untuk bekerja lebih dari satu hari atau kurang dari satu tahun serta tidak ada niat menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas penduduk komutasi adalah gerak
perpindahan penduduk melintasi batas-batas administratif suatu wilayah untuk bekerja sedikitnya enam jam atau kurang dari satu hari serta kembali pada hari itu
juga dan tidak ada niat menginap di daerah tujuan.
2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi
Migrasi merupakan gejala umum yang terjadi terutama di negara- negara berkembang seperti Indonesia. Selain disebabkan oleh pertambahan jumlah
pengangguran di daerah pedesaan, pertambahan jumlah penduduk dan tenaga kerja yang semakin cepat dan semakin besar di sektor pertanian menimbulkan
pula satu masalah penting lainnya, yaitu masalah pengaliran penduduk yang sangat berlebihan dari daerah-daerah pedesaan ke kota-kota besar.
Pada teori migrasi yang dikenal luas di negara berkembang yaitu teori migrasi Todaro atau yang lebih dikenal dengan model Todaro 1983
mengemukakan bahwa orang-orang melakukan migrasi pada umumnya berdasarkan pertimbangan ekonomi yang rasional, dimana keputusan untuk
melakukan migrasi tergantung kepada perbedaan upah riel yang lebih besar yang diharapkan antara desa dan kota serta peluang untuk memperoleh pekerjaan di
kota. Pendapatan yang diharapkan adalah fungsi dari upah yang ditawarkan dan kemungkinan memperoleh pekerjaan dengan upah tertentu. Pada intinya teori ini
menganggap bahwa para migran akan membandingkan penghasilan yang diharapkan di daerah tujuan dengan penghasilan di daerah asal. Mereka akan
melakukan migrasi bila penghasilan di daerah tujuan lebih besar daripada penghasilan di daerah asal.
Lee 1969 menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan orang mengambil keputusan untuk bermigrasi adalah : 1 faktor yang terdapat di tempat
asal; 2 faktor yang terdapat di daerah tujuan; 3 faktor penghambat penghalang antara; dan 4 faktor pribadi.
Pada setiap daerah terdapat faktor-faktor yang menarik untuk tinggal di daerah tersebut faktor + dan terdapat juga faktor-faktor yang mendorong orang
untuk pindah dari daerah tersebut faktor - . Disamping itu juga terdapat faktor- faktor yang tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap penduduk di daerah
tersebut faktor 0 . Apabila faktor negatif lebih banyak daripada faktor-faktor yang lain maka akan mengakibatkan suatu tekanan bagi seseorang untuk pindah
dari daerah tersebut. Pergerakan penduduk pedesaan merupakan reaksi dari tekanan tersebut, terutama tekanan ekonomi.
Faktor-faktor di atas tidak sama untuk semua orang, ada kemungkinan faktor tersebut berpengaruh positif untuk seseorang tetapi terhadap orang lain
berpengaruh negatif atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Tetapi menurut Lee lebih lanjut, dapat dilihat ada kelompok-kelompok orang yang reaksinya
hampir sama terhadap sejumlah faktor sejenis yang terdapat di tempat asal dan tempat tujuan.
Sedangkan penghalang faktor penghambat antara menurut Lee, misalnya jarak dan biaya transportasi yang dapat membatasi keinginan orang untuk
bermigrasi. Faktor pribadi yang dimaksud adalah pandangan persepsi terhadap faktor-faktor di daerah asal dan di daerah tujuan serta terhadap penghalang antara.
Selain itu Munir 1981 menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Adapun faktor pendorong antara lain: 1.
Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya masih sulit diperoleh seperti hasil
tambang, kayu dan bahan dari hasil pertanian. 2.
Menyempitnya lapangan kerja di daerah asal misalnya pedesaan akibat masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin.
3. Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama dan suku di daerah
asal. 4.
Tidak cocok lagi dengan adat, budaya dan kepercayaan di tempat asal 5.
Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa mengembangkan karir pribadi.
6. Bencana alam misalnya banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau
panjang dan adanya wabah penyakit. Sedangkan faktor penarik antara lain:
1. Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki
lapangan pekerjaan yang cocok. 2.
Kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. 3.
Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. 4.
Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya.
5. Tarikan dari orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung.
6. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat
kebudayaan sebagai daya tarik orang-orang dari desa atau kota kecil. Menurut hasil Studi Hugo 1978 menyatakan bahwa kemampuan kota
untuk menarik para migran untuk hidup di wilayahnya dikarenakan struktur perekonomian kota terdiri dari dua sistem produksi yaitu sektor formal dan sektor
informal. Sektor formal bersifat padat modal dan berproduktivitas tinggi sehingga membutuhkan pekerja yang mempunyai keahlian dan ketrampilan tinggi.
Sedangkan sektor informal bersifat padat karya, berproduktivitas rendah dengan pekerja yang berkemampuan dan berketrampilan yang rendah pula.
Greenwood 1975 mengemukakan beberapa variabelfaktor yang menentukan seseorang untuk bermigrasi, yaitu :
1. Jarak dan biaya langsung perpindahan. Migrasi akan menurun dengan semakin
jauhnya jarak, karena jarak dapat berfungsi sebagai pencerminan dari biaya transportasi dan biaya perjalanan.
2. Pendapatan. Migran potensial akan memilih lokasi dimana nilai nyata dari
manfaat bersih yang diharapkan adalah terbesar, artinya bahwa seseorang akan melakukan migrasi bila pendapatan bersih di daerah tujuan lebih besar
daripada di daerah asal. 3.
Informasi. Informasi yang tersedia mengenai daerah alternatif memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan dari kaum migran untuk
menentukan daerah tujuan. Umumnya orang akan cenderung menuju tempat dimana ia telah mengetahui informasi mengenai daerah tersebut daripada
daerah yang mereka tidak ketahui atau hanya sedikit informasi yang tersedia.
4. Karakteristik migran dan keputusan bermigrasi. Karakteristik yang
menentukan dalam keputusan melakukan migrasi adalah umur dan tingkat pendidikan. Peluang melakukan migrasi pada angkatan kerja menurun seiring
dengan meningkatnya umur. Semakin tinggi pendidikan akan memperbesar peluang seseorang melakukan migrasi, sebab dengan semakin tinggi
pendidikan maka informasi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan peluang untuk mendapatkan pekerjaan juga besar.
Menurut Sjaastad 1961 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi adalah: 1 perbedaan pendapat atau upah antar daerah, 2
biaya migrasi, baik biaya yang dapat diukur dengan uang seperti biaya transportasi dan penginapan maupun biaya yang tidak dapat diukur dengan uang
seperti pendapatan yang hilang selama perjalanan, biaya korbanan karena rasa enggan berpisah dengan keluarga, dan 3 pendapatan yang diperoleh di tempat
tujuan, baik pendapatan yang dapat diukur dengan uang maupun yang tidak dapat diukur dengan uang.
Ananta 1993 mengemukakan bahwa beberapa penyebab migrasi, antara lain: 1 keputusan pribadi calon migran, dan 2 keputusan pemerintah melalui
program transmigrasi. Hal tersebut berkaitan dengan peningkatan mutu modal manusia melalui peningkatan pendidikan. Selain itu keputusan untuk bermigrasi
juga ditentukan oleh produktivitas, dalam hal ini upah yang diharapkan dari daerah tujuan. Peningkatan mutu modal manusia melalui pendidikan merupakan
salah satu kunci peningkatan produktivitas. Mobilitas penduduk akan berpengaruh positif terhadap peningkatan produktivitas jika migran memiliki mutu modal
manusia yang baik, dalam hal ini berupa pendidikan, kesehatan dan keamanan si pekerja.
Naim 1979 menyatakan bahwa dari duabelas sukubangsa utama di Indonesia yang terdiri dari Minangkabau, Batak, Banjar, Bugis, Manado, Ambon,
Jawa, Sunda, Madura, Bali, Aceh dan Melayu menunjukkan bahwa enam dari sukubangsa yang disebutkan pertama memiliki intensitas migrasi yang relatif
tinggi dan enam sukubangsa yang disebutkan terakhir memiliki intensitas migrasi yang rendah sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Intensitas Migrasi dari Duabelas Sukubangsa Utama di Indonesia Persentase Migrasi
Intensitas Migrasi Sukubangsa
1930 1961
Tinggi +
Minangkabau Batak
Banjar Bugis
Manado Ambon
11.0 15.3
14.2 10.5
9.5 9.1
31.6 19.5
12.2 6.6
11.5
Rendah -
Jawa Sunda
Madura Bali
Aceh Melayu
3.4 0.1
1.1 3.4
3.4 1.4
2.6 3.3
Sumber : Naim 1979 Menurut Naim 1979 dalam penelitiannya mengenai pola migrasi suku
Minangkabau, bahwa sebab-sebab merantau orang Minangkabau Padang dapat dilihat dari : 1 faktor ekologi dan lokasi, 2 faktor ekonomi dan demografi, 3
faktor pendidikan, 4 daya tarik kota, 5 keresahan politik, 6 faktor-faktor
sosial, 7 arus baru, dan 8 faktor-faktor sosial bagi migrasi diantara masyarakat- masyarakat lainnya.
Tabel 4 menunjukkan hasil penelitian Naim 1979 mengenai faktor-faktor migrasi, dimana tanda + menunjukkan faktor positif yang mendorong bagi
migrasi sedangkan tanda - menunjukkan faktor negatif yang menahan terjadinya migrasi. Faktor-faktor dikelompokkan menjadi dua, yaitu 1 faktor fisik, yang
terdiri dari faktor ekologi, faktor geografi serta faktor demografi dan 2 faktor sosial budaya, yang terdiri dari faktor pendidikan dan aspirasi yang lebih tinggi,
faktor daya tarik kota, faktor keresahan politik dan faktor pelembagaan sosial. Tabel 4. Faktor-Faktor Migrasi dari Duabelas Suku Utama di Indonesia
Faktor-Faktor Migrasi Fisik Sosial-budaya
Jumlah +
Intensitas Migrasi
Sukubangsa 1 2 3 4 5 6 7
8
Tinggi +
Minangkabau Batak
Banjar Bugis
Manado Ambon
+ +
- -
+ +
+ +
+ +
+ +
- -
- -
- -
+ +
- -
+ +
+ +
- -
+ +
+ +
- -
+ +
+ +
- +
+ +
+ -
- -
- -
7 6
1 2
6 6
Rendah -
Jawa Sunda
Madura Bali
Aceh Melayu
+ +
+ +
- +
- -
- -
- -
+ +
+ +
- -
+ +
+ +
- -
- -
- -
- -
+ +
+ +
- -
- +
- -
+ -
- -
- -
- -
4 5
4 3
1 1
Sumber : Naim 1979 Keterangan angka :
1. Ekologi
5. Pendidikan aspirasi yang lebih tinggi
2. Geografi
6. Daya tarik kota 3.
Demografi 7. Keresahan politik
4. Ekonomi
8. Pelembagaan sosial
2.4. Produktivitas Tenaga Kerja