaitu : 1. Penciptaan kesempatan create opportunity melalui pemulihan ekonomi makro, pembangunan yang baik, dan peningkatan pelayanan umum. 2. Pemberdayaan masyarakat people empowerment dengan meningkatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan politik. 3. Peningkatan kemampuan increasing capacity melalui pendidikan dan perumahan. 4. Perlindungan sosial social protection untuk mereka yang memiliki cacat fisik, fakir miskin, kelompok masyarakat yang terisolir, serta terkena pemutusan hubungan kerja PHK, dan korban konflik sosial. Poin keempat menunjukkan secara tegas perlunya kebijakan yang segmentatif, salah satunya berupa program perlindungan sosial yang mengkhususkan kelompok paling bawah. Tiga bentuk program sebelumnya poin 1, 2, dan 3 belum dapat diakses oleh kelompok paling miskin. Pemerintah juga menyadari bahwa keluarga miskin tidak saja berlokasi pada desa – desa miskin di wilayah terpencil dimana telah tercakup dalam program IDT, tetapi juga di tempat – tempat lain yang kurang terpencil bahkan di perkotaan. Karena itu paradigma commit to user baru dalam penanggulangan kemiskinan dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat melalui sasaran kelompok masyarakat tidak individual lagi dan setiap upaya pemberdayaan baik yang dilakukan pemerintah, dunia usaha maupun kelompok peduli masyarakat miskin seharusnya dipandang sebagai pancingan dan pemacu untuk menggerakkan ekonomi rakyat. Untuk itu maka dalam berbagai upaya penanggulangan kemiskinan memenuhi lima hal pokok sebagai berikut : a. Bantuan dana sebagai modal usaha. b. Pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat. c. Penyediaan sarana untuk memperlancar pemasaran hasil produksi barang dan jasa masyarakat. d. Pelatihan bagi aparat dan masyarakat. e. Penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat Sumodiningrat, 1997 : 7 dalam Niken S, 2007. Menurut Niken S, 2007 strategi kebijakan dalam mengurangi kemiskinan antara lain: 1. Pembangunan Sektor Petanian Sektor pertanian memiliki peranan penting di dalam pembangunan karena sektor tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan masyarakat di pedesaan berarti akan mengurangi jumlah masyarakat miskin. Terutama sekali teknologi disektor pertanian dan infrastruktur. 2. Pembangunan Sumberdaya Manusia commit to user Sumberdaya manusia merupakan investasi insani yang memerlukan biaya yang cukup besar, diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum, maka dari itu peningkatan lembaga pendidikan, kesehatan dan gizi merupakan langka yang baik untuk diterapkan oleh pemerintah. 3. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat Mengingat LSM memiliki fleksibilitas yang baik dilingkungan masyarakat sehingga mampu memahami komunitas masyarakat dalam menerapkan rancangan dan program pengentasan kemiskinan. Niken Setyaningsih, 2007

2.5 Arah Kebijakan Pembangunan