BAB IV NOVASI PADA PERJANJIAN KREDIT MODAL KERJA
DI BANK X
A. Penyebab Terjadinya Novasi Terhadap Debitur Pada Perjanjian Kredit
Modal Kerja Di Bank X
Beberapa peristiwa yang menyebabkan terjadinya novasi terhadap debitur novasi subjektif pasif dalam KMK di Bank X, berdasarkan hasil wawancara
dengan Penyelia Administrasi Kredit Bank X, yaitu: 1.
Debitur Meninggal Dunia Meninggalnya debitur tidak mengakibatkan seluruh kewajiban dan hak
debitur pewaris kepada bank menjadi berakhir. Pada Pasal 1381 KUHPerdata yang mengatur tentang sebab-sebab hapusnya perikatan, tidak ada disebutkan
bahwa dengan meninggalnya debitur maka perikatan menjadi hapus. Pasal 833 KUHPerdata menetapkan bahwa sekalian ahli waris dengan
sendirinya karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang, segala hak, dan segala piutang si yang meninggal.
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa secara hukum, ahli waris berhak atas segala harta peninggalan berupa segala barang,
segala hak dan segala piutang si pewaris, dimana harta peninggalan tersebut wajib digunakan terlebih dahulu untuk melunasi utang si pewaris.
Pasal 1318 KUHPerdata menyebutkan bahwa jika seorang minta diperjanjikannya sesuatu hal, maka dianggap bahwa hal itu adalah untuk ahli
waris-ahli warisnya dan orang –orang yang memperoleh hak dari padanya, kecuali
Universitas Sumatera Utara
dengan tegas ditetapkan atau dapat disimpulkan dari sifat persetujuan, bahwa tidak sedemikian maksudnya.
Dalam hal debitur si berutang meninggal dunia, maka berdasarkan ketentuan Pasal 833 dan 1318 KUHPerdata tersebut, segala hak dan kewajibannya
termasuk utangnya kepada bank, akan beralih kepada ahli warisnya, kecuali bila ahli waris secara tegas menolak pewarisan tersebut. Meninggalnya debitur tidak
mengakibatkan seluruh kewajiban dan hak debitur pewaris kepada bank menjadi berakhir. Perjanjian kredit yang telah dibuat oleh debitur pewaris dengan bank
tetap berlaku dan beralih menjadi kewajiban ahli waris untuk melunasinya. Sehubungan dengan utang debitur yang meninggal dunia pewaris, secara
yuridis dimungkinkan penyelesaian dengan cara sebagai berikut: a.
Ahli waris melunasi seluruh utang pewaris; b.
Ahli waris meneruskan perjanjian kredit PK pewaris dengan bank; atau
c. Ahli waris membuat perjanjian kredit baru novasi.
47
Ad.a. Ahli waris melunasi sekaligus seluruh utang pewaris Apabila ahli waris telah melunasi seluruh utang pewaris secara sekaligus,
maka hubungan hukum antara bank dengan pewaris menjadi berakhir. Perjanjian kredit serta seluruh perjanjian accessoirnya menjadi tidak
berlaku lagi, dengan melalui prosedur pelunasan utang sesuai kebijakan bank. Namun apabila ahli waris bermaksud untuk tetap mempunyai
hubungan hukum kredit dengan bank, maka ahli waris melunasi terlebih
47
Wawancara dengan Suhaeli Anggrata, Penyelia Administrasi Kredit Bank X, tanggal 13 Maret 2012.
Universitas Sumatera Utara
dahulu utang pewaris kepada bank, kemudian dibuatkan perjanjian kredit baru, dimana pihak yang berutang adalah ahli waris tersebut, sebagai
konsekuensinya, perjanjian accessoirnya juga harus diperbaharui. Prosedur yang harus ditempuh bank adalah sebagaimana proses pemberian fasilitas
kredit kepada debitur baru. Cara ini juga dapat dilakukan apabila kredit kepada pewaris telah jatuh tempo.
Ad.b. Ahli waris meneruskan perjanjian kredit pewaris dengan bank Dibuatkan surat pernyataan dari seluruh ahli waris yang menyatakan
bahwa yang bersangkutan adalah ahli waris yang sah dari pewaris yang dinyatakan dengan surat penetapan waris, dan ahli waris bersedia
meneruskan kredit yang telah ada sebelumnya. Dalam hal ini, perjanjian kredit yang ada serta perjanjian accessoirnya tetap berlaku.
Ad.c. Ahli waris membuat perjanjian kredit baru novasi Pasal 1416 KUHPerdata menetapkan bahwa novasi dapat dilakukan tanpa
bantuan orang berutang yang lama. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka pengalihan kredit dari pewaris kepada ahli warisnya dapat dilakukan
dengan cara novasi. Dalam Pasal 1318 KUHPerdata disebutkan jika seorang minta
diperjanjikan sesuatu hal, maka dianggap bahwa itu adalah untuk ahli waris-ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak daripadanya,
kecuali jika dengan tegas ditetapkan atau dapat disimpulkan dari sifat perjanjian, bahwa tidak sedemikianlah maksudnya. Yang artinya adalah
bila ternyata si debitur meninggal dunia padahal perjanjiannya belum
Universitas Sumatera Utara
berakhir maka ahli waris-ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak daripadanya secara otomatis berkewajiban untuk meneruskan
perjanjian tersebut, kecuali jika dengan tegas ditetapkan atau dapat disimpulkan dari sifat perjanjian, bahwa tidak demikian maksudnya.
Namun pihak bank tidak sertamerta menganggap secara otomatis bahwa ahli warisnya akan meneruskan kreditnya tetapi bank mensyaratkan
diperlukan adanya novasi untuk kepentingan keteraturan administrasi dan kepastian siapa yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan kreditnya
dan siapa yang bertanggung jawab terhadap kelancaran dari usahanya sehingga penggantinya dapat memenuhi kewajibannya kepada bank tepat
pada waktunya. Oleh karena itu sebagai alat bukti dan untuk menjamin kepastian hukum terhadap perjanjian kredit tersebut diperlukan adanya
novasi. Dengan adanya novasi bila dikemudian hari terjadi sesuatu hal misalnya angsuran kreditnya tertunggak, pihak bank akan lebih mudah
mengetahui siapa yang bertanggung jawab terhadap kredit tersebut.
48
Di Bank X apabila terjadi debitur meninggal dunia pada saat jangka waktu kredit belum berakhir, seringnya ahli waris debitur melakukan pelunasan
terhadap seluruh utang debitur pewaris. Hal ini dilakukan karena pada umumnya ahli waris tidak memiliki kemampuan capability di bidang usaha yang
dijalankan oleh pewaris yang dibiayai oleh kredit bank.
49
Dalam hal dilakukannya novasi karena debitur meninggal dunia, sebagaimana halnya dengan pemberian kredit baru, maka dalam cara novasi ini
48
Ibid.
49
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
perlu juga dipertimbangkan credibility dan capability si ahli waris, serta perijinan dan legalisasi yang dimiliki oleh si ahli waris mengingat subjek hukum , dalam
hal ini pihak debitur berubah yang semula si pewaris menjadi ahli waris. 2.
Perubahan Status Hukum Debitur Pada umumnya debitur yang menerima fasilitas KMK berbentuk badan
usaha baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Dengan disalurkannya Kredit Modal Kerja dapat meningkatkan produksi dalam
operasionalnya sehingga usaha debitur semakin berkembang. Oleh karenanya tidak jarang pada saat kredit masih berjalan, terjadi peningkatan status hukum
badan usaha debitur seperti dari perusahaan perorangan menjadi Firma atau Perseroan Terbatas PT dan CV menjadi PT.
Dengan adanya perubahan status hukum debitur pada saat jangka waktu kredit belum berakhir maka perlu dilakukan pembaharuan perjanjian kredit
novasi karena dalam hal ini telah terjadi penggantian debitur yang semula debitur berbentuk CV menjadi PT.
Pada Bank X sering terjadi perubahan status hukum debitur dari CV menjadi PT, contohnya CV yang bergerak di bidang konstruksi berubah menjadi
PT karena ingin ikut tender dari pemerintah dimana mengharuskan perusahaan yang dapat mengikuti tender berbentuk PT. Oleh karena itu dilakukanlah novasi
subjektif pasif.
50
Novasi subjektif pasif merupakan pembaharuan utang dengan cara penggantian debitur. Dalam hal perubahan status badan usaha, terjadi penggantian
50
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
debitur yang semula berbentuk CV diganti dengan PT sebagai debitur baru. Adapun dengan dilakukannya novasi ini maka perjanjian kredit antara bank
dengan CV menjadi hapus diganti dengan perjanjian kredit antara bank dengan PT.
B. Proses Novasi Terhadap Debitur Pada Perjanjian Kredit Modal Kerja