perkembangan ekonomi debitur baru atau usahanya debitur baru, serta memberikan saran nasehat dan konsultasi agar keadaan ekonomi usaha
debitur baru berjalan dengan baik sesuai dengan rencana, sehingga pengembalian angsuran kredit yang dilakukan oleh debitur baru tersebut
akan berjalan dengan baik lancar pula. Sebagaimana dimaklumi bahwa supervisi kredit dan pembinaan debitur baru merupakan tahap terakhir dari
siklus kredit dan sekaligus pula merupakan tahap yang paling kritis dan sulit apabila kalau keadaan ekonomi atau usaha debitur baru tersebut kurang
menggembirakan. Adapun batas tahap supervisi ini pada umumnya dimulai dari pencairan kredit dan berakhir setelah semua kewajiban debitur baru
kepada bank dilunasi oleh debitur baru tersebut.
C. Akibat Hukum Novasi Terhadap Debitur Pada Perjanjian Kredit
Modal Kerja Di Bank X
Menurut ketentuan perjanjian kredit Bank X, KMK adalah kredit jangka pendek untuk membiayai kebutuhan modal kerja usaha atau proyek.
Novasi terhadap debitur atau novasi subjektif pasif pada perjanjian KMK yang dilaksanakan di Bank X, merupakan suatu proses penggantian kedudukan
pihak debitur lama oleh debitur baru, sehingga debitur baru akan melakukan dan wajib menyelesaikan kewajiban pembayaran utang-utang debitur lama.
Pada Novasi, debitur lama sengaja mengalihkan utangnya yang diperoleh dari Bank X kepada debitur baru. Dengan diterima dan disetujuinya pengalihan
utang tersebut oleh pihak kreditur yaitu Bank X, maka membebaskan debitur lama dari kewajibannya untuk melunasi utangnya terkecuali apabila debitur baru jatuh
Universitas Sumatera Utara
pailit maka debitur lama tetap harus bertanggung jawab untuk melunasi utang yang telah dipindahkan kepada debitur baru. Sebagai wujud realisasi dari adanya
pengalihan utang tersebut, dibuat perjanjian kredit tersendiri antara pihak debitur baru dan pihak bank.
Syarat-syarat terjadinya novasi adalah : 1.
Subjek harus cakap menurut hukum untuk mengadakan perikatan . 2.
Perjanjian novasi harus dinyatakan secara tegas-tegas, tidak boleh dipersangkakan.
Oleh karena salah satu syarat novasi harus dinyatakan secara tegas, tidak boleh dipersangkakan maka demi kepastian hukum novasi pada Bank X dibuat secara
tertulis.
52
1. Dalam hal debitur lama yang melakukan pemindahan utangnya kepada
debitur baru delegasi, untuk menimbulkan novasi, bank selaku pihak kreditur harus menyatakan secara tegas membebaskan debitur lama dari
perikatannya. Dengan penandatanganan perjanjian pembaharuan utang novasi, berarti
telah terlaksana novasi dan telah mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak yang mengadakan perjanjian, sehingga menimbulkan akibat-akibat hukum sebagai
berikut:
2. Dengan dilakukannya novasi atau pembaharuan utang maka pada dasarnya
semua utang debitur lama yang meliputi utang pokok, bunga, dan denda diambil alih oleh debitur baru, kecuali ada kebijakan dari bank
52
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
memberikan potongan atau discount atas utang yang diambil alih debitur baru sehingga debitur baru mempunyai kewajiban membayar utang kepada
bank yang besarnya sesuai dengan kesepakatan. 3.
Debitur lama tidak dapat dituntut lagi untuk melakukan prestasi jika debitur baru yang menggantikan debitur lama dalam keadaan pailit atau
nyata-nyata tidak mampu, kecuali jika hak penuntutan itu secara tegas dipertahankan atau jika debitur baru yang ditunjuk sebagai pengganti
debitur lama pada saat penggantian tersebut telah nyata-nyata dalam keadaan bangkrut atau berada dalam keadaan merosot kekayaannya secara
terus menerus.
53
4. Debitur lama dibebaskan dari segala perikatannya dengan kreditur apabila
terjadi pergantian debitur lama oleh debitur baru secara penunjukan, sedangkan hak-hak istimewa dan hak-hak hipotik yang semula telah
mengikuti utang lama tidak secara otomatis membebani barang-barang debitur baru.
5. Debitur-debitur lainnya dapat dibebaskan dari kewajibannya dalam suatu
perikatan utang piutang, jika novasi diadakan antara kreditur dengan salah satu dari pada debitur yang terikat secara tanggung menanggung.
Dengan adanya novasi maka perjanjian kredit lama menjadi hapus digantikan dengan perjanjian kredit baru karena novasi memang merupakan salah satu
peristiwa yang menjadi sebab hapusnya perikatan berdasarkan ketentuan Pasal 1381 KUHPerdata. Demikian pula terhadap perjanjian accessoir ikutan, berupa
53
J.Satrio, Loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
perjanjian jaminan misalnya hak tanggungan, hipotik, hak-hak istimewa lainnya yang menjadi berakhir hapus. Hal ini dikarenakan eksistensi dari perjanjian
accessoir tergantung pada perjanjian pokoknya, artinya apabila perjanjian pokok batal berakhir maka perjanjian ikutannya menjadi batal berakhir pula. Oleh
karena itu perlu diperbaharui lagi pengikatan jaminan pada perjanjian kredit baru.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN