2.4. Antioksidan
Antioksidan dalam industri bahan pangan mempunyai berbagai kegunaan, diantaranya memperpanjang umur simpan dari bahan pangan, mengurangi
kehilangan nutrisi seperti vitamin yang larut dalam minyak, misalnya vitamin A yang rentan terhadap oksidasi. Selain itu, antioksidan dapat memberikan peluang
penggunaan lemak dan minyak yang lebih besar dalam teknologi pangan Coppen, 1983. Menurut Winarno 1992, adanya antioksidan dalam lemak akan
menghambat dan mengurangi kecepatan reaksi oksidasi. Nawar 1985 menjelaskan bahwa antioksidan dapat menunda terjadinya reaksi oksidasi atau
memperlambat kecepatan reaksi oksidasi yang terjadi pada bahan yang dapat teroksidasi. Akan tetapi antioksidan tidak dapat memperbaiki minyak yang telah
mengalami ketengikan karena antioksidan ini bekerja pada saat terjadinya ketengikan Coppen, 1983.
Antioksidan alami dalam makanan dapat berasal dari i senyawa endogonous dari satu atau lebih komponen bahan pangan; ii substansi yang
terbentuk dari reaksi selama pengolahan; dan iii bahan tambahan yang diisolasi dari sumber alami. Beberapa sumber alami yang umum diantaranya alga, macam-
macam lada, rempah-rempah dan tanaman bumbu, bawang merah dan bawang putih, leguma, zaitun, biji-bijian berminyak, dan lain-lain Pratt dan Hudson,
1990. Salah satu tanaman yang mengandung antioksidan alami adalah rempah- rempah. Menurut Schuler 1983, rempah-rempah mempunyai nilai komersil
sebagai antioksidan. Pengaruh yang menguntungkan dari rempah-rempah tersebut terhadap lemak telah diketahui sejak bertahun-tahun yang lalu. Efektivitas
antioksidan dari rempah-rempah tidak hanya tergantung pada jenis dan kualitas rempah-rempah, tetapi juga pada kondisi penyimpanan. Berbagai laporan
penelitian menyebutkan bahwa aktivitas antioksidan dari rempah-rempah bervariasi pada rentang yang lebar. Keberadaan cahaya mempengaruhi sebagian
besar rempah-rempah sehingga akan merubah efek antioksidannya menjadi prooksidan.
Kochar dan Rossel 1990 yang dikutip oleh Darmini 1998 menjelaskan bahwa tidak kurang dari 30 jenis tanaman rempah-rempah menunjukkan sifat
antioksidan. Beberapa senyawa antioksidan, terutama fenolik dari ekstrak
berbagai rempah-rempah telah teridentifikasi. Selain mengandung senyawa antioksidan, rempah-rempah juga mengandung senyawa antimikroba. Menurut
Web dan Tanner 1945 yang dikutip oleh Triana 1998, aktivitas antimikroba rempah-rempah tergantung pada satu atau beberapa senyawa yang merupakan
komponen minyak atsirinya. Secara umum senyawa aktif yaitu senyawa yang mempunyai khasiat tertentu baik antioksidan, antimikroba ataupun yang lain,
disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Senyawa aktif beberapa jenis rempah
Jenis rempah Senyawa aktif
Sumber pustaka Bawang merah
Bawang putih
Jahe
SeraiLengkuas Allin, allisin
Dialilsulfida, dialil trisulfida, alil propel
disulfide, dan sejumlah kecil dietilsulfida, dialil
polisulfida, allinin, allisin Zingiberen, kurkumin,
filandren, gingerol, shogaol
Sitral, geraniol Kamfer, galangi,
galangol, eugenol, kurkumin
Sumarjono dan Soedono 1983
Farrel 1990
Muchtadi dan Sugiyono 1992
Farrel 1990 Muchtadi dan Sugiyono
1992
Antioksidan sintetik yang sering ditambahkan kedalam lemak bahan pangan untuk mencegah ketengikan adalah Butylated hydroxyanisole BHA, Butylated
hydroxytoluene BHT, propylgallate PG dan Nordihidroquairetic acid NDGA, Winarno, 1986. Pemakaian bahan antioksidan sintetik harus memenuhi
persyaratan tidak berbahaya bagi kesehatan, tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan, efektif pada konsentrasi rendah, larut dalam lemak, mudah didapat
dan ekonomis. Semakin tinggi penambahan antioksidan dalam minyak akan