16
mempengaruhi entity selama satu periode tertentu, kecuali yang berasal dari hasil atau investasi dari pemilik. Sedangkan menurut Kurniawan 2012 laba akuntansi
accounting income secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan pendapatan yang direalisasikan dari transaksi yang terjadi selama satu periode
dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Menurut Kasmir 2011 laba dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Laba kotor gross profit artinya laba yang diperoleh sebelum dikurangi biaya-biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya laba keseluruhan
yang pertama sekali perusahaan peroleh. 2. Laba bersih net profit merupakan laba yang telah dikurangi biaya-biaya
yang merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk pajak.
Informasi laba harus dilihat dalam kaitannya dengan persepsi pengambilan keputusan karena kualitas informasi laba ditentukan oleh kemampuannya
memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan yang efektif. Hal ini didukung FASB yang menerbitkan SFAC No.1 yang menganggap
bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan oleh karena itu laba akuntansi hendaknya dapat digunakan dalam prediksi
arus kas dan laba dimasa yang akan datang Yusuf dan Soraya, 2004. Informasi laba di laporkan oleh perusahaan dalam laporan Laba Rugi. Menurut Hery 2009
tujuan keseluruhan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan investasi
17
dan kredit. Sehingga, informasi laba yang terdapat dalam laporan keuangan akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambil oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
b. Manajemen Laba
Pada dasarnya, definisi operasional dari manajemen laba adalah potensi penggunaan manajemen akrual dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi
Belkaoui, 2007. Menurut Molenaar 2009 manajemen laba didefinisikan sebagai penggunaan penilaian dalam pelaporan dan penataan transaksi keuangan
untuk mengubah laporan keuangan sehingga menunjukkan angka yang menguntungkan. Penelitian empiris sebelumnya
menyimpulkan bahwa
manajemen laba terjadi karena alasan-alasan seperti persepsi pasar keuangan, kompensasi manajemen, perjanjian utang, dan menghindari intervensi pemerintah
biaya politik. Scoot 2000 mengidentifikasi adanya empat pola yang dilakukan
manajemen untuk melakukan manajemen laba yaitu sebagai berikut:
1.
Taking a Bath Pola ini terjadi selama periode tekanan organisasi berkaitan dengan
reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO baru. Jika perusahaan harus melaporkan kerugian, maka manajemen berusaha menutupinya dengan cara
menangguhkan aset, menyediakan biaya yang dapat diperkirakan dimasa depan, dan secara umum ―clear the decks. ― Hal ini diharapakan dapat
meningkatkan laba dimasa depan.
18 2.
Income Minimization Pola ini dilakukan saat perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi,
sehingga jika pada periode mendatang laba diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengalokasikan laba periode sebelumnya.
3.
Income Maximization Manajer yang terlibat dalam income maximization memiliki tujuan
bonus. Perusahaan yang mendekati pelanggaran perjanjian hutang juga dapat memaksimalkan laba.
4.
Income Smoothing Merupakan upaya yang dilakukan manajer perusahaan untuk
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan akan terlihat stabil dan tidak berisiko tinggi.
Seringkali manajer melakukan satu atau kombinasi dari empat strategi ini pada waktu yang berbeda untuk mencapai tujuan manajemen. Dalam
penelitian ini akan dibahas lebih lanjut tentang praktik perataan laba.
c. Perataan Laba Income Smoothing
Menurut Belkaoui 2007, pengertian terbaik tentang perataan laba adalah yang disajikan oleh Beidleman yang didefinisikan sebagai pengurangan atau
fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa tingkatan laba yang saat ini dianggap normal oleh perusahaan. Dengan pengertian ini, perataan mencerminkan suatu
usaha dari manajemen perusahaan untuk menurunkan variasi yang abnormal
19
dalam laba sejauh yang diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang baik. Sedangkan menurut Kustono 2009, perataan laba dapat didefinisi
sebagai suatu cara yang dipakai manajemen untuk mengurangi variabilitas laba di antara deretan jumlah laba, yang timbul karena adanya perbedaan antara jumlah
laba yang seharusnya dilaporkan dengan laba yang diharapkan laba normal. Perataan laba income smoothing merupakan salah satu pola dari
manajemen laba dan dapat dipandang sebagai proses manipulasi waktu terjadinya laba yang secara sengaja dimaksudkan untuk menormalkan income laba agar
laba yang dilaporkan kelihatan stabil dan diharapkan mempunyai pengaruh yang bermanfaat bagi evaluasi kinerja manajemen. Tindakan tersebut sengaja
dilakukan manajemen guna menarik minat pasar dalam berinvestasi, karena perhatian investor seringkali hanya terpusat pada prosedur yang digunakan
perusahaan untuk menghasilkan informasi laba tersebut. Di samping itu laba yang dilaporkan dalam posisi yang stabil akan memberikan rasa lebih percaya diri bagi
pemilik perusahaan yang disertai dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasaan pemegang saham melalui tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba yang
dilaporkan, namun masih dalam batas aturan akuntansi yang berlaku Yulfita, 2014.
Perataan laba dilakukan oleh manajer menggunakan teknik-teknik tertentu. Berikut adalah berbagai teknik yang digunakan manajer dalam
melakukan praktik perataan laba Sugiarto, 2003:
20
1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui
kebijakan manajemen sendiri accruals misalnya: pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang menggunakan
kebijakan diskon dan kredit, sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan terakhir tiap kuarter
dan laba kelihatan stabil pada periode tertentu. 2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer
mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya: jika penjualan meningkat, maka manajemen dapat
membebankan biaya riset dan pengembangan serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk menstabilkan laba.
3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya:
jika pendapatan non-operasi sulit untuk didefinisikan, maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan
nonoperasi. Perataan laba meliputi penggunaan teknik-teknik tertentu untuk
memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode sama dengan jumlah periode sebelumnya. Usaha untuk mengurangi fluktuasi laba adalah suatu bentuk
manipulasi laba agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan
21
jumlah laba periode sebelumnya. Namun, usaha ini bukan untuk membuat laba suatu periode sama dengan jumlah laba tahun sebelumnya, karena dalam
mengurangi fluktuasi laba itu juga dipertimbangkan tingkat pertumbuhan normal yang diharapkan pada periode tersebut. Dapat disimpulkan bahwa praktik
perataan laba meliputi usaha untuk memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual laba yang direalisasikan lebih besar dari laba normal, dan usaha
untuk memperbesar laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih kecil dari laba normal Yulianto, 2007.
3. Financial Ratios
Menurut Harahap 2006 rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan berarti. Sedangkan menurut Van Horne 2005, Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk
menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Kita menghitung berbagai rasio karena dengan cara ini kita bisa mendapat perbandingan yang mungkin akan
berguna daripada berbagai angka mentahnya sendiri. Menurut Keown et.al 2011, rasio keuangan adalah penulisan ulang data
akuntansi ke dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Rasio tersebut memberikan dua cara
bagaimana membuat perbandingan dan data keuangan perusahaan yang berarti: 1 dapat meneliti rasio antar-waktu untuk meneliti arah pergerakannya; 2 dapat
22
membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya. Dua kelompok yang ditemukan dalam penggunaan rasio keuangan. Pertama, terdiri atas para manajer
yang biasa menggunakan rasio keuangan untuk mengukur dan mengetahui kinerja perusahaan dari waktu ke waktu. Fokus analisis mereka sering dihubungkan
dengan berbagai ukuran profitabilitas yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dari perspektif pemilik. Kelompok pemakai rasio keuangan yang kedua
meliputi penganalisis diluar perusahaan yaitu seorang yang dikarenakan satu alasan atau lainnya, tertarik dengan kesejahteraan ekonomi suatu perusahaan.
Rasio keuangan bisa digunakan untuk menjawab empat pertanyaan: 1 seberapa likuid suatu perusahaan, 2 apakah manajemen cukup efektif untuk menghasilkan
laba usaha atas aktiva perusahaan, 3 bagaimana perusahaan didanai, 4 apakah tingkat pengembalian yang didapatkan oleh pemegang saham biasa sesuai dengan
investasi yang mereka tanamkan. Terdapat banyak rasio keuangan yang biasa digunakan oleh perusahaan
untuk menilai likuiditas, proftitabilitas, solvabilitas dan tingkat pengembalian. Berikut adalah rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Return On Equity
Menurut Brigham Houston 2010 rasio yang paling penting adalah pengembalian atas ekuitas return on equity, yang merupakan laba bersih
bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas pemegang saham. Pemegang saham pastinya ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang