Total Asam Tertitrasi PENGEMASAN Pengemasan bahan pangan terdiri dari dua macam wadah, yaitu wadah utama

asam, karena mikroba sangat dapat tumbuh pada kisaran pH 5-7 atau pH netral. Mi basah matang dengan pH 5.89 pada hari ke-2 telah mengalami kerusakan dengan adanya pertumbuhan miselium kapang, sehingga sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi. Hasil analisis sidik ragam hari ke-1, 2, 3 dan hari ke-4 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pencelupan pengawet F1, F2, F3 dalam nilai pH yang dihasilkan Lampiran 37, 38, 39, dan Lampiran 40. Namun, nilai pH yang dihasilkan oleh ketiga pencelupan tersebut juga berbeda secara signifikan dengan kontrol. Menurut Ray 2001, penurunan pH mi basah matang umumnya disebabkan oleh adanya asam yang terbentuk dari hasil pembusukan oleh mikroba. Mikroba yang tumbuh pada makanan yang kaya akan karbohidrat dan protein seperti mi basah matang akan memanfaatkan karbohidrat terlebih dahulu dan menghasilkan asam yang akan menurunkan pH.

5. Total Asam Tertitrasi

Analisis total asam tertitrasi TAT merupakan analisis untuk mengukur kandungan seluruh asam yang terlarut dalam bahan pangan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak residu asam yang terdapat pada mi basah matang yang diberi pencelupan larutan pengawet. Nilai total asam tertitrasi mi basah matang selama penyimpanan empat hari dapat dilihat pada Gambar 5. 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 Lam a Penyim panan Hari N il a i T A T Ko ntro l A setat 5 Laktat 10 Campuran A setat-Laktat Gambar 5. Grafik nilai TAT mi basah matang pada penelitian pendahuluan Analisis nilai TAT mi basah matang menunjukkan bahwa mi basah matang tanpa pencelupan kontrol pada hari 0 memiliki nilai TAT 0.50 . Sedangkan pada penyimpanan hari 1, 2, 3, dan 4 TAT kontrol mengalami kenaikan secara terus-menerus yaitu : 1.28 ; 1.76 ; dan 1.99 . Mi basah matang dengan pencelupan asam asetat 5 mengalami kenaikan nilai TAT pada hari 1, 2, 3, dan 4 yaitu : 3.33 ; 3.74 ; 3.89 , dan 4.01 . Mi basah matang dengan pencelupan asam laktat 10 juga mengalami kenaikan nilai TAT pada hari 1, 2, 3, dan 4 yaitu : 4.61 ; 4.61 ; 5.09 dan 5.12 . Demikian pula dengan mi basah matang dengan pencelupan campuran asam asetat-asam laktat, mengalami kenaikan nilai TAT pada hari 1, 2, 3, dan 4 yaitu : 4.05 ; 4.33 ; 4.57 dan 4.59 . Mi mi basah matang dengan pencelupan asam asetat 5 , asam laktat 10 , dan campuran asam asetat-asam laktat memiliki nilai TAT yang lebih besar daripada nilai TAT pada kontrol. Hal ini disebabkan oleh asam dari larutan pengawet yang berdifusi ke dalam mi basah matang tersebut. Hasil analisis sidik ragam hari ke-1, 2, 3 dan hari ke-4 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pencelupan pengawet F1, F2, F3 dalam nilai TAT yang dihasilkan Lampiran 41, 42, 43, dan Lampiran 44. Namun, nilai TAT yang dihasilkan oleh keenam pencelupan tersebut juga berbeda secara signifikan dengan kontrol. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Gambar 5, dapat dilihat bahwa mi basah matang dengan asetat 5 memiliki nilai TAT yang lebih kecil dibandingkan dengan mi basah matang laktat 10 maupun campuran asetat-laktat pada hari pertama dan kedua, sehingga aktivitas antimikrobanya juga lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh pH dari larutan asam asetat 5 yang lebih tinggi dari yang lain. Larutan asam laktat 10 memiliki nilai pH yang paling rendah, sehingga nilai TATnya menjadi lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Pola yang terjadi untuk setiap sampel adalah kenaikan nilai TAT selama penyimpanan. Kenaikan total asam lebih disebabkan oleh terbentuknya asam karena aktivitas mikroba pembentuk asam sehingga nilai TATnya semakin hari semakin naik. Hal ini juga menandakan bahwa telah terjadi kerusakan pada mi basah matang kontrol, sedangkan pada mi basah dengan pencelupan larutan asam organik terjadinya kenaikan nilai TAT lebih disebabkan karena pengaruh dari asam organik tersebut. Data yang dihasilkan pada penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa pencelupan asam asetat 5 , asam laktat 10 , dan campuran asam asetat-asam laktat pada mi basah matang sangat efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Hal ini dibuktikan dengan umur simpan mi basah matang yang mampu dipertahankan lebih dari 2 hari, hingga mampu mencapai 10 hari pada basah dengan pencelupan asam asetat 5 . Hal ini sangat berbeda nyata jika dibandingkan dengan mi basah kontrol yang hanya mampu bertahan selama 40 jam atau kurang dari 2 hari. Namun yang menjadi permasalahannya adalah mi basah dengan pencelupan asam organik tersebut belum dapat diterima secara sensori, karena rasa dan aroma yang sangat berbeda nyata dengan mi basah kontrol. Mi basah dengan pencelupan asam organik tersebut memiliki rasa dan aroma yang sangat asam yang tidak dapat diterima konsumen. Hal ini terjadi karena pengaruh dari konsentrasi asam organik tersebut yang terlalu tinggi dan belum optimal. Sehingga perlu dilakukan penurunan konsentrasi larutan asam organik agar mi basah matang dapat diterima secara sensori. Maka dari itu data yang telah dihasilkan ini menjadi acuan untuk menentukan konsentrasi asam organik yang optimal. Pada tahap selanjutnya dilakukan penambahan pencelupan jenis asam organik yaitu dengan menambahkan penggunaan asam cuka pasar pada mi basah matang. Asam cuka pasar dipilih sebagai pengawet untuk tahap ini karena sifat anti mikrobanya yang relatif sama dengan asam asetat glasial, harganya yang lebih murah dari asam asetat glasial serta konsumen sering memakainya. Harga asam cuka pasar 25 adalah Rp. 5.000L dan harga asam asetat glasial 98 berkisar Rp. 25.000L. Asam cuka pasar merupakan suatu senyawa yang mengandung asam asetat dan sering digunakan oleh konsumen sebagai bahan tambahan untuk peningkatan citarasa asam. Sehingga pada tahap ini larutan asam organik uang digunakan terdiri dari 3 jenis yaitu asam asetat glasial, asam laktat, dan asam cuka pasar. Untuk selanjutnya penentuan konsentrasi larutan pengawet didasarkan pada dua hal dan dua tahap yaitu 1 dipilih konsentrasi larutan pengawet yang paling optimum yang pencelupannya pada mi basah tidak memberikan pengaruh secara nyata, sehingga mi basah matang dapat diterima konsumen, 2 dipilih larutan pengawet yang optimum dalam menghambat pertumbuhan mikroba minimal 2 hari. Pengaruh konsentrasi larutan pengawet terhadap nilai sensori mi basah matang dapat dilihat pada Tabel 12. Formulasi larutan pengawet asam organik yang digunakan terdiri dari 12 formulasi, namun hanya 6 dari 12 formulasi tersebut yang tidak memberikan pengaruh secara nyata terhadap rasa dan aroma mi basah matang yang dinilai secara subyektif. Sehingga hanya 6 formula tersebutlah yang digunakan pada analisis penentuan umur simpan mi basah matang, untuk mengetahui tingkat efektifitasnya dalam menghambat pertumbuhan mikroba. Keenam formula tersebut adalah asam asetat 2 , asam asetat 1, asam laktat 2 , asam laktat 1 . Asam cuka 2 , dan larutan asam cuka 1 . Kemampuan keenam formula larutan pengawet tersebut dalam mempertahankan umur simpan mi basah matang yang disimpan dalam suhu ruang yang diamati secara subyektif dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 12. Pengaruh konsentrasi larutan pengawet terhadap nilai sensori mi basah matang Formula Konsentrasi Rasa Aroma Formula A Asam Asetat 4 Asam Asam Formula B Asam Asetat 3 Agak Asam Asam Formula C Asam Asetat 2 Netral Agak asam Formula D Asam Asetat 1 Netral Netral Formula E Asam Laktat 4 Agak asam Asam Formula F Asam Laktat 3 Agak asam Asam Formula G Asam Laktat 2 Netral Agak asam Formula H Asam Laktat 1 Netral Netral Formula I Asam cuka 4 Agak asam Asam Formula J Asam cuka 3 Agak asam Asam Formula K Asam cuka 2 Netral Agak asam Formula L Asam cuka 1 Netral Netral Tabel 13. Formulasi larutan pengawet dan pengaruhnya terhadap umur simpan mi basah matang Formula Konsentrasi Umur Simpan Formula C Asam Asetat 2 2 hari Formula D Asam Asetat 1 2 hari Formula G Asam Laktat 2 2 hari Formula H Asam Laktat 1 2 hari Formula K Asam cuka 2 2 hari Formula L Asam cuka 1 2 hari B. PENELITIAN UTAMA Formulasi larutan pengawet yang digunakan pada penelitian utama terdiri dari enam formulasi larutan pengawet yang paling optimum dalam mempertahankan umur simpan mi basah matang minimal dua hari dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap rasa dan aroma dari mi basah matang tersebut, sehingga masih dapat diterima oleh konsumen untuk dikonsumsi. Formulasi larutan pengawetnya dapat dilihat pada Tabel 14. Mi basah matang yang diberi pencelupan larutan asam organik disimpan pada suhu ruang, dan selama penyimpanan tersebut dilakukan analisis sensori, analisis warna, analisis tekstur, pH, total asam tertitrasi, dan analisis mikrobiologi sebanyak dua kali ulangan. Pada tahap ini dilakukan analisis untuk mengetahui pengaruh larutan asam organik terhadap karakteristik dan mutu mi basah matang selama penyimpanan. Mi dengan pencelupan larutan asam organik tersebut dibandingkan kondisinya dengan mi kontrol tanpa pencelupan apapun. Sehingga dapat diketahui keefektifan larutan asam organik tersebut dalam mempertahankan umur simpan mi basah matang. Tabel 14. Formulasi konsentrasi larutan pengawet pada penelitian utama Formula Konsentrasi Kontrol Tanpa larutan asam organik Formula 1 Asam Asetat 2 Formula 2 Asam Asetat 1 Formula 3 Asam Laktat 2 Formula 4 Asam Laktat 1 Formula 5 Asam Cuka 2 Formula 6 Asam Cuka 1

1. Pengamatan Umur Simpan Secara Visual