134
sehingga semua semakin kuat, semakin pejal, semakin solid, semakin bersatu” WQI-12005.
Secara teoretis, teknik brain storming memiliki langkah-langkah atau tahapan-tahapan tertentu, namun di dalam aplikasinya tentu tidak
selalu textbook. Dalam pandangan peneliti, apa yang dimaksud dengan teknik brain storming dalam konteks pengambilan keputusan di PIKA
lebih terlihat sebagai sebuah pengambilan keputusan dalam sebuah diskusi terbuka yang terarah dan fokus tertentu dengan pemegang kunci
adalah pimpinan rapat. Mengingat bahwa rapat yang paling penting di PIKA adalah rapat manajemen dan rapat Direksi yang dipimpin langsung
oleh oleh Direktur, maka kata akhir biasanya berada di tangan Direktur. Mengenai hal ini, dapat disimak petikan pernyataan Pak Totok Susanto,
Kepala Program D III, sebagai berikut: ”Pada umumnya metode yang dipakai berupa brain storming,
sumbang saran, di mana peserta rapat mengemukakan data, kita saring, kemudian kita ambil keputusan bersama secara kolektif.
Memang pada akhirnya pimpinan tertinggi itu lebih mengetahui keadaan umum di PIKA, memang seringkali apa yang sudah kita
simpulkan melalui brain storming dipandang oleh pimpinan sebagai hal yang belum tentu lebih baik. Karena, ya, kami yang di
bawah tahu detail, tetapi pimpinan paling tinggi itu tahu generalnya. Ya seringkali kami tidak melihat apa yang dilihat
pimpinan, maka dalam hal semacam itu pimpinan bisa mengatakan, ini ditunda dulu”WQI-32005.
2. Analisis SWOT
Analisis SWOT Strength-Weakness-Opportunity-Threat adalah sebuah metode perencanaan tindakan dengan menganalisis faktor-faktor
dominan yang berpengaruh terhadap institusi baik eksternal maupun
135
internal, yaitu faktor pendukung kekuatan dan peluang dan faktor penghambat kelemahan dan ancaman. Metode ini biasanya digunakan
untuk perencanaan yang bersifat strategis dalam rangka pengembangan institusi diluar hal-hal yang bersifat rutin, sehingga dihasilkan strategi-
strategi atau kebijakan tertentu. Sebagi contoh, apabila faktor-faktor pendukung lebih dominan dari pada faktor penghambat, maka strategi
yang paling tepat adalah ekspansi. Demikian juga sebaliknya, bila faktor penghambat lebih menonjol dibanding faktor pendukung, maka strategi
yang sesuai adalah defensif atau konsolidasi organisasi. PIKA Semarang menggunakan metode analisis SWOT untuk
perencanaan-perencanaan yang bersifat pengembangan, misalnya membuka kelas paralel, perencanaan jangka panjang, atau program
pengembangan institusi melalui Program IGI. Perlu dikemukakan di sini, bahwa program IGI tahap I dan tahap II yang dijalankan oleh PIKA
sebagai center atas beberapa institusi sister mempersyaratkan bussiness plan dengan analisis SWOT. Berikut petikan penyataan Pak Totok
Susanto, Kepala Program D III dan juga sebagai penanggung jawab Program IGI mengenai penggunaan teknik-teknik pengambilan keputusan,
sebagai berikut: ”Tidak setiap keputusan. Kalau keputusan itu menyangkut
keputusan yang mendasar, jangka panjang, kita menggunakan macam-macam teori itu. Tetapi kalau yang singkat, misalnya
besok mau pergi, menggunakan mobil yang mana, siapa yang pergi maka kita tinggal melihat saja, kemungkinan-kemungkinan
buruk apa yang mungkin terjadi, apa yang kita hadapi dengan dengan keputusan itu. Tetapi misalnya kita akan membuka kelas
136
paralel, kan ada waktu cukup banyak, keputusan bisa diambil dengan cara seperti itu” WQI-32005.
”.... beberapa kali kita juga menggunakan metode SWOT, tetapi tidak sering. Penggunaan metode-metode khusus itu biasanya
dilakukan pada akhir tahun, misalnya untuk evaluasi pendidikan, rencana lima sampai sepuluh tahun ke depan. Ini dilakukan apabila
kita punya waktu cukup banyak, dan berdampak besar bagi PIKA” WQI-32005.
E. Koordinasi dan Komunikasi dalam Pengambilan Keputusaan