Pengambilan Keputusan KAJIAN PUSTAKA

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengambilan Keputusan

Setiap orang pasti membuat keputusan, baik keputusan itu bersifat mayor ataupun minor. Pengambilan keputusan minor adalah pengambilan keputusan ringan yang tidak mempunyai dampak yang relatif besar, misalnya memakai baju warna apa pada suatu acara tertentu. Keputusan mayor adalah keputusan yang mempunyai implikasi cukup besar, misalnya keputusan untuk merantau ke luar negeri. Dapat dikatakan bahwa manusia adalah makhluk pembuat keputusan. Pengambilan keputusan adalah prasyarat suatu tindakan, di mana tidak ada satu tindakanpun yang dapat dilakukan tanpa ada pengambilan keputusan sebelumnya. Kebanyakan keputusan yang dihadapi dalam pekerjaan sehari-hari menyangkut pilihan-pilihan yang sederhana dan informasi yang relatif sedikit. Ada banyak definisi mengenai pengambilan keputusan, tetapi kesemuanya hampir senada. Robbins 1997 berpendapat bahwa ”decision making is which chooses between two or more alternatives”. Hampir sama dengan pendapat tersebut, Tjiptono 2003 menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses memilih suatu rangkaian tindakan dari dua atau lebih alternatif. Kedua pendapat tersebut mengandung arti bahwa hakikat pengambilan keputusan ialah memilih dua alternatif atau lebih untuk melakukan suatu tindakan tertentu baik secara individu maupun kelompok. 15 Definisi mengenai pengambilan keputusan juga dapat dilihat dalam konteks orientasi berpikir. Kepner 1975 menyatakan bahwa mengambil keputusan berarti memilih antara berbagai macam cara mengerjakan sesuatu atau menyelesaikan sesuatu. Hal di atas mengandung pengertian bahwa pengambilan keputusan lebih berorientasi kepada masalah yang timbul atau mungkin timbul. Berbeda dengan hal tersebut, Drumond menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu usaha penciptaan kejadian-kejadian dan pembentukan masa depan Syafaruddin 2004. Pendapat Drumond ini lebih berorientasi kepada pengambilan keputusan yang bukan semata-mata memecahkan masalah yang ada, tetapi berorientasi pada perubahan, atau mengambil keputusan untuk membuat perubahan. Definisi lain yang lebih lengkap mengenai pengambilan keputusan adalah seperti apa yang dinyatakan oleh Mondy dan Premeaux, yang menjelaskan bahwa ”decision making is the process of generating and evaluating alternatives and making choices among them” Syafaruddin 2004. Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses pada saat ada sejumlah langkah yang harus dilakukan dan pengevaluasian alternatif untuk membuat putusan dari semua alternatif yang ada. Bertolak dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan ialah proses pemecahan masalah dan penciptaan kejadian-kejadian dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai suatu tujuan yang dinginkan. Definisi ini mengandung beberapa substansi pokok, yaitu ada kebutuhan 16 pemecahan masalah, ada proses atau langkah-langkah, ada beberapa alternatif- alternatif yang harus dipilih, ada ketetapan hati memilih satu pilihan, dan ada tujuan pengambilan keputusan, dan ada prakiraan mengenai apa yang akan terjadi sebagai akibat atau konsekuensi dari pengambilan tersebut. Setiap proses pengambilan keputusan merupakan suatu sistem tindakan karena ada beberapa komponen di dalamnya. Menurut Prayudi dalam Syafaruddin 2004, kerangka kerja yang ada di dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1. posisi orang yang berwenang dalam mengambil keputusan; 2. problema, yaitu penyimpangan dari apa yang dikehendaki dan direncanakan atau dituju; 3. situasi si pengambil keputusan itu berada; 4. kondisi si pengambil keputusan; 5. tujuan, yaitu apa yang diinginkan atau dicapai dengan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan adalah ilmu dan seni Dermawan 2004. Pengambilan keputusan disebut seni karena kegiatan tersebut selalu dihadapkan pada karakteristik dan keunikan sendiri, dan tidak seorangpun yang memutuskan sesuatu dengan cara yang persis sama dengan orang lain. Pengambilan keputusan sebagai sebuah seni tidak dapat ”dipelajari”, tetapi cita rasa, nuansa dan kualitas seni tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas atau karakter pengambil keputusan. Untuk dapat sampai kepada tahapan 17 pengambilan keputusan sebagai seni, pengalaman dan ilmu tentang pengambilan keputusan memegang peranan yang penting. Pengambilan keputusan merupakan ilmu, karena aktivitas tersebut memiliki sejumlah cara, metode, atau pendekatan tertentu yang bersifat sistematis, teratur, dan terarah. Pendekatan atau langkah-langkah dikatakan sistematis karena terdapatnya sejumlah langkah atau tahapan yang jelas dalam menjawab sebuah masalah. Ilmu pengambilan keputusan didasarkan atas penerapan gaya pemikiran yang dianut oleh seseorang dan persepsinya atas lingkungan dan masalah. Paradigma pengambilan keputusan yang dianut saat ini adalah pengambilan keputusan sebagai ilmu yang menerapkan sejumlah pendekatan penelitian ilmiah scientific research approach dalam bentuk teknik-teknik pengambilan keputusan atas dasar perhitungan matematis atau statistik. Paradigma ini berangkat dari gaya pemikiran rasional empiris yang berkembang sejalan dengan semakin besarnya pengaruh pandangan ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Pengambilan keputusan sebagai ilmu juga menandakan bahwa kajian tersebut bisa dipelajari oleh siapa saja. Ilmu dan seni pengambilan keputusan pada akhirnya bertujuan untuk memudahkan manusia dalam menetukan keputusan terbaik untuk meraih tujuan yang diinginkan, terutama tujuan kelompok atau organIsasi, dan ilmu pengetahuan merupakan landasan utama dalam menentukan pilihan, memilih alternatif solusi terbaik atas masalah atau tantangan. 18 Meskipun pengambilan keputusan dapat diilmiahkan, namun pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan tidak sesederhana yang dibayangkan. Simplifikasi permasalahan pendidikan dalam bentuk kuantitatif tidak begitu mudah mengingat permasalahan di bidang pendidikan kadang- kadang ambigu, ”bermuka banyak”, dan kompleks. Owens 1995:170 menyatakan: ”.... many our most trenchant educational problems are ambiguous, multifaced, and complex that they simply cannot be reduced to algorithms into which various quantitative data can be pluged so as to yield optimum decision”.

B. Pengambilan Keputusan, Organisasi Dan Manajemen