Pendidikan dan Pelatihan KAJIAN PUSTAKA

33 Strategi ekspansi dapat dilakukan apabila faktor pendukung internal strength dan faktor pendukung eksternal opportunity lebih dominan bila dibanding faktor pennghambat internal weakness dan hambatan dari luar yang berupa ancaman threat. Bila hal sebaliknya terjadi, maka strategi yang digunakan adalah konsolidasi organisasi, manakala faktor-faktor penghambat internal dan eksternal lebih dominan dari pada faktor pndukungnya. Selain itu ada yang disebut strategi diversifikasi, manakala organisasi mempunyai cukup kekuatan strength tetapi menghadapi ancaman threat yang cukup besar pula. Dengan strategi yang dihasilkan dari analisis ini maka akan dipilih tindakan yang paling sesuai dengan tujuan dari pengembangan tersebut.

E. Pendidikan dan Pelatihan

Sebagaimana dikemukakan di depan, sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jalur pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal. Dalam jalur pendidikan formal, terdapat beberapa jenis pendidikan, salah satunya adalah pendidikan kejuruan. Jenis pendidikan ini ditujukan untuk memberi bekal berupa kompetensi-kompetensi yang diperlukan para tamatannya, sesuai dengan jenjangnya. Istilah yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada institusi yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan tingkat menengah adalah pendidikan dan pelatihan atau diklat Dit. Dikmenjur 2001. Istilah ini digunakan mengingat karakteristik pembelajarannya yang spesifik. 34 Pendidikan dan latihan adalah dua istilah yang berbeda tetapi mempunyai hubungan yang erat. Hamalik 2003:6 menyatakan bahwa pendidikan menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, sedangkan latihan training lebih menekankan pada pembentukan ketrampilan skill. Dengan demikian pendidikan dan pelatihan adalah sebuah kegiatan dalam upaya pembentukan sikap dan kepribadian dengan mendasarkan diri pada prinsip-prinsip pendidikan dan pengajaran dengan penekanan pada pembekalan ketrampilan kejuruan atau vokasional. Tuntutan akan penguasaan kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki peserta didik dalam pendidikan kejuruan mempersyaratkan pelaksanaan pembelajaran dengan kurikulum berbasis kompetensi KBK yang ketat, dan lebih jauh berkembang menjadi pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi atau Competency-based Training CBT, khususnya dalam pembelajaran bidang kejuruan atau produktif. Meskipun bersifat spesifik, namun penyelenggaraan pendidikan kejuruan diharapkan tetap berorientasi pada konsep dasar pendidikan pada umumnya, dan tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Telah kita ketahui bersama, bahwa sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan 35 yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kurikulum berbasis kompetensi adalah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan kompetensi tugas- tugas dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik Mulyasa 2004:48. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau ketrampilan sebagai suatu kriteria keberhasilan. Di dalam pendidikan kejuruan, di mana penguasaan ketrampilan peserta diklat sangat besar peranannya untuk bisa disebut berkompeten atau telah menguasai kompetensi tertentu, maka muncul kemudian konsep pembelajaran dengan pendekatan diklat atau training, yang disebut dengan Compentency-based Training CBT. Seperti telah disebutkan di atas, Compentency-based Training atau CBT adalah sebuah konsep pembelajaran dengan dasar yang hampir sama dengam KBK, tetapi unsur treatment dan pembentukan lingkungan belajar environment dalam upaya peningkatan kemampuan ketrampilan psikomotorik dan pembentukan sikap kerja mendapat porsi lebih bila dibanding dengan pembelajaran non kejuruan. Pendekatan pembelajaran dengan CBT sebenarnya diadopsi dari pola pendidikan kejuruan pada Vocational Education and Training VET di Australia. Competency-based Training CBT dapat diterangkan sebagai pendekatan pembelajaran atau pelatihan yang “ …. having a focus on the 36 outcome of training” Lowri 1999. Dijelaskan bahwa CBT adalah pola pembelajaran yang berfokus pada keluaran outcome dari suatu pelatihan. Disebutkan pula bahwa: “These outcomes are measured against specific standards and not against other students and the standards are directly related to industry. It is reasonable to assume that competency-based approaches have affected individuals in different ways considering the diverse nature of the sector” Lowri 1999. Hal ini berarti bahwa CBT berfokus pada keluaran, dan mutu keluaran diukur atas dasar standar yang spesifik sesuai dengan kebutuhan industri dengan pendekatan individual, bukan dengan membandingkan sesama peserta diklat serta. Dalam konteks pendidikan kejuruan Indonesia, standar kebutuhan industri disusun berupa Standar Kompetensi Nasional sesuai dengan bidang masing-masing, sebagai contoh adalah Standard Kompetensi Nasional Bidang Otomotif, Standar Kompetensi Nasional Bidang Perkayuan dan sebagainya yang disusun dan dikembangkan bersama oleh dunia usahaindustri dan asosiasi profesi serta institusi lain yang terkait sebagai acuan program pendidikan dan pelatihan di Indonesia Depdiknas 2003. Sebagai sebuah pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, CBT memiliki kekhususan-kekhususan. Salah satu di antaranya adalah bahwa CBT dilakukan dengan strategi belajar tuntas mastery learning. Namun demikian sebagai sebuah pendekatan pembelajaran CBT tetap dasarkan pada prinsip- prinsip pembelajaran pada umumnya. Oleh karena itu kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian harus tetap berpijak pada prinsip dasar pembelajaran, yaitu sebagai suatu usaha secara terencana dan 37 sadar melalui proses aksi komunikasi satu arah antara pengajar dan peserta didik, interaksi komunikasi dua arah, yaitu antara pengajar dan peserta didik, dan peserta didik dengan pengajar, dan transaksi komunikasi banyak arah, yaitu antara pengajar dan peserta didik, peserta didik dan pengajar, serta peserta didik dan peserta didik, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku Sudjana 2000. Dengan demikian pendidikan dan pelatihan sebenarnya adalah salah bentuk pelayanan pendidikan atau pembelajaran kepada peserta didik dengan penekanan kepada peningkatan ketrampilan atau skill tertentu dan pembentukan sikap kerja yang sesuai dengan standar industri tanpa meninggalkan prinsip-prinsip pendidikan atau pembelajaran pada umumnya.

F. Komunikasi dalam Organisasi