Produk Pelayanan BPR TINJAUN PUSTAKA

Berdasarkan Gambar 2.1 terlihat bahwa BPR selama enam tahun terakhir mengalami perkembangan asset yang cukup baik. Hal ini terlihat dari semakin berkurangnya proposi BPR yang memiliki asset di bawah Rp 5 Milliar, dari 76 persen total BPR pada tahun 2003 menjadi hanya 38 persen dari total BPR. Kondisi serupa juga terlihat pada penyebaran modal inti BPR, masih terdapat 44,71 persen BPR yang beroperasi dengan modal inti kurang dari Rp. 1 miliar, sementara itu terdapat BPR dengan modal inti mencapai Rp. 161,66 miliar. Mayoritas BPR 52,38 memiliki modal inti yang berada pada range Rp. 1 hingga 10 miliar. Sedikit berbeda dengan sebaran aset dan modal inti, rata-rata 52,32 BPR memiliki modal disetor sebesar kurang dari Rp. 1 miliar Bank Indonesia, 2008. Hasil Laporan Kuawartal I 2008 Bank Indonesia, 2008, dilihat dari aspek keuangan Loan to Deposit Ratio LDR BPR mencapai sekitar 81,25 persen dengan pertumbuhan kredit per Mei mencapai 24,30 persen. Untuk NPL BPR, walaupun masih cukup tinggi risiko kredit BPR menunjukkan perbaikan dengan turunnya rasio NPL gross menjadi 7,46 persen dari 9,34 persen per Mei 2008. Selain nilai NPL BPR, secara umum kinerja BPR sampai dengan bulan Mei 2008 mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh indikator rentabilitas yakni ROA dan ROE berada pada 3,74 persen dan 25,11 persen.

2.3 Produk Pelayanan BPR

Produk pelayanan yang umum diberikan oleh BPR kepada masyarakat berbentuk tabungan, dan kredit. Bank Indonesia untuk jenis pelayanan kredit, membagi dalam 3 kategori, yaitu berdasarkan plafon, berdasarkan penggunaan, dan berdasarkan sektor ekonomi. Berikut ini diuraikan secara ringkas 3 kategori tersebut : a. Berdasarkan Plafon Plafon adalah nilai nominal kredit yang diberikan BPR kepada debitur. Kredit berdasarkan plafon terdiri dari: 1. Kredit Mikro : sampai dengan Rp 50 juta 2. Kredit Kecil : di atas Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta 3. Kredit Menengah : di atas Rp 500 juta sampai dengan Rp 5 milyar b. Berdasarkan Penggunaan Kredit berdasarkan penggunaan adalah tujuan penggunaan kredit oleh debitur. Kredit berdasarkan penggunaan terdiri dari kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi. Kredit modal kerja adalah kredit yang di peruntukkan untuk modal kerja debitur; kredit investasi adalah kredit yang diperuntukkan untuk pembelian barang modal dan jasa debitur; kredit konsumsi diperuntukkan untuk keperluan konsumsi berupa barang atau jasa. c. Berdasarkan ekonomi Kredit berdasarkan sektor ekonomi dirinci atas : 1. Pertanian Kredit yang diberikan kepada bidang usaha pertanian dalam arti luas, seperti perkebunan, perikanan, peternakan, termasuk pula usaha-usaha di bidang perburuan dan sarana pertanian. 2. Perindustrian Kredit yang diberikan kepada bidang usaha yang mengubah bentuk mengolah menjadi barang baru baik dikerjakan dengan mesin, tenaga manusia, maupun lainnya seperti industri kecil. Termasuk pula dalam sektor ini jasa-jasa seperti reparasi dan pengangkutan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari sektor industri bersangkutan. 3. Perdagangan, Restoran, dan Penginapan Kredit yang diberikan kepada bidang usaha yang bergerak dibidang perdagangan barang, rumah makan dan penginapan. 4. Jasa-Jasa Kredit yang diberikan kepada usaha yang bergerak dibidang pemberian jasa untuk membangun dan memperbaiki gedung, rumah tempat tinggal, pasar dan sebagainya, baik untuk disewakan maupun untuk dijual. Termasuk pula dalam sektor ini adalah usaha dibidang pengangkutan, jasa sosial masyarakat seperti hiburan dan kebudayaan, kesehatan, penyelenggaraan kursus-kursus dan pendidikan serta jasa lainnya seperti bengkel. 5. Lain-lain Kredit yang diberikan kepada usaha yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu bidang usaha di atas 1-4, misalnya sektor ekonomi dari kredit konsumsi berupa keperluan akan perumahaan, kendaraan, dan alat-alat rumah tangga.

2.4 Indikator Kinerja BPR