74
Net Profit Margin NPM mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu Wulandari, 2013. Ketika rasio net profit margin memiliki nilai yang besar, maka dapat terlihat bahwa
kemampuan perusahaan mendapatkan keuntungan pada tingkat penjualan tertentu juga semakin besar. Selain itu, NPM juga dapat diinterpretasikan sebagai tingkat
efisiensi perusahaan, yaitu sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan. Net profit margin merupakan salah satu
indikator yang penting untuk menilai suatu perusahaan. Selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, NPM juga
digunakan untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber- sumber yang dimilikinya Rahmawati dan Muid, 2012. Karena hal tersebut, pada
saat NPM perusahaan menurun perusahaan akan melakukan perataan laba karena dengan melakukan perataan laba perusahaan dapat mempercepat pengakuan laba
pada periode dimana perusahaan tidak dapat menghasilkan laba dengan baik sehingga laba perusahaan tidak berfluktuasi dan berada pada posisi yang dianggap
baik oleh pihak perusahaan Budiasih, 2009. Selain itu, menurut Setiawan 2011 berpengaruhnya variabel net profit margin terhadap praktik perataan laba
disebabkan karena pihak manajemen perusahaan berusaha untuk mendapatkan bonus yang diinginkan, dimana diterima atau tidaknya dan besar kecilnya bonus
berdasarkan jumlah penjualan perusahaan yang dapat mereka hasilkan. Jumlah penjualan yang dihasilkan tersebut akan mempengaruhi jumlah laba yang
75
didapatkan. Oleh karena itu, pihak manajemen berusaha menampilkan laba yang baik agar keinginan pribadinya untuk mendapatkan bonus terpenuhi.
3. Pengaruh dividend payout ratio DPR terhadap praktik perataan laba
income smoothing
Variabel dividend payout ratio DPR menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,127 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,962 atau lebih besar
dari α = 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 0,05 maka hipotesis ke-3 ditolak. Penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa DPR berpengaruh
terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kustono 2009,
Monalisa 2015, dan Supriastuti dan Warnanti 2015. Menurut Kustono 2009 dividend payout ratio
terbukti tidak mempengaruhi praktik perataan laba dikarenakan kebijakan dividend payout merupakan keputusan rapat umum
pemegang saham principal yang belum tentu dapat terdeteksi oleh manajemen. Hal tersebut juga didukung oleh Manuari dan Yasa 2014 dan Supriastuti dan
Warnanti 2015 yang menyatakan bahwa besar kecilnya pembayaran dividend tidak membuat manajemen untuk melakukan tindakan perataan laba. Hal tersebut
dimungkinkan karena pembayaran dividen merupakan hasil keputusan RUPS.
76
4. Pengaruh dewan komisaris independen DKI terhadap praktik perataan
laba income smoothing
Variabel dewan komisaris independen DKI menunjukkan nilai koefisien regresi positif sebesar 15,667 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,051 atau
lebih besar dari α = 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 0,05 maka hipotesis ke-4 ditolak. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa
variabel dewan komisaris independen berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Haryadi 2011, dan Kharisma dan Agustina 2015.
Komisaris independen tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Ada beberapa penjelasan atas hal tersebut. Pertama, pengangkatan komisaris
independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance
GCG di dalam perusahaan. Kedua, ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 30 untuk pengangkatan komisaris independen mungkin
belum cukup tinggi untuk menyebabkan para komisaris independen tersebut dapat mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris, sehingga peran
komisaris independen menjadi kurang efektif dalam menjalankan peran monitoring
perusahaan. Apabila komisaris independen merupakan pihak mayoritas 50 maka mungkin dapat lebih efektif dalam menjalankan peran