Perbedaan Self Regulated Learning ditinjau dari Goal

yang lebih positif, dan memiliki tingkat self-efficacy yang lebih tinggi kepercayaan pada kemampuan diri untuk berhasil dalam situasi tertentu dibandingkan siswa-siswa yang cenderung performance goal.

2.4 Perbedaan Self Regulated Learning ditinjau dari Goal

Orientation Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang Pendidikan merupakan hal pokok bagi individu, karena dengan adanya pendidikan individu tersebut dapat mengembangkan dirinya. Fakta yang terjadi pendidikan juga menjadi ketakutan bagi peserta didiknya. Hal ini dibuktikan adanya ketidaklulusan siswa, tidak naik kelas karena tidak memenuhi KKM, dan persaingan yang semakin ketat. Siswa SMA masuk dalam kategori masa remaja awal, di mana menurut Mappiare 1982: 25 pada masa ini siswa berusia 1314 sampai dengan 17 tahun. Di dalam dunia pendidikan, siswa SMA sudah mulai menentukan dan memasuki masa penjurusan. Umumnya jurusan yang terdapat di SMA adalah jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Siswa yang sudah mulai mempersiapkan dan memasuki penjurusan seharusnya dapat mengembangkan ilmu yang sedang dipelajarinya sesuai dengan keinginannya. Selain itu, siswa dituntut dapat mempertanggungjawabkan hal jurusan yang dia pilih saat ini. Ormord 2008: 39 menjelaskan pada masa SMA ini terjadi peningkatan perencanaan belajar dan motivasinya. Berdasarkan kenyataan yang ada, tidak semua siswa sesuai dengan harapan. Terdapat beberapa siswa yang sering membolos dengan alasan bosan, tidak mengumpulkan tugas, lebih suka membicarakan hal-hal yang tidak termasuk dalam pelajaran, dan lain sebagainya. Self regulated learning adalah proses atau usaha individu yang dilakukan secara sistematis untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan perilaku pada pencapaian tujuan. Terdapat beberapa siswa yang tidak memiliki kemampuan self regulated learning sehingga masih ada siswa yang mengalami permasalahan belajar. Kemampuan self regulated learning dalam dunia pendidikan sangat penting karena siswa yang mempunyai self regulated learning yang tinggi akan dengan mudah mencapai prestasi yang optimal. Rencana belajar siswa merupakan salah satu cara yang dibuat untuk mengontrol self regulated learning agar tidak memunculkan perilaku seperti yang dicontohkan sebelumnya dan terdapat pencapaian prestasi yang optimal. Self regulated learning SRL selalu mengarah pada beberapa tujuan, yang terangkum dalam beberapa tahap yang mencakup 1 memiliki dan menentukan tujuan belajar, 2 membuat perencanaan dan 3 memilih strategi pencapaian tujuan. Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa goal orientation menjadi penunjangnya Markus dan Wurf, dalam Deasyanti dan Anna 2007: 14. Menurut Schunk, Pintrich dan Meece 2008: 142 siswa dengan tujuan dan efikasi diri dalam mencapai keinginannya cenderung akan terlibat dalam kegiatan yang dia percaya dapat menunjang keinginannya tersebut dengan memperhatikan proses, berlatih mengingat informasi, berusaha dan bertahan. Self regulated learning yang dihasilkan mengacu pada pikiran, perasaan dan tingkah laku yang ditujukan untuk pencapaian target dengan melakukan perencanaan terarah Zimmerman, dalam Schimtz dan Wiese 2006: 66. Kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa goal orientation yang jelas maka akan meningkatkan kemampuan self regulated learning pula, karena komponen dari self regulated learning adalah perencanaan terarah. Perencanaan terarah siswa dalam pembelajaran dapat muncul karena adanya goal orientation siswa, dimana goal orientation akan menjadi pendorong siswa untuk berusaha. Hal ini dapat diperkuat Schunk, Pintrich dan Meece 2008: 174 bahwa ketika individu tidak memiliki komitmen untuk mencapai tujuan maka dia tidak akan bekerja maksimal dan tidak memiliki keinginan untuk berprestasi. Goal orientation terdapat dua karakteristik yang membedakan cara belajar dan performance anak, antara lain: mastery goal dan performance goal. Mastery goal adalah orientasi siswa untuk menguasai materi pelajaran, sedangkan performance goal adalah orientasi siswa untuk mendapatkan hasil yang baik . Perbedaan goal orientation yang siswa miliki dapat menimbulkan usaha yang berbeda pula. Siswa dengan mastery goal berhenti belajar bila merasa menguasai materi pelajaran dengan baik, sedangkan siswa dengan performance goal berhenti belajar bila merasa nilainya sudah baik. Siswa yang cenderung mastery goal akan mencari tantangan, menggunakan strategi pembelajaran efektif yang lebih tinggi, termasuk strategi metakognitif, pelaporan dan sikap terhadap sekolah yang lebih positif, dan memiliki tingkat self-efficacy yang lebih tinggi kepercayaan pada kemampuan diri untuk berhasil dalam situasi tertentu daripada siswa-siswa yang cenderung performance goal. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan goal orientation siswa dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan siswa. Ames dan Archer 1998, dalam Schunk, 2012: 278 berpendapat bahwa goal orientation menentukan bagaimana siswa belajar dan usaha yang dilakukannya untuk mencapai hasil yang diharapkannya. Usaha-usaha yang dilakukan siswa untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam proses pembelajaran ini salah satunya adalah menunjukkan kemampuan self regulated learning. Mastery goal lebih termotivasi secara instrinsik daripada performance goal. SRL lebih dipengaruhi motivasi secara instrinsik, maka mastery goal lebih berpengaruh dibandingkan performance goal. Perbedaan goal orientation akan berpengaruh positif ataupun negatif untuk meningkatkan self regulated learning. Dapat dikatakan tingkat SRL siswa SMA dengan mastery goal lebih tinggi dibandingkan siswa SMA dengan performance goal. Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

2.5 Hipotesis