56
Berikut ini akan dibahas secara rinci mengenai tiga teknik tersebut yaitu wawancara mendalam, observasi partisipan dan studi dokumentasi.
1. Wawancara Mendalam
Penelitian kualitatif adalah sebuah interaksi simbolik yang melibatkan dua pihak, yaitu peneliti sebagai instrumen dan informan
sebagai sumber data utama, dan wawancara adalah pola komunikasi yang dirasa fektif untuk dapat menggali dan menangkap informasi dari sumber
data. Hampir semua pakar sependapat, bahwa wawancara merupakan teknik utama dalam metodologi kualitatif. Demikian pula dalam penelitian
ini, teknik wawancara digunakan untuk menangkap makna secara mendasar dalam interaksi yang spesifik. Tujuan dari wawancara adalah
untuk mengetahui apa yang terkandung di dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tak dapat
diketahui melalui pengamatan atau observasi Nasution 1996:72. Sesuai dengan karakteristiknya, wawancara dalam penelitian
kualitatif dapat dikategorikan menjadi dua macam yaitu wawancara tak berstruktur dan wawancara berstruktur. Dalam konteks yang sama,
Ekosusilo 2003 membagi teknik wawancara menjadi tiga macam, yaitu: 1 wawancara tidak terstruktur unstructured interview atau passive
interview; 2 wawancara agak terstruktur some what structured interview atau active interview; dan 3 wawancara sambil lalu casual
interview.
57
Kelebihan wawancara tidak berstruktur antara lain dapat dilakukan secara lebih personal yang memungkinkan diperoleh informasi sebanyak-
banyaknya. Kecuali itu, wawancara tidak terstruktur memungkinkan dicatat respon afektif yang tampak selama wawancara berlangsung, dan
dipilah-pilahkan pengaruh pribadi peneliti yang mungkin mempengaruhi hasil wawancara, serta memungkinkan pewawancara belajar dari informan
tentang budaya, bahasa, dan cara hidup mereka. Secara psikologis wawancara ini lebih bebas dan dapat bersifat obrolan sehingga tidak
melelahkan dan menjemukan informan. Pada waktu melakukan wawancara tidak terstruktur, pertanyaan-
pertanyaan dilakukan secara bebas free interview pada pertanyaan- pertanyaan yang sifatnya umum. Selanjutnya dilakukan wawancara yang
terfokus focused interview yang pertanyaannya tidak memiliki struktur tertentu, akan tetapi selalu berpusat pada satu pokok ke pokok yang lain.
Wawancara ketiga yang bersifat sambil lalu casual interview dilakukan apabila secara kebetulan peneliti bertemu informan yang tidak
direncanakan atau diseleksi terlebih dahulu, misalnya warga lembaga yang sebelumnya tidak diperhitungkan terlebih dahulu. Cara wawancara juga
dilakukan sesuai dengan keadaan sehingga sangat tidak terstruktur very unstructured. Sedangkan kedudukan wawancara ketiga ini hanya sebagai
pendukung dari metode wawancara yang pertama dan kedua. Contoh wawancara sambil lalu yang peneliti lakukan antara lain adalah
wawancara dengan Bapak Heri dari Quality Control. Wawancara itu
58
sendiri dilakukan tanpa perencanaan atau tidak sengaja, karena pada saat itu peneliti sedang melakukan observasi pada Bengkel Pendidikan, dan
pada saat tersebut ada aktivitas yang cukup menarik, yaitu kontrol kualitas produk siswa SMTIK oleh Bagian Quality Control. Saat itu pula peneliti
melakukan wawancara dalam bentuk yang tidak terstruktur. Meskipun hasil wawancara tidak dibuat dalam rekaman yang lengkap, tetapi dari
wawancara semacam ini diperoleh semakin banyak informasi berkaitan dengan aktivitas yang ada di PIKA, khususnya pada Divisi Pendidikan dan
Pelatihan . Dalam memilih informan pertama, yang dipilih adalah informan
yang setiap keputusan yang diambilnya mempunyai implikasi yang luas terhadap lembaga, di samping memiliki status tertentu. Direktur PIKA
diasumsikan memiliki banyak informasi tentang lembaga yang dipimpinnya, dan Kepala Divisi Pendidikan dan Pelatihan diasumsikan
sebagai personal yang memiliki pengaruh yang besar dalam setiap langkah pengambilan keputusan. Karena itu Direktur PIKA dan Kepala Divisi
Pendidikan dipilih sebagai informan pertama untuk diwawancarai. Untuk melakukan wawancara yang lebih terstruktur terlebih dahulu
dipersiapkan bahan-bahan yang diangkat dari isu-isu yang dieksplorasi sebelumnya. Dalam hal ini bisa dilakukan pendalaman atau dapat pula
menjaga kemungkinan terjadinya bias Moleong 1996. Dalam kondisi tertentu jika pendalaman yang dilakukan kurang menunjukkan hasil, maka
dapat dilakukan pendalaman dengan saling mempertentangkan
59
antagonistic probes. Namun demikian hal ini harus dilakukan secara persuasif, sopan dan santai.
Untuk menghindari wawancara yang melantur dan menghasilkan informasi yang kosong selama wawancara, topiknya selalu diarahkan pada
pertanyaan yang terkait dengan fokus penelitian. Wawancara dapat dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu, atau dapat pula secara
spontan sesuai dengan kesempatan yang diberikan oleh informan, tetapi hampir semua wawancara dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu.
Hal ini dilakukan karena prosedur yang ada di PIKA menuntut seperti itu. Untuk merekam hasil wawancara dengan seijin informan peneliti
menggunakan alat bantu berupa buku catatan dan mesin perekam tape recorder, dan kamera.
Yang perlu diperhatikan dalam penelitian kualitatif adalah status peneliti yang berusaha ”belajar” atau mempelajari subjek penelitian,
dengan demikian perlu diperhatikan mengenai persoalan emic, yaitu bagaimana informasi atau data yang kita dapatkan adalah persepsi
responden, bagaimana responden memandang dunia dari segi perspektifnya, menurut pikiran dan perasaannya Nasution 1996:71.
Meskipun demikian informasi emic tidak dapat dipisahkan dari informasi etic pandangan peneliti, mengingat manusia sebagai instrumen penelitian
tidak ”bebas pendapat”, dan yang lebih penting lagi adalah adanya suatu kenyataan yang sangat esensial, bahwa penelitian itu sendiri adalah
kegiatan yang ”bertujuan”.
60
Isu pokok yang digali melalui wawancara antara lain : 1 prosedur-prosedur baku dalam pengambilan keputusan rutin dan non rutin;
2 acuan-acuan dalam pengambilan keputusan rutin dan non rutin; 3 cara-cara pengambilan keputusan rutin dan non rutin; 4 teknik-teknik
utama yang digunakan untuk mendukung proses pengambilan keputusan; 5 upaya mengatasi atau memperbaiki keputusan yang ”salah” atau
”keliru”; dan 6 cara mengukur tingkat efektivitas keputusan. Di dalam penggalian data di lapangan, peneliti menggunakan
panduan berupa daftar pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan fokus penelitian dan isu pokok yang ingin digali, namun keputusan dan
pengambilan adalah sesuatu yang sangat kompleks maka pertanyaan- pertanyaan yang peneliti susun dalam panduan mempunyai cakupan yang
lebih luas dari hal-hal tersebut di atas, dengan asumsi bahwa sesuatu dapat dipahami dengan benar apabila dilihat dalam konteksnya. Berkaitan
dengan konteks dan situasi ini maka peneliti jabarkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang masih berkaitan dengan pengambilan
keputusan, antara lain tugas dan kewenangan staf, komunikasi, pengaruh penerapan Sistem Manajemen Mutu, dan sebagainya.
2. Observasi Partisipan