132
biasanya dilakukan pada akhir tahun, misalnya untuk evaluasi pendidikan, rencana lima sampai sepuluh tahun ke depan. Ini
dilakukan apabila kita punya waktu cukup banyak, dan berdampak besar bagi PIKA” WQI-32005.
1. Teknik Brain Storming
Meskipun PIKA telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000, tidak semua keputusan diproses dengan teknik-teknik khusus
seperti tersebut di atas. Teknik-teknik tersebut dipergunakan secara selektif, tergantung pada jenis masalahnya. Seperti yang dikemukakan
oleh Pak Totok Susanto, Kepala Program D III, sebagai berikut: ”Tidak setiap keputusan. Kalau keputusan itu menyangkut
keputusan yang mendasar, jangka panjang, kita menggunakan macam-macam teori itu. Tetapi kalau yang singkat, misalnya
besok mau pergi, menggunakan mobil yang mana, siapa yang pergi maka kita tinggal melihat saja, kemungkinan-kemungkinan
buruk apa yang mungkin terjadi, apa yang kita hadapi dengan dengan keputusan itu. Tetapi misalnya kita akan membuka kelas
paralel, kan ada waktu cukup banyak, keputusan bisa diambil dengan cara seperti itu” WQI-32005.
Teknik brain storming digunakan oleh manajemen PIKA di dalam pengambilan keputusan dalam rapat-rapat atau koordinasi antar staf.
Teknik brain storming adalah salah satu bentuk teknik pengambilan keputusan dalam kelompok untuk menghasilkan beragam ide dan
alternatif untuk memecahkan masalah. Teknik ini berlaku efektif dalam mengasilkan ide, tetapi tidak tepat untuk menentukan satu alternatif
terbaik karena bagaimanapun juga, keputusan final akan berada dalam genggaman pimpinan tertinggi dalam struktur organisasi. Dalam konteks
PIKA, keputusan tertinggi terletak di tangan Direktur PIKA.
133
Kebaikan dari teknik ini adalah mereduksi keinginan terselubung dalam proses pembuatan keputusan. Semenjak semua orang memiliki
suara yang sama untuk menghasilkan sejumlah ide alternatif solusi, maka alternatif terbaik yang akan dipilih dapat dikatakan sebagai alternatif yang
bebas bias, dan setiap orang akan mewujudkan alternatif terpilih. Teknik brain storming sebenarnya adalah salah satu bentuk
pengambilan keputusan dengan metode partisipatif atau participative decision-making methods. Suatu hal yang perlu digarisbawahi bahwa
penggunaan metode ini dalam proses pengambilan keputusan di PIKA bukan semata-mata didasari keinginan agar keputusan yang dihasilkan
adalah pilihan terbaik dari sejumlah alternatif yang ada, tetapi manajemen PIKA menghendaki lebih dari hal itu. Di dalam proses pengambilan
keputusan, manajemen PIKA mendudukkan proses sama pentingnya dengan hasil. Bahkan dinyatakan bahwa keputusan yang ”salah” tetapi
dihasilkan dengan proses yang disepakati bersama itu lebih baik dari pada keputusan yang ”benar” tetapi dihasilkan melalui proses yang salah.
Pernyataan Direktur PIKA Drs. Y. Joko Tarkito SJ, M.A. menyiratkan hal tersebut berkaitan dengan ketepatan atau akurasi dari sebuah keputusan,
sebagai berikut: ”Yang penting menurut saya bukan keputusannya, tetapi yang
lebih penting prosedurnya. Keputusan bisa salah, tetapi bila prosesnya benar akan menyehatkan organisasi. Artinya semua
orang di sana membuat keputusan bersama, lalu akhirnya keputusan yang dilaksananakan salah, dan semua orang belajar
dari situ. Dari pada keputusan dari pemimpin, dal-del, dal-del, meskipun benar tetapi orang lain tidak belajar. Penyehatan
organisasi itu seperti senam, semua bergerak, semua belajar,
134
sehingga semua semakin kuat, semakin pejal, semakin solid, semakin bersatu” WQI-12005.
Secara teoretis, teknik brain storming memiliki langkah-langkah atau tahapan-tahapan tertentu, namun di dalam aplikasinya tentu tidak
selalu textbook. Dalam pandangan peneliti, apa yang dimaksud dengan teknik brain storming dalam konteks pengambilan keputusan di PIKA
lebih terlihat sebagai sebuah pengambilan keputusan dalam sebuah diskusi terbuka yang terarah dan fokus tertentu dengan pemegang kunci
adalah pimpinan rapat. Mengingat bahwa rapat yang paling penting di PIKA adalah rapat manajemen dan rapat Direksi yang dipimpin langsung
oleh oleh Direktur, maka kata akhir biasanya berada di tangan Direktur. Mengenai hal ini, dapat disimak petikan pernyataan Pak Totok Susanto,
Kepala Program D III, sebagai berikut: ”Pada umumnya metode yang dipakai berupa brain storming,
sumbang saran, di mana peserta rapat mengemukakan data, kita saring, kemudian kita ambil keputusan bersama secara kolektif.
Memang pada akhirnya pimpinan tertinggi itu lebih mengetahui keadaan umum di PIKA, memang seringkali apa yang sudah kita
simpulkan melalui brain storming dipandang oleh pimpinan sebagai hal yang belum tentu lebih baik. Karena, ya, kami yang di
bawah tahu detail, tetapi pimpinan paling tinggi itu tahu generalnya. Ya seringkali kami tidak melihat apa yang dilihat
pimpinan, maka dalam hal semacam itu pimpinan bisa mengatakan, ini ditunda dulu”WQI-32005.
2. Analisis SWOT