Produktivitas Tenaga Kerja Tinjauan Studi Terdahulu

Padang sebagian besar responden rumahtangga tidak akan melakukan migrasi kembali baik ke daerah asal atau daerah lainnya. Peluang rumahtangga untuk migrasi kembali dipengaruhi oleh pendapatan, omzet usaha serta pendidikan kepala keluarga. Tingginya keinginan untuk migrasi kembali pada rumahtangga usaha warung Tegal sesuai dengan kondisi sosial budaya suku Jawa yang mempunyai intensitas migrasi yang rendah, demikian pula dengan rendahnya keinginan rumahtangga usaha warung Padang untuk migrasi kembali sesuai dengan kondisi sosial budaya Minangkabau yang memiliki intensitas migrasi yang tinggi. Hasil penelitian Desiar 2003, menunjukkan bahwa migrasi masuk ke DKI Jakarta meningkatkan pengangguran dan sektor informal. Migran yang tingkat pendidikannya paling tinggi SLTP mempunyai peluang memasuki sektor formal sangat kecil, karena itu mereka cenderung memasuki sektor informal yang tidak memerlukan persyaratan pendidikan.

2.5.2. Produktivitas Tenaga Kerja

Hasil penelitian Ahmad 1990 dalam Rofiqoh 1994 menunjukkan bahwa tingkat urbanisasi mempunyai hubungan yang negatif dengan produktivitas tenaga kerja, sedangkan kualitas tenaga kerja, tingkat industrialisasi dan pengeluaran pemerintah mempunyai hubungan yang positif dengan produktivitas tenaga kerja. Hasil penelitian Rofiqoh 1994 menunjukkan bahwa faktor-faktor berpengaruh nyata terhadap produktvitas pekerja di Kalimantan Timur adalah jumlah tenaga kerja yang tamat SD dan pendapatan perkapita. Nilai elastisitas menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja di Kalimantan Timur tidak responsif terhadap semua peubah bebasnya. Produktivitas pekerja di Kalimantan Timur secara tidak langsung dipengaruhi oleh banyaknya jumlah migrasi yang masuk, hal ini tidak terlepas dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para migran. Selain itu kehadiran para migran juga berdampak pada peningkatan pendapatan perkapita yang akhirnya berdampak pada produktivitas tenaga kerja. Hasil peneltitian Kulsum 1997 menyatakan bahwa dari sepuluh faktor yang diduga mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pemetik teh setelah dikurangi tiga faktor yang bermultikolinier hanya jenis kelamin, status kerja dan hubungan dengan sesama pemetik yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produktivitas, masing-masing pada taraf kepercayaan 90, 95 dan 95 persen. Sementara itu faktor pengalaman kerja, pengeluaran, pendapatan diluar pemetikan dan hubungan atasan-bawahan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 10, 20, 35, dan 25 persen. Hasil penelitian Simanjuntak 1997 mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pengrajin rotan, menyatakan bahwa produktivitas kerja pengrajin rotan dipengaruhi secara nyata oleh pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan dan alokasi waktu kerja, tetapi tidak responsif terhadap perubahan faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja pengrajin rotan adalah umur, pendidikan, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dan alokasi waktu kerja. Namun faktor-faktor lain yang berpengaruh positif tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja pengrajin rotan adalah umur dan tingkat pendidikan. Tutuhatunewa 1998 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di industri kecil sepatu, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja meliputi umur, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dan alokasi waktu kerja. Jenis kelamin berpengaruh nyata hingga taraf kepercayaan 80 persen, sedangkan umur, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan dan alokasi waktu kerja berpengaruh nyata hingga taraf kepercayaan 95 persen. Tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan pengeluaran rata-rata tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu Desa Kotabatu. Akmal 2006 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai, menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja dipengaruhi secara nyata oleh jenis kelamin, alokasi waktu kerja, upah yang diterima pekerja dan dummy status pekerjaan. Peubah jenis kelamin, upah yang diterima pekerja, dan dummy status pekerjaan berpengaruh positif terhadap produktivitas pekerja, sedangkan peubah alokasi waktu kerja berpengaruh negatif terhadap produktivitas pekerja tidak sesuai dengan hipotesis awal. Herlina 2006 mengkaji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja industri kecil tempe, menyatakan bahwa produktivitas pekerja dipengaruhi secara nyata oleh jumlah tanggungan keluarga, upah riil per bulan, jumlah pengeluaran pekerja tepe per bulan, alokasi waktu kerja, status hubungan keluarga dengan pemilik dan status perkawinan. Faktor yang berpengaruh positif terhadap produktivitas pekerja adalah jumlah pengeluaran per bulan, status hubungan keluarga dengan pemilik dan status perkawinan. Sedangkan faktor yang berpengaruh negatif terhadap produktivitas pekerja adalah jumlah tanggungan keluarga, upah riil per bulan dan alokasi waktu kerja, dimana peubah alokasi waktu kerja yang sesuai dengan hipotesis awal. Hasil penelitian Kurnia 2003 mengkaji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja pemetik teh menyimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas pekerja pada taraf kepercayaan 95 persen adalah jenis kelamin, status kerja, pendapatan dari usaha pemetikan, pengeluaran keluarga, hubungan dengan sesama, dan pengalaman kerja. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh adalah usia, tingkat pendidikan, formal, pendapatan dari luar usaha pemetikan, jarak tempuh, hubungan dengan atasan dan jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan menurut Tresnowati 2004 menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh kuat terhadap tingkat produktivitas kerja pemetik teh adalah usia, jenis kelamin, jarak ke tempat pemetikan dan jumlah pendapatan keluarga. Faktor-faktor yang berpengaruh tidak terlalu kuat terhadap tingkat produktivitas adalah alokasi waktu kerja dan tingkat pendidikan. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh adalah status kerja, pengalaman kerja dan persepsi hubungan dengan sesama pemetik teh.

3.1. Kerangka