Konsep Kemiskinan TINJAUAN PUSTAKA

commit to user Pemberdayaan perempuan dapat berupa pemberdayaan hukum yang diintegrasikan dengan kegiatan pelayanan hukum yang dilengkapi dengan berbagai kegiatan pendidikan masyarakatpublik, advis hukum, dan reformasi hukum. Perempuan yang telah berdaya secara hukum atau dengan perkataan lain telah menyadari hak-hak hukumnya, maka dapat memberikan perlindungan terhadap dirinya sendiri. Pemberdayaan perempuan dapat juga diintegrasikan ke dalam kegiatan pembangunan sosial ekonomi seperti pembangunan desa, kesehatan masyarakat, kesehatan reproduksi dan perumahan. Perempuan yang telah berdaya dapat memfokuskan dirinya sebagai agent of change baik bagi perempuan lainnya maupun terhadap masyarakat pada umumnya yang akan memberikan sumbangan yang besar dalam upaya perlindungan perempuan dan lebih jauh lagi menekan kemiskinan perempuan Dewi Mayavanie Susanti.

2.2 Konsep Kemiskinan

Menurut Aris Munandar dalam Jurnal Universitas Paramadina Vol.2 No. 1, September 2002: 12-24, pembangunan adalah sebuah istilah yang sangat populer dalam kehidupan bangsa Indonesia, terutama pada masa Orde Baru. Kata ini seakan-akan menjadi suatu kekuatan besar yang memberikan energi dan motivasi kepada bangsa Indonesia untuk meraih keberhasilan dan kesejahteraan dalam segala aspek kehidupan. Kebijakan dan program pembangunan yang disusun setiap lima tahun Repelita sekali dengan Garis-garis Besar Haluan Negara GBHN sebagai landasan operasionalnya telah “membius” dan menambah keyakinan masyarakat akan kehebatan pembangunan. Hal ini diperkuat dengan laporan-laporan, data commit to user statistik, dan dukungan dunia internasional yang menunjukkan kesuksesan pelaksanaan pembangunan - menurunnya angka kemiskinan sampai 15 pada tahun 1990; angka pertumbuhan ekonomi PNB yang tinggi, mencapai 7,34 tahun 1993 dan pendapatan perkapita PDB mencapai 919 dolar per tahun; perkembangan teknologi dan industri industri pesawat terbang dan mobil nasional; serta indikator-indikator sosial-ekonomi lainnya - semakin menambah kepercayaan bangsa Indonesia akan keampuhan dan “kesaktian” kata pembangunan, meskipun dalam kenyataannya sebagian besar mereka hidup dalam kesulitan dan kebodohan karena kemiskinan. Kita terjebak dengan laporan dan angka-angka statistik yang begitu meyakinkan, karena selama itu Orde Baru keberhasilan dalam pencapaian pembangunan sangat bias ekonomi. Sebagaimana dikatakan oleh Arief Budiman 1995: Di Indonesia, kata pembangunan sudah menjadi kata kunci bagi segala hal. Secara umum, kata ini diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Seringkali, kemajuan yang dimaksud terutama adalah kemajuan material. Maka, pembangunan seringkali diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat dalam bidang ekonomi. Kemiskinan menurut pendekatan ilmu sosial dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf hidup kelompoknya dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Lebih lanjut Emil Salim berpendapat bahwa “Mereka dikatakan dibawah garis kemiskinan apabila commit to user pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain – lain” Emil Salim,1982:41. Pengertian “Miskin” menurut kamus yang disusun oleh WJS Porwadarminta, berarti “tidak berharta benda, serba kurang”. Sementara The Concise Oxford Dictionary memberikan definisi “ Poor ” sebagai “ Lacking adequate money or means to live comfortably ”. Dari kedua pengertian tersebut jelas sekali bahwa pengertian kemiskinan tidak semata-mata berhubungan dengan uang saja. Pengertian harta benda lebih luas dari sekedar uang. Demikian juga halnya dengan “ means to live comfortably ” Tjiptoheriyanto, 1996 : 109. Kemiskinan kemudian didefinisikan lebih luas dari sekedar miskin pendapatan. Menurut Reitsma dan Kleinpenning 1996 kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan seseorang, baik yang mencakup material maupun non-material. Selanjutnya Gunawan Sumodiningrat 1997:78 membedakan kemiskinan ke dalam tiga pengertian, yaitu : a. Kemiskinan Absolut Seseorang dikatakan miskin secara absolut apabila tingkat pendapatannya dibawah garis kemiskinan atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum, antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Rendahnya tingkat pendapatan itu terutama disebabkan oleh keterbatasan sarana dan prasarana fisik dan kelangkaan modal atau miskin karena sebab alami. commit to user b. Kemiskinan Relatif Adalah pendapatan seseorang yang sudah diatas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan masyarakat sekitarnya. Kemiskinan relatif erat kaitannya dengan masalah pembangunan yang belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pendapatan. c. Kemiskinan Kultural Kemiskianan kultural ini mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya tidak mau berurusan untuk memperbaiki tingkat kehidupan meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya. Adapun ciri – ciri mereka yang tergolong miskin menurut Gunawan Sumodiningrat 1997 adalah : 1. Sebagian besar dari kelompok yang miskin ini terdapat di pedesaan dan mereka ini umumnya buruh tani yang tidak memiliki lahan sendiri. Kalaupun ada yang memiliki tanah luasnya tidak seberapa dan tidak cukup untuk membiayai ongkos hidup yang layak. 2. Mereka itu pengangguran atau setengah menganggur. Kalau ada pekerjaan maka sifatnya tidaklah teratur atau pekerjaan tidaklah memberi pendapatan yang memadai bagi tingkat hidup yang wajar. 3. Mereka berusaha sendiri, biasanya dengan menyewa peralatan dengan orang lain. Usaha mereka kecil dan terbatas dengan ketiadaan modal. 4. Rata – rata semua tidak memiliki peralatan kerja atau modal sendiri. Kebanyakan dari mereka tidak berpendidikan, apabila ada, tingkat pendidikannya rendah. commit to user 5. Mereka kurang berkesempatan untuk memperoleh dalam jumlah yang cukup bahan kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, komunikasi dan fasilitas kesejahteraan sosial pada umumnya Gunawan Sumodiningrat, 1997 : 19 Menurut Mohtar Mas’oed 2003 berdasarkan penyebabnya kemiskinan dapat dibedakan dalam dua jenis yakni : 1. Kemiskinan Alamiah Kemiskinan ini timbul akibat kelangkaan sumber – sumber daya alam, kondisi tanah yang tandus, tidak ada pengairandan kelangkaan prasarana. 2. Kemiskinan Buatan Kemiskinan ini timbul akibat munculnya kelembagaan seringkali akibat modernisasi atau pembangunan itu sendiri yang membuat anggota masyarakat tidak dapat menguasai sumber daya, sarana dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata atau disebut juga dengan kemiskinan struktural Mohtar Mas’oed, 2003 : 138 Dimensi utama kemiskinan adalah politik, sosial budaya dan psikologi, ekonomi, dan akses terhadap aset. Dimensi tersebut saling terkait dan saling menguncimembatasi. Kemiskinan adalah kelaparan, tidak memiliki tempat tinggal, bila sakit tidak mempunyai dana untuk berobat. Orang miskin umumnya tidak dapat membaca karena tidak mampu bersekolah, tidak memiliki pekerjaan, takut menghadapi masa depan, kehilangan anak karena sakit akibat kekurangan air bersih. Kemiskinan adalah ketidakberdayaan, terpinggirkan dan tidak memiliki rasa bebas world bank . commit to user Maka ciri – ciri masyarakat miskin dapat dilihat sebagai berikut : 1. Secara politik : tidak memiliki akses ke proses pengambilan keputusan yang menyangkut hidup mereka. 2. Secara sosial : tersingkir dari institusi utama masyarakat yang ada 3. Secara ekonomi : rendahnya kualitas SDM termasuk kesehatan, pendidikan, ketrampilan yang berdampak pada penghasilan. 4. Secara budaya dan tata nilai : terperangkap dalam budaya rendahnya kualitas SDM seperti rendahnya etos kerja, berpikir pendek, dan fatalisme. 5. Secara lingkungan hidup : rendahnya pemilikan aset fisik termasuk aset lingkungan hidup, seperti air bersih dan penerangan. Kondisi tersebut menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia seperti sandang, pangan, papan, keamanan, identitas kultural, proteksi, kreasi, kebebasan, partisipasi, dan waktu luang Fernandes, 2000. Pengertian kemiskinan menurut komite penanggulangan kemiskinan dapat didefinisikan sebagai berikut : 1. BPS : Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang hanya dapat memenuhi kebutuhan makannya kurang dari 2.100 kalori per kapita per hari. 2. BKKBN : Kemiskinan adalah keluarga miskin prasejahtera yang tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya, tidak mampu makan 2 kali sehari, tidak memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja, dan bepergian, bagian terluas rumah berlantai tanah, dan tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan. Pengertian ini lebih lanjut menjadi keluarga miskin, yakni : commit to user a. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging, ikantelur. b. Setahun sekali seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian. c. Luas lantai rumah paling kurang 8 m² untuk tiap penghuni. Keluarga miskin sekali adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi : a. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih. b. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerjasekolah, dan bepergian. c. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah 3. Bank Dunia : Kemiskinan adalah tidak tercapainya kehidupan yang layak dengan penghasilan US 1 per hari per tahun. Pada umumnya definisi kemiskinan adalah pendapatan minimum yang dibutuhkan untuk memperoleh masukan kalori dasar. Salah satu pendekatan yang paling baik dan mengimplementasikan matriks keseluruhan dari kemiskinan adalah konsep kebutuhan dasar dari Filipina ADB, 1999 yang mendefinisikan dalam 3 tingkat hierarki kebutuhan yaitu : a.Survival : makanangizi, kesehatan, air bersihsanitasi, pakaian. b.Security : rumah, damai, pendapatan, pekerjaan. c.Enabling : pendidikan dasar, partisipasi, perawatan keluarga, psikososial. Menurut Niken S, 2007 kemiskinan itu bersifat multi dimensional. Artinya kebutuhan manusia itu bermacam – macam maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek antara lain : commit to user 1. Aspek Primer berupa : - Miskin aset. - Organisasi sosial politik. - Pengetahuan dan Keterampilan. 2. Aspek Sekunder berupa : - Jaringan sosial - Sumber Keuangan dan Informasi. Penyebab Kemiskinan : a. Karena ciri dan keadaan masyarakat dalam suatu daerah sangat beragam berbeda ditambah dengan kemajuan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang masih rendah. b. Kebijakan dalam negeri seringkali dipengaruhi oleh kebijakan luar negeri atau internasional antara lain dari segi pendanaan. Menurut Izza Mafruhah, Indeks Kemiskinan Manusia diperkenalkan pertama kali oleh UNDP United Nation Development Program, dengan mengkombinasikan antara indikator angka harapan hidup, tingkat buta huruf, tingkat kekurangan gizi, akses terhadap air bersih dan tingkat pelayanan kesehatan. Indikator – indikator yang mendasarinya tidak dari kelompok masyarakat yang sama izzamafruhah.wordpress.commultidimensi-kemiskinan Indeks kemiskinan manusia menggambarkan sebaran dari ketertinggalan masyarakat atas kemajuan yang sudah ada dalam suatu negara. Di negara – negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, difokuskan pada deprivasi dalam tiga dimensi yaitu lamanya hidup yang diukur dengan peluang pada saat lahir commit to user untuk tidak bertahan hidup hingga usia 40 tahun, pengetahuan yang diukur dengan angka buta huruf pada orang dewasa, dan ketersediaan sarana umum yang diukur dengan prosentase penduduk yang tidak mempunyai akses terhadap sumber air bersih, prosentase penduduk yang tidak mempunyai akses terhadap fasilitas kesehatan dan persentase anak – anak di bawah usia 5 tahun dengan berat badan kurang. BPS, Bappenas, UNDP, 2001 Secara nyata, IKM merupakan indikator hasil secara langsung terhadap program – program pengentasan kemiskinan yang dilakukan baik secara nasional maupun daerah. Namun selama ini ukuran yang digunakan oleh BPS dalam menghitung angka kemiskinan hanya berdasarkan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan yang diukur dari biaya hidup atau pengeluaran konsumsi yang dimiliki oleh masyarakat untuk hidup secara layak. Menurut Kincaid 1975 semakin besar ketimpang antara tingkat hidup orang kaya dan miskin maka semakin besar jumlah penduduk yang selalu miskin. Sehingga Bank Dunia world bank membagi aspek tersebut dalam tiga bagian antara lain : a Jika 40 jumlah penduduk berpendapat rendah menerima kurang dari 12 pendapatan nasionalnya maka pembagian pembangunan sangat timpang. b Apabila 40 lapisan penduduk berpendapatan rendah menikmati antara 12 – 17 pendapatan nasional dianggap sedang. c Jika 40 dari penduduk berpendapatan menengah menikmati lebih dari 17 pendapatan nasional maka dianggap rendah. commit to user Dari beberapa definisi kemiskinan tersebut, penulis berpendapat bahwa kemiskinan bukan hanya sekedar ketidak mampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya saja, kemiskinan juga mencakup aspek sosial dan moral. Misalnya, kurangnya kesempatan berusaha, budaya hidup, dan lingkungan dalam suatu masyarakat, yang menempatkan mereka pada posisi yang lemah. Tetapi pada umumnya, ketika orang berbicara tentang kemiskinan, yang dimaksud adalah kemiskinan material. Niken Setyaningsih, 2007

2.3 Pengukuran Kemiskinan