Variabel Pembentuk Index Kinerja BPR

5.2 Variabel Pembentuk Index Kinerja BPR

Variabel-variabel financial sustainability dan outreach tidak semuanya berpengaruh signifikan terhadap pembentukkan index kinerja suatu BPR. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan variabel yang dapat menggambarkan kinerja suatu BPR melalui uji korelasi antara semua variabel indikator kinerja BPR dengan variabel brenchmark BOPO, dan uji nilai loading factor. Hasil yang diperoleh dari uji korelasi, terdapat 13 variabel yang memiliki korelasi yang signifikan dengan variabel BOPO, variabel-variabel tersebut antara lain: Tabel 5.1 Korelasi Variabel Kinerja dengan BOPO No Nama Rasio Corelation Coefisien 1 Cost to Client -.246 2 LDR .090 3 ROA -.563 4 ROE -.438 5 Profit Margin -.956 6 Yield Gap .087 7 Current Ratio .085 8 Funnding Expenses Ratio .172 9 Operating Expenses Ratio .503 10 Other Expenses Ratio .480 11 NPL .549 12 KAP .503 13 Jumlah rekening kredit -.074 Keterangan: signifikan 2 talied Nilai koefisien korelasi variabel rasio profit margin yang makin mendekati angka satu, menunjukkan variabel rasio profit margin semakin memiliki korelasi yang signifikan dengan variabel brenchmark BOPO. Tanda negatif menunjukkan arti yang berlawanan arah dengan BOPO, artinya jika semakin kecil nilai rasio BOPO akan semakin besar nilai yang dimiliki oleh rasio profit margin. Untuk nilai koefisien variabel rasio LDR yang mendekati angka nol, menunjukkan variabel tersebut memiliki korelasi yang kurang signifikan dengan variabel brenchmark BOPO. Tanda positif menunjukkan arti yang searah dengan BOPO, artinya jika semakin kecil nilai rasio BOPO, maka akan semakin kecil pula nilai yang dimiliki oleh rasio LDR. Begitupun dengan variabel rasio-rasio lainnya, akan mengikuti arti dari kedua rasio yang telah dijelaskan sebelumnya. Variabel–variabel tersebut belum dapat sepenuhnya digunakan sebagai variabel pembentuk index kinerja suatu BPR. Hal ini dikarenakan variabel yang telah diperoleh dari hasil uji korelasi, harus memiliki nilai loading factor yang baik ≥ 0.1 pada komponen yang pertama. Loading factor yang baik pada komponen yang pertama merupakan hal yang penting, karena komponen pertama merupakan yang dapat menggambarkan karakteristik index kinerja BPR dari variabel-variabel tersebut Carla et al, 2006. Hasil nilai loading factor dari variabel yang memiliki korelasi signifikan dengan BOPO, diperoleh sebagai berikut: Tabel 5.2 Component Matrix Nilai Loading Faktor Loading Faktor 1 2 3 4 pm -0.836 0.202 0.164 bopo 0.816 -0.2 -0.192 roa -0.799 0.126 -0.144 npl 0.761 -0.224 0.333 -0.148 oter 0.757 0.51 -0.184 kap 0.737 -0.27 0.412 -0.111 oer 0.726 0.539 -0.173 roe -0.673 0.13 ctc -0.102 0.825 0.376 yg -0.749 -0.455 0.101 fer 0.4 0.46 -0.228 0.359 ldr -0.426 0.553 0.203 cr -0.301 -0.744 Jumlah rek kredit -0.135 -0.143 0.544 Extraction Method: Principal Component Analysis. Berdasarkan Tabel 5.2, memperlihatkan terdapat beberapa variabel yang tidak terdapat pada komponen satu yang menggambarkan karakteristik index dari variabel tersebut, yaitu yg, ldr, dan cr. Selain itu, terdapat satu variabel ctc yang tidak dapat memenuhi persyaratan nilai loading factor. Variabel-variabel tersebut tidak akan digunakan sebagai variabel pembentuk index kinerja BPR, dan hanya variabel sisanya saja yang digunakan sebagai variabel pembentuk index kinerja BPR. Sebagian besar variabel pembentuk index kinerja BPR dapat menggambarkan karakteristik dari kinerja BPR dengan baik. Hal ini dikarenakan variabel-variabel tersebut, memiliki nilai loading factor rata-rata diatas 0.6.

5.3 Index Kinerja BPR