kreditur. Pernyataannya membebaskan debitur dari keterikatannya pada perikatan lama terhadap kreditur, dapat diartikan sebagai kehendak yang nyata-nyata dari
kreditur untuk menghapuskan perikatan lama dan menggantikannya dengan perikatan baru, dimana para pihaknya sekarang adalah kreditur lama dengan
debitur baru.
39
B. Syarat-Syarat Terjadinya Novasi
Dengan perkataan lain, dengan hanya menerima penawaran seorang debitur baru saja yang diajukan oleh debitur lama, novasi belum terjadi.
Ciri dari novasi subjektif pasif disini adalah bahwa penerimaan debitur baru, yang diikuti dengan pembebasan debitur lama, menimbulkan perikatan
baru antara kreditur dengan debitur baru, yang sekaligus menghapuskan dan menggantikan perikatan lama antara kreditur dengan debitur lama.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pembaharuan utang atau novasi adalah suatu perjanjian yang menyebabkan hapusnya perikatan dan pada saat yang
bersamaan timbul perikatan lainnya yang ditempatkan sebagai pengganti perikatan sebelumnya.
Karena novasi harus diperjanjikan, maka ketentuan yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata berlaku dalam hal ini. Pasal 1320 menyebutkan bahwa:
Untuk sahnya perjanjian-perjanjian, diperlukan empat syarat: 1.
kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; 2.
kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
39
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
3. suatu hal tertentu;
4. suatu sebab yang halal.
Ketentuan Pasal 1414 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa pembaharuan utang hanya dapat terlaksana antara orang-orang yang cakap untuk
mengadakan perikatan-perikatan, pada dasarnya merupakan penegasan kembali akan berlakunya ketentuan Pasal 1320 angka 2 sebagaimana dikutip di atas.
Tentang kesepakatan antara mereka yang mengadakan pembaharuan utang, Pasal 1415 KUHPerdata menentukan bahwa “ Tiada pembaharuan utang
yang dipersangkakan; kehendak seseorang untuk mengadakannya harus dengan tegas ternyata dari perbuatannya”.
Ini berarti suatu pembaharuan utang harus dengan tegas menyatakan bahwa utang lama atau perikatan lama yang ada diantara debitur dan kreditur
menjadi hapus demi hukum, dan sebagai penggantinya dibuat dan berlakulah perikatan baru dengan segala ketentuan dan syarat-syaratnya yang baru, yang
berlaku bagi debitur dan kreditur dalam perikatan yang baru tersebut. Dalam hal tidak terdapat kesepakatan atau tidak dapat dibuktikan bahwa telah terjadi
penghapusan perikatan lama yang disertai dengan pembentukan perikatan baru, dengan segala konsekuensinya, maka tetap berlakulah ketentuan dalam perikatan
yang lama. Ini berarti tidak terjadi pembaharuan utang novasi.
40
40
Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Op.cit, hal. 82.
Universitas Sumatera Utara
C. Novasi Sebagai Salah Satu Penyebab Hapusnya Perikatan