24
Keputusan manajer dipengaruhi oleh banyak faktor. Tetapi bila pertanyaan difokuskan pada bagaimana seorang manajer mengambil
keputusan, maka yang dominan adalah bagaimana mengenai manajer tersebut. Pengambil keputusan decision maker adalah satu dari tiga elemen pokok
atau dasar dalam pengambilan keputusan, selain elemen-lemen lainnya yaitu proses pengambilan keputusan the decision process dan keputusan itu sendiri
the decision it self Harison dalam Syafaruddin 2004:49. Oleh sebab itu kualitas manajer dalam mengambil keputusan tergantung pada pengalaman
atau persiapan sebelum menunaikan tugas, pengetahuan yang dimilikinya, karakter dasarnya, situasi dan kondisi di mana keputusan tersebut diambil.
Efektivitas seorang manajer dalam mengambil keputusan tergantung pada kemampuannya menggabungkan pendekatan ilmiah dengan pendekatan
kreatif berdasarkan intuisi, perasaan, dan pengalaman seseorang Siagian dalam Syafaruddin 2004; Evans 1991. Dengan demikian seorang manajer
harus dapat berpikir holistik, mendalam, dan menyeluruh, sebab tanpa berpandangan holistik seorang manajer akan mempunyi pandangan yang
sempit dan berakibat pada rendahnya kualitas keputusan yang dibuat.
C. Jenis-Jenis Keputusan Dan Model Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah hasil yang dicapai dalam proses pengambilan keputusan. Ada beberapa pandangan dalam melihat berbagai macam
pandangan dalam pemilahan jenis-jenis keputusan, tetapi kebanyakan para ahli membagi keputusan menjadi dua macam berdasarkan masalah keputusan
25
yang dihadapi, yaitu keputusan terprogram programmed decision dan keputusan tidak terprogram non-programmed decision. Hal ini paling tidak
dikemukakan oleh Dermawan 2004, Robbins 2002, Tjiptono 2003, dan Syafaruddin 2004.
Tjiptono 2003:184 menyebutkan, keputusan yang diprogram programmed decision merupakan keputusan yang dibuat menurut kebiasaan,
aturan, dan prosedur. Keputusan ini cenderung berulang-ulang dan rutin. Sedangkan keputusan yang tidak terprogram non-programmed decision
merupakan keputusan yang berkenaan dengan masalah-masalah baru, khas atau khusus, dan biasanya bersifat tidak terstruktur. Dalam menanggapi
keputusan ini manajer cenderung menggunakan judgement, intuisi, dan kreativitas. Dewasa ini banyak pula perusahaan yang menggunakan simulasi
komputer untuk menyelesaikan keputusan tidak terprogram. Syafaruddin 2004 menjelaskan kedua macam keputusan tersebut di
atas dalam bahasa yang sedikit berbeda. Disebutkan bahwa keputusan yang diprogram programmed decision dibuat berdasarkan pada problem yang
diketahui secara baik well-structured problem. Diasumsikan pula bahwa informasi tersedia secara mencukupi, dan dinilai relevan untuk menunjang
proses pengambilan keputusan tersebut. Sedangkan keputusan tak diprogramkan non-structured programmed dibuat berdasarkan masalah yang
tidak diketahui secara jelas ill-structured problems atau data dan informasinya tidak tersedia sebagaimana mestinya.
26
Istilah lain dari dua macam keputusan seperti tersebut di atas adalah keputusan rutin dan keputusan inovatif Depdiknas 2005. Istilah ini lebih
ditujukan pada kondisi tertentu, yaitu pengambilan keputusan di sekolah. Keputusan rutin berkenaan dengan prosedur operasional dan diambil melalui
pengetahuan menyeluruh tentang aturan, peraturan, dan kebijakan organisasi. Keputusan inovatif adalah keputusan yang berkenaan dengan hal-hal yang
sifatnya inovatif dan unik. Keputusan ini biasanya lebih sedikit dibandingkan dengan keputusan rutin.
Setiap manajer dapat memilih pendekatan yang dianggap paling sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Kreitner dan Kinicki
mengemukakan model pengambilan keputusan rasional yang terdiri dari empat langkah, yaitu identifikasi masalah, pengembangan alternatif solusi,
serta implementasi dan evaluasi solusi Tjiptono 2003:184. Sementara Robbins 1991 mengemukakan tiga model pengambilan keputusan, yaitu 1
optimizing decision-making model; 2 satisficing model; dan 3 implicite favorite model.
Model pengambilan keputusan dikembangkan atas dasar asumsi bahwa keputusan didasarkan atas rasionalitas. Model rasionalitas memandang
pengambil keputusan sebagai manusia rasional, di mana mereka selalu konsisten dalam membuat pilihan pemaksimuman nilai di dalam lingkup
keterbatasan-keterbatasan tertentu Dermawan 2003. Model rasional memperlihatkan sejumlah langkah yang dilakukan oleh pengambil keputusan
dalam menentukan pilihan alternatif solusi. Sebagai contoh, ahli manajemen
27
E.F. Harison menunjukkan terdapatnya enam langkah dalam model rasional pengambilan keputusan, yaitu:
1 define the problem;
2 identify the decision criteria;
3 allocate weight to the criteria;
4 develop the alternatives;
5 evaluate the alternatives;
6 select the best alternative;
Sedangkan H.A. Simon memperlihatkan tiga langkah pengambilan
keputusan, yaitu: 1
identify and define the problem; 2
generate the alternative solutions to the problem; 3
select solution and implement it. Kedua pandangan tersebut sebetulnya tidak jauh berbeda, dan hampir
semua pendapat yang berkaitan dengan langkah-langkah pemecahan masalah pasti dimulai dengan pengenalan dan identifikasi masalah, pencarian sejumlah
alternatif solusi, dan pemilihan solusi terbaik. Pengambilan keputusan berdasarkan pandangan rasionalitas didasarkan
atas asumsi-asumsi tertentu, dan masing-masing ahli memaparkan asumsi- asumsi tersebut sedikit berbeda satu dengan lainnya. Berikut ini adalah asumsi
yang mendasari pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Robbins 2002, yaitu:
28
1. Kejelasan masalah. Masalah jelas dan tidak samar-samar. Pengambil keputusan diasumsikan memiliki informasi lengkap berkenaan dengan
situasi keputusan. 2. Pilihan diketahui. Diasumsikan bahwa pengambil keputusan dapat
mengidentifikasi semua kriteria yang relevan dan dapat membuat daftar dari semua alternatif yang berlaku terus. Lebih lanjut,
pengambil keputusan mengetahui semua kemungkinan konsekuensi dari masing masing alternatif.
3. Preferensi yang jelas. Rasionalitas mengasumsikan bahwa masing- masing kriteria dan alternatif dapat diranking dan ditimbang untuk
menunjukkan tingkat pentingnya. 4. Preferensi yang konstan. Diasumsikan bahwa kriteria suatu keputusan
tertentu adalah konstan dan bobot yang diberikan padanya adalah stabil sepanjang waktu.
5. Tidak ada kendala waktu dan biaya. Pengambil keputusan rasional dapat memperoleh informasi yang lengkap tentang kriteria dan
alternatif karena diasumsikan bahwa tidak ada kendala waktu dan biaya.
6. Hasil maksimal. Pengambil keputusan rasional akan memilih alternatif yang menghasilkan nilai yang dipandang tertinggi.
Kondisi ideal yang dituntut dalam pengambilan keputusan rasional merupakan kondisi lingkungan yang tidak memiliki faktor ketidakpastian
zero uncertainly. Hal ini tentu tidak realistis, karena bila anggapan dasar yang melandasi keputusan rasional adalah benar, maka manajer akan selalu
dapat mengambil keputusan dengan tepat dan benar. Model rasional dikatakan sebagai model bersifat normatif normative model yang dianggap sebagai
model yang ideal, namun bukan model yang sebenarnya dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu dikembangkan suatu model yang realistis, yang
disebut dengan bounded rationality atau rasional terbatas, dengan asumsi dasar bahwa manusia memiliki keterbatasan rasionalitasnya, serta
keterbatasan-keterbatasan daya dukung untuk mengambil keputusan. Kapasitas pikiran manusia untuk menformulasikan dan memecahkan masalah
yang kompleks jauh di bawah prasyarat model rasionalitas, mereka
29
membangun model yang disederhanakan dan mencari segi-segi penting dari masalah tanpa menangkap semua kompleksitasnya. Individu, kemudian dapat
berperilaku secara rasional hanya dalam model yang sederhana Robbins 2002. Sedangkan Dermawan 2003 mempersamakan istilah bounded
rationality dengan irrationality. Untuk menghindari informasi yang terlalu banyak, para pengambil
keputusan menyandarkan pada heuristik atau jalan pintas penilaian, dalam pengambilan keputusan. Ada dua kategori umum heuristik, yaitu heuristik
tersediaan dan heuristik keterwakilan Robbins 2002. Keduanya menimbulkan bias dalam penilaian. Bias lain yang sering dibuat oleh para
pengambil keputusan adalah kecenderungan untuk meningkatkan komitmen kepada serangkaian tindakan yang gagal.
Heuristik ketersediaan availability heuristic adalah kecenderungan orang untuk mendasarkan penilaian mereka pada informasi yang sudah
tersedia untuk mereka. Heuristik keterwakilan representative heuristic adalah kecenderungan orang yang menilai suatu kejadian dengan
mencocokkannya pada kejadian yang sebelumnya ada. Orang sering keliru dalam menggunakan heuristik ini. Sebagai contoh para manajer seringkali
memprediksikan kinerja suatu produk baru dengan menghubungkannya dengan kesuksesan produk sebelumnya.
Hal lain yang menarik dalam kajian pengambilan keputusan adalah intuisi. Pengambilan keputusan intuitif adalah suatu proses bawah sadar yang
tercipta dari pengalaman. Pengambilan keputusan intuitif tidak harus dengan
30
melakukan analisis rasional secara independen, namun lebih merupakan dua hal yang saling melengkapi. Pengalaman memungkinkan para manajer
mengenali situasi dan menggunakan informasi yang terkait dengan situasi tersebut untuk sampai pada sebuah pilihan keputusan dengan cepat. Hasilnya
adalah bahwa pengambil keputusan intuitif dapat mengambil keputusan dengan cepat dalam informasi yang sangat terbatas. Penggunaan intuisi
sebagai alat pengambilan keputusan kadang dikaitkan dengan bounded rationality, atau lebih tepanya irrationality, yaitu menggunakan perasaan atas
dasar keterbatasan-keterbatasan rasionalitas dan keterbatasan-keterbatasan informasi.
D. Teknik Pengambilan Keputusan