12
masyarakat mengetahui bahwa perusahaan melakukan praktik perataan laba dalam membuat laporan keuangannya, maka perusahaan bisa
dianggap memberi laporan yang tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, dan laporan keuangan tersebut bisa saja menyesatkan
dalam pengambilan keputusan. d. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para investor dalam mengambil keputusan dalam hal investasi saham terutama dalam
hal menilai kualitas laba yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan.
e. Bagi pembaca Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para
pembaca, yang nantinya bisa memberikan tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian
untuk lebih memahami dalam kaitannya tentang praktik-praktik perataan laba di dalam suatu perusahaan.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan
Hubungan keagenan didefinisikan oleh Jensen dan Meckling 1976 dalam Godfrey 2010 sebagai kontrak antara satu orang atau lebih pemilik principal
yang menyewa orang lain agent untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada
agen. Walaupun terdapat kontrak, agen tidak akan melakukan hal yang terbaik untuk kepentingan pemilik. Hal ini karena agen juga mempunyai kepentingan
untuk memaksimalkan utilitasnya sendiri. Menurut Anthony dan Govindarajan 2005:269 hubungan agensi ada ketika
salah satu pihak principal menyewa pihak lain agen untuk melaksanakan suatu jasa, principal mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen
tersebut. Pada teori keagenan yang disebut principal adalah pemegang saham dan yang disebut agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Principal
diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima
kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan.
14
Konsep teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik yang timbul
ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki
asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal
perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal. Dalam kondisi demikian, manajer dapat
menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya Salno dan Baridwan,
2000. Dalam konteks perilaku oportunis the opportunistic behaviour, manajer
diasumsikan berusaha untuk memaksimalkan kemakmuran pribadinya, yang mana kemakmuran tersebut sangat tergantung pada seberapa besar kinerja yang dicapai
terkait dengan bonus tunai the bonus plan. Sama halnya dengan agen, prinsipal juga memiliki kepentingan yaitu menginginkan laba perusahaan selalu stabil agar
dana yang telah diinvestasikan di perusahaan tersebut tetap aman safety dan dapat menghasilkan tingkat return yang diharapkan. Konflik antara principal dan
agent diperparah oleh adanya asymmetry information, yaitu ketika manajer sebagai agent
mempunyai informasi yang lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan pihak eksternal, manajer kemudian menggunakan informasi yang diketahuinya untuk