73
Selain itu, keefisienan manajemen juga turut berperan penting dalam proses pengukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Hal ini berarti
perusahaan belum mampu memanfaatkan modal yang diinvestasikan oleh investor selaku stakeholder perusahaan dengan baik dalam meningkatkan
pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, tidak berpengaruhnya ROE diduga karena investor cenderung mengabaikan informasi ROE yang ada secara
maksimal, sehingga manajemen menjadi tidak termotivasi melakukan perataan laba melalui variabel tersebut.
2. Pengaruh net profit margin NPM terhadap praktik perataan laba income
smoothing
Variabel net profit margin NPM menunjukkan koefisien regresi negatif yaitu sebesar -8.982 dengan tingkat signifikan sebesar 0,049 atau lebih kecil dari
α = 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 maka hipotesis ke-2 diterima. Hasil penelitian ini berhasil membuktikan bahwa NPM berpengaruh
terhadap praktik perataan laba. Penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Setiawan 2011, Wulandari 2013, Manuari dan Yasa 2014 dan Ginantra dan Putra 2015. Net Profit Margin NPM merupakan bagian dari rasio
profitabilitas. Menurut Masodah 2007 net profit margin merupakan variabel yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
74
Net Profit Margin NPM mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu Wulandari, 2013. Ketika rasio net profit margin memiliki nilai yang besar, maka dapat terlihat bahwa
kemampuan perusahaan mendapatkan keuntungan pada tingkat penjualan tertentu juga semakin besar. Selain itu, NPM juga dapat diinterpretasikan sebagai tingkat
efisiensi perusahaan, yaitu sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan. Net profit margin merupakan salah satu
indikator yang penting untuk menilai suatu perusahaan. Selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, NPM juga
digunakan untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber- sumber yang dimilikinya Rahmawati dan Muid, 2012. Karena hal tersebut, pada
saat NPM perusahaan menurun perusahaan akan melakukan perataan laba karena dengan melakukan perataan laba perusahaan dapat mempercepat pengakuan laba
pada periode dimana perusahaan tidak dapat menghasilkan laba dengan baik sehingga laba perusahaan tidak berfluktuasi dan berada pada posisi yang dianggap
baik oleh pihak perusahaan Budiasih, 2009. Selain itu, menurut Setiawan 2011 berpengaruhnya variabel net profit margin terhadap praktik perataan laba
disebabkan karena pihak manajemen perusahaan berusaha untuk mendapatkan bonus yang diinginkan, dimana diterima atau tidaknya dan besar kecilnya bonus
berdasarkan jumlah penjualan perusahaan yang dapat mereka hasilkan. Jumlah penjualan yang dihasilkan tersebut akan mempengaruhi jumlah laba yang