Observasi Partisipan Prosedur Pengumpulan Data

60 Isu pokok yang digali melalui wawancara antara lain : 1 prosedur-prosedur baku dalam pengambilan keputusan rutin dan non rutin; 2 acuan-acuan dalam pengambilan keputusan rutin dan non rutin; 3 cara-cara pengambilan keputusan rutin dan non rutin; 4 teknik-teknik utama yang digunakan untuk mendukung proses pengambilan keputusan; 5 upaya mengatasi atau memperbaiki keputusan yang ”salah” atau ”keliru”; dan 6 cara mengukur tingkat efektivitas keputusan. Di dalam penggalian data di lapangan, peneliti menggunakan panduan berupa daftar pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan fokus penelitian dan isu pokok yang ingin digali, namun keputusan dan pengambilan adalah sesuatu yang sangat kompleks maka pertanyaan- pertanyaan yang peneliti susun dalam panduan mempunyai cakupan yang lebih luas dari hal-hal tersebut di atas, dengan asumsi bahwa sesuatu dapat dipahami dengan benar apabila dilihat dalam konteksnya. Berkaitan dengan konteks dan situasi ini maka peneliti jabarkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang masih berkaitan dengan pengambilan keputusan, antara lain tugas dan kewenangan staf, komunikasi, pengaruh penerapan Sistem Manajemen Mutu, dan sebagainya.

2. Observasi Partisipan

Sesuai dengan fokus penelitian, teknik wawancara saja dirasakan tidak memadai untuk dapat mengekplorasi data dan informasi yang diinginkan, mengingat bahwa dalam penelitian ini unsur pengetahuan tacit relatif dominan. Pengambilan keputusan lebih banyak dipengaruhi hal-hal 61 yang bersifat personal, dan hal-hal semacam ini kadang-kadang tidak disadari oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu ini teknik observasi partisipan ini digunakan untuk melengkapi dan menguji hasil wawancara yang diberikan oleh informan yang mungkin belum menyeluruh atau belum mampu menggambarkan segala macam situasi atau bahkan melenceng. Istilah lain dari observasi adalah pengamatan. Ridjal 2001:94 menyatakan bahwa pengamatan adalah salah satu metode utama di samping wawancara untuk mengumpulkan data. Pertimbangan digunakannya teknik ini adalah bahwa yang orang katakan, kadang-kadang berbeda dengan apa yang dilakukan orang tersebut. Observasi partisipan merupakan karakteristik interaksi sosial antara peneliti dengan subjek-subjek penelitian. Dengan kata lain, proses bagi peneliti memasuki latar dengan tujuan untuk melakukan pengamatan tentang bagaimana peristiwa-peristiwa events dalam latar saling berhubungan. Observasi partisipan dilakukan dalam tiga tahap, dimulai dari observasi deskriptif descriptive observations secara luas dengan melukiskan secara umum situasi yang terjadi di PIKA-Semarang. Tahap berikutnya dilakukan observasi terfokus focused observations untuk menemukan kategori-kategori, seperti model pengambilan keputusan, teknik pengambilan keputusan, dampak yang ditimbulkan baik berupa reaksi positif maupun negatif, tahap akhir setelah dilakukan analisis dan observasi berulang-ulang, diadakan penyempitan lagi dengan melakukan observasi selektif selective observations. Semua hasil pengamatan dicatat 62 sebagai rekaman pengamatan lapangan field note, yang selanjutnya dilakukan refleksi. Hambatan yang paling menyolok terjadi di dalam melakukan pengamatan adalah observasi pada proses pengambilan keputusan yang sifatnya individual. Kesulitan ini muncul karena pengamatan pengambilan keputusan individual hanya bisa bisa dilakukan secara efektif apabila peneliti selaku instrumen selalu mengikuti secara terus menerus kegiatan atau aktivitas dari para informan. Hal ini tidak bisa dilakukan karena berbagai keterbatasan yang ada, antar lain keterbatasan waktu, kesibukan para informan, dan prosedur lembaga yang tidak memungkinkan untuk itu, meskipun sebenarnya peneliti sudah mengusahakannya dengan cara meminta ijin khusus kepada Direktur PIKA. Namun karena berbagai faktor, maka pengamatan terhadap perilaku para informan dalam pengambilan keputuan tak bisa dilakukan. Yang bisa peneliti lakukan adalah pengamatan beberapa rapat dan koordinasi diantara para staf.

3. Studi Dokumentasi