Teknik Pengambilan Keputusan KAJIAN PUSTAKA

30 melakukan analisis rasional secara independen, namun lebih merupakan dua hal yang saling melengkapi. Pengalaman memungkinkan para manajer mengenali situasi dan menggunakan informasi yang terkait dengan situasi tersebut untuk sampai pada sebuah pilihan keputusan dengan cepat. Hasilnya adalah bahwa pengambil keputusan intuitif dapat mengambil keputusan dengan cepat dalam informasi yang sangat terbatas. Penggunaan intuisi sebagai alat pengambilan keputusan kadang dikaitkan dengan bounded rationality, atau lebih tepanya irrationality, yaitu menggunakan perasaan atas dasar keterbatasan-keterbatasan rasionalitas dan keterbatasan-keterbatasan informasi.

D. Teknik Pengambilan Keputusan

Sebagimana dikemukakan di atas, pengambilan keputusan dikatakan sebagai ilmu dan seni. Dalam konteks manajemen mutu terpadu, pengambilan keputusan harus didasarkan atas fakta, ini berarti pengambilan keputusan harus didasarkan atas data dan informasi yang jelas Tjiptono 2003; Syamsi 2000; Dermawan 2005; Suardi 2003. Meskipun pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan intuisi dan kreativitas seseorang dengan sedikit informasi sebagai pijakan, namun harus diakui bahwa pendekatan ilmiah dan rasional dalam proses pengambilan keputusan lebih dapat dipertanggungjawabkan karena lebih terukur, dan dapat menggambarkan target atau sasaran organisasi organization goals secara jelas. 31 Model pengambilan keputusan rasional maupun rasionalitas yang dibatasi bounded rationality tetap mempersyaratkan data dan informasi sebagai bahan baku pengambilan keputusan, meskipun ada penyederhanaan dalam pengelolaan dan pemanfaatan informasi, yang disebut dengan heuristik atau jalan pintas Robbins 2002. Data atau informasi tersebut dapat dikelola dengan berbagai cara atau alat bantu pengambilan keputusan dari yang bersifat kualitatif sampai dengan pendekatan kuantitatif. Ada berbagai teknik atau metode yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan. Tepat atau tidaknya teknik ini tergantung dari karakteristik masalah-masalah yang harus dipecahkan. Perlu disampaikan di sini bahwa ada beberapa istilah yang dapat menimbulkan kerancuan untuk menyebutkan teknik pengambilan keputusan. Ada sebagian literatur yang menyebut teknik pengambilan keputusan dengan istilah model atau metode Tjiptono 2003. Peneliti cenderung menggunakan istilah teknik atau metode, karena istilah model digunakan untuk menggambarkan hal yang lain. Dengan teknik pengambilan keputusan yang tepat dari yang sederhana sampai dengan yang rumit diharapkan didapatkan suatu keputusan yang berkualitas dan efektif. Teknik pengambilan keputusan adalah cara pemecahan masalah atau perencanaan didasarkan pada penggunaan cara atau metode tertentu untuk menghasilkan keputusan yang akurat. Teknik pengambilan keputusan adalah sebuah alat bantu bagi kecerdasan, intelektualitas, mental, dan akal sehat kita dalam membuat keputusan. Dengan demikian efektivitas berbagai teknik 32 sebagai alat bantu pengambilan keputusan sangat tergantung pada siapa, kapan, di mana, untuk apa, dan dalam konteks bagaimana keputusan tersebut diambil. Dermawan 2003 menyebutkan beberapa teknik yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan, antara lain analisis diagram Paretto, analisis perbandingan sepasang, analisis jaringan, teknik implikasi plus-minus, teknik pohon keputusan, pemrograman garis lurus linear programming, dan sebagainya. Dalam konteks Total Quality Management, pakar kualitas W. Edwards Deming mengajukan cara pemecahan masalah melalui Statistical Process Control SPC atau Statistical Quality Control SQC yang dilandasi tujuh alat satistik utama, yaitu diagaram sebab-akibat, check sheet, diagram Paretto, run chart dan control chart, histogram, stratifikasi, dan scatter diagram Tjiptono 2003. Alat-alat ini berguna dalam pengumpulan informasi yang objektif untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. Teknik lain yang dapat digunakan untuk merencanakan tindakan adalah analisis SWOT Strength – Weakness – Opportunity – Threat. Teknik ini biasanya digunakan untuk membuat perencanaan mengenai pengembangan institusi dengan melihat dan mempertimbangkan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat baik dari dalam maupun dari luar organisasi Mulyasa 2004: 68. Dengan teknik ini akan dihasilkan suatu strategi pengembangan institusi sebagai hasil atau simpulan atas analisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mendukung dan menghambat core bussiness dari sebuah organsisasi. 33 Strategi ekspansi dapat dilakukan apabila faktor pendukung internal strength dan faktor pendukung eksternal opportunity lebih dominan bila dibanding faktor pennghambat internal weakness dan hambatan dari luar yang berupa ancaman threat. Bila hal sebaliknya terjadi, maka strategi yang digunakan adalah konsolidasi organisasi, manakala faktor-faktor penghambat internal dan eksternal lebih dominan dari pada faktor pndukungnya. Selain itu ada yang disebut strategi diversifikasi, manakala organisasi mempunyai cukup kekuatan strength tetapi menghadapi ancaman threat yang cukup besar pula. Dengan strategi yang dihasilkan dari analisis ini maka akan dipilih tindakan yang paling sesuai dengan tujuan dari pengembangan tersebut.

E. Pendidikan dan Pelatihan