Akibat Hukum Terjadinya Novasi

kreditur, dimana perikatan utang baru tersebut untuk atau sebagai penggantian perikatan utang lama. Sehingga dengan demikian yang hapusberakhir adalah perikatan utang lama.

D. Akibat Hukum Terjadinya Novasi

Pembaharuan utang atau novasi adalah salah satu sebab hapusnya perikatan, oleh karena itu akibat hukum terjadinya novasi sudah jelas yaitu perikatan yang lama menjadi hapus dan digantikan dengan perikatan baru. Adapun konsekuensi yuridis lain dari terjadinya novasi , yaitu : 1. Semua hah-hak istimewa dan hipotik yang melekat pada perikatan lama tidaklah demi hukum turut beralih kepada perikatan baru. Walau demikian Pasal 1421 KUHPerdata memungkinkan diperjanjikannya hak-hak istimewa dan hipotik tersebut dalam perikatan yang baru. Tetapi kalau tidak ada diperjanjikan maka sepanjang hak istimewa dan hipotik dalam novasi subjektif, tidak sendirinya beralih kepada perikatan baru. Adapun ketentuan Pasal 1421 KUHPerdata berbunyi sebagai berikut: “ Hak-hak istimewa dan hipotik-hipotik yang melekat pada piutang lama, tidak berpindah pada piutang baru yang menggantikannya, kecuali kalau itu secara tegas dipertahankan oleh si berpiutang”. 2. Debitur lama yang telah dibebaskan kewajibannya oleh kreditur dengan adanya penunjukan atau pendelegasian kepada debitur baru, maka kreditur tidak dapat lagi meminta pembayaran kepada debitur lama sekalipun debitur baru jatuh pailit kecuali pada waktu terjadinya novasi, hal ini telah Universitas Sumatera Utara diperjanjikan secara tegas bahwa kreditur dapat lagi menuntut pembayaran dari debitur lama atau dalam keadaan debitur baru pada saat pemindahan delegatie sudah dalam keadaan pailit atau dalam keadaan kekayaannya merosot secara terus menerus dan kreditur tidak mengetahuinya. 41 3. Pada novasi subjektif aktif, tangkisan-tangkisan yang semula dapat dimajukan oleh debitur kepada kreditur lama, sekarang tidak dapat dimajukan kepada kreditur baru. Hal ini diatur pada Pasal 1419 KUHPerdata. Dalam ketentuan Pasal 1419 KUHPerdata dikatakan bahwa: “ Debitur yang secara pemindahan, telah mengikatkan dirinya kepada seorang kreditur baru, dan dengan demikian telah dibebaskan terhadap kreditur lama, tak dapat terhadap kreditur baru memajukan tangkisan- tangkisan yang sebenarnya dapat ia majukan terhadap kreditur lama, meskipun ini tidak diketahuinya sewaktu membuat perikatan baru, namun itu dengan tidak mengurangi, dalam hal yang terakhir tadi, hak untuk menuntut si kreditur lama “. Rumusan tersebut di atas menyatakan bahwa pada hakekatnya dengan dilakukannya novasi, yang membebaskan debitur dari perikatannya dengan kereditur lama, debitur juga setuju untuk melepaskan tangkisan-tangkisan yang semula dapat dikemukakan olehnya kepada kreditur lama dengan segala konsekuensinya. Kreditur baru dengan perikatan baru tidaklah boleh dirugikan untuk terikat kepada ketentuan dan persyaratan pada perikatan lama yang sudah dihapuskan. Walau demikian dalam hal kreditur lama ternyata tidak telah beritikad baik, maka debitur tetap berhak untuk mengajukan tuntutan atas kerugian yang diderita olehnya sebagai akibat pembaharuan utang tersebut. 42 41 J. Satrio, Op.cit, hal 127 42 Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Op.cit, hal. 99. Universitas Sumatera Utara 4. Novasi antara kreditur dengan salah seorang debitur tanggung menanggung membebaskan semua debitur yang lain. Ketentuan demikian itu logis karena dalam novasi, perikatan lama hapus, dan oleh karenanya para debitur atau orang-orang yang turut berutang yang terikat pada perikatan lama dibebaskan dari perikatannya. Atas dasar alasan yang sama, maka novasi terhadap debitur membebaskan para penanggung utang. Dalam hal ini berlaku prinsip, bahwa kalau perikatan pokoknya hapus, maka semua accessoir turut hapus.

E. Perbedaan Antara Novasi, Subrogasi, dan Cessie