3. Pengembangan Pendidikan Berkarakter dan Pembelajaran
Pendidikan Karakter yang dirancang Puskur 2010 berbeda dari pendekatan yang pernah dilakukan dalam kurikulum sebelumnya.
Pendidikan karakter tidak dilakukan dalam kurikulum sebelumnya. Pendidikan karakter tidak diajarkan sebagai sebuah mata pelajaran dan
juga bukan sebuah konten yang dipelajari untuk pengembangan kemampuan kognitif. Materi pendidikan karakter adalah nilai dan
pengembanganya diarahkan ke kemampuan afektif menerima, merespon, menilai, mengorganisasi, dan karakterisasi. Sesuai dengan sifat materi
afektif maka nilai-nilai dalam pendidikan karakter tidak diajarkan atau ditransfer tetapi ditumbuhkan inculcate pada diri peserta didik
bersamaan dengan waktu mereka belajar suatu pokok bahasan Hasan,2011.
Lickona mengembangkan sebelas prinsip pendidikan karakter dalam bukunya eleven principles of effective character education. Berikut
adalah sebelas prinsip pendidikan karakter menurut Lickona. 1 Sekolah hendaknya mempromosikan nilai-nilai etik pokok dan pendukung yang
akan digunakan sebagai pondasi pendidikan karakter promotes core ethical values and supportive performance values as the foundation of
good character, 2 Karakter hendaknya secara komprehensif meliputi pemikiran, perasaan dan tingkah laku Character comprehensively to
include thiking, feeling and behavior, 3 Menggunakan pendekatan yang komprehensif intensional dan proaktif terhadap pengembangan karakter
Uses a comprehensive, intentional, and proactive approach to character development, 4 Menciptakan sekolah sebagai komunitas yang saling
memperhatikan Creates a caring school community, 5 Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan tindakan moral provides
students with opportunities for moral action, 6 Memasukan kurikulum akademik yang menantang dan berarti yang menghormati semua
pembelajar, mengembangkan karakter mereka dan membantu mereka mencapai kesuksesan Includes a meaningful an challenging academic
curriculum that respects all learners, develops their character, and helps them to succeed, 7 Berusaha menanamkan motivasi dalam diri siswa
Strives to foster students self-motivation, 8 Melibatkan staff sekolah sebagai komunitas belajar dan komunitas moral yang memiliki tanggung
jawab untuk pendidikan karakter dan berusaha menanamkan komitmen mereka pada nilai-nilai yang digunakan untuk menuntun siswa Enganges
the school staff as a learning and moral community that shares responsibility for character education and attempts to adhere to the same
core values that guide the education of students, 9 Menanamkan moral leadhership dan dukungan lebih luas terhadap inisiatif pendidikan karakter
Fosters shared moral leadhership and long range support of the character education initiative, 10 Melibatkan keluarga dan masyarakat
sebagai partner dalam pendidikan karakter Engages families and community members as partners in the character building effort, 11
Mengevaluasi karakter sekolah dan staf sekolah apakah mereka sudah
menjadi pendidik karakter yang baik, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter itu dalam kehidupan mereka Assesses the
character of the school, the school staff’s funcitioning as character educators, and the extent to which students manifest good character.
Hasan 2011 menjelaskan ada strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan pendidikan karakter dalam pembelajaran adalah Integrasi
nilai pendidikan karakter dalam kurikulum. Pengintegrasian atau mungkin lebih tepat “alignment” adalah suatu proses memperkaya mata pelajaran
atau kuliah sedang dilaksanakan dengan nilai dalam pendidikan karakter. Proses tersebut dilakukan melalui langkah-langkah berikut: 1
Memasukan nilai terpilih dari pendidikan karakter ketrampilan dalam silabus, 2 Memasukan nilai pendidikan karakter dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran RPP yang dikembangkan, 3 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan memperhatikan proses
pembelajaran untuk pengusaan ketrampilan dan internalisasi nilai, 5 Melaksanakan penilaian hasil belajar.
Mengintegrasikan dalam pembelajaran. Salah satu hal yang dilakukan adalah dengan menerapkan Konsep belajar aktif. Belajar aktif
adalah konten kurikulum yang termasuk dalam kategori ketrampilan intelektual dan psikomotorik dan nilai serta sikap. Konten kurikulum
dalam kedua kategori ini berbeda dari konten pengetahuan. Konten pengetahuan adalah konten yang dipelajari tetapi sekaligus digunakan
sebagai wahana atau media untuk mengembangkan konten ketrampilan
dan sikap serta nilai. Dengan perkataan lain, ketiga kelompok tersebut pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap terintegrasi dalam kegiatan
pembelajaran dan dalam rancangan kurikulum, silabus dan RPP. Artinya, konten yang dikategorikan sebagai nilai dan sikap hanya dapat
dikembangkan dengan baik melalui pembelajaran tidak langsung indirect teaching. Dengan kata lain ketika terjadi proses pembelajaran mengenai
pengetahuan yang terkandung dalam sebuah peristiwa sejarah maka pada
saat bersamaan dikembangkan penanaman nilai dan sikap.
B. Pembelajaran IPS Sejarah