Indikator Kinerja BPR KINERJA dan JANGKAUAN PELAYANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

V. KINERJA dan JANGKAUAN PELAYANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

5.1 Indikator Kinerja BPR

Yaron 1994 mengemukakan bahwa kinerja lembaga keuangan mikro ditentukan oleh dua indikator, yaitu financial sustainability dan outreach. Pernyataan ini, diperkuat oleh Zeller dan Mayer 2002 yang menyatakan bahwa lembaga keuangan mikro dapat dikatakan baik, jika BPR dapat memenuhi financial susitanibilty, outreach, dan impact secara bersamaan. Kedua pernyataan tersebut berindikasi, apabila suatu LKM memiliki stabilitas keuangan yang semakin baik, ia akan mampu lebih banyak menjangkau nasabah UMKM, sehingga LKM tersebut akan memiliki pengaruh terhadap perkembangan ekonomi di wilayah sekitar BPR beroperasi. Kedua indikator kinerja LKM tersebut pada umumnya dicerminkan oleh variabel rasio-rasio keuangan dan jumlah nasabah yang dimilikinya. Berdasarkan penyesuaian antara rasio yang terdapat pada CGAP 2003 dengan Bank Indonesia BI, terdapat 18 variabel rasio yang menggambarkan financial sustainability dan outreach yang sesuai dengan keadaan di Indonesia. Variabel rasio tersebut antara lain rasio Cost to Client CTC, Average Outsanding Loan Size AOLS, Cost per Borrower CPB, LDR, ROE, ROA, BOPO, Profit Margin PM, Cash Ratio CR, Yield Gap YG, Funding Expenses Ratio FER, Cost of Fund Ratio COF, Write off Ratio WOR, Operating Expenses Ratio OER, NPL, CAR, Kap. Selain rasio- rasio tersebut, berdasarkan studi literature yang dilakukan, maka pada penelitian ini menambahkan variabel jumlah rekening kredit sebagai variabel kinerja BPR. Hal ini dikarenakan suatu BPR akan makin besar jangkauan pelayanan kepada nasabah, apabila BPR tersebut memiliki kinerja yang makin baik. Membangun index kinerja menjadi suatu hal yang penting, karena index merangkum keseluruhan variabel indikator kinerja suatu LKM dalam sebuah skor untuk setiap unit observasi dalam penelitian ini BPR. Sehingga kita dapat membandingkan kinerja antara suatu BPR terhadap BPR lainnya baik dalam hal financial sustainability maupun outreach. Namun dalam membangun index tersebut, terlebih dahulu menentukan satu variabel sebagai brenchmark. Variabel yang dipilih sebagai brenchmark tersebut dapat menggambarkan secara umum keseluruhan rasio- rasio yang menggambarkan financial sustainability dan outreach kinerja suatu LKM Carla et al, 2006. Hasil penelitian Luzzy dan Webber, et.al 2005 menunjukkan variabel rasio Operational Self-Sufficiency OSS sangat berpengaruh terhadap kinerja suatu LKM. Hal ini dikarenakan OSS dapat mengukur apakah pendapatan LKM dapat memenuhi semua biaya dan pengeluaran. Berarti jika LKM semakin mampu menutupi semua biaya dan pengeluaran, menunjukkan LKM tersebut semakin efisien dan efektif, sehingga BPR memiliki kemampuan yang lebih luas dalam menjangkau nasabah dan berdampak terhadap perekonomian wilayah sekitar maupun nasional. Apabila disesuaikan dengan keadaan di Indonesia, variabel rasio OSS memiliki kesamaan karakteristik dengan rasio BOPO.

5.2 Variabel Pembentuk Index Kinerja BPR