diharapkan berlatih dan mengembangkan berbagai tuntutan hidup dan pergaulannya dalam masa dewasa kelak.
5 Memiliki citra diri yang realistik Remaja diharapkan dapat mengukur atau menafsirkan apa yang lebih dan
kurang pada diri mereka serta dapat menerima apa adanya diri mereka, memelihara dan memanfaatkannya secara positif.
2.3 Goal Orientation
2.3.1 Pengertian Goal Orientation
Goal orientation merupakan susunan utama teori tujuan. Goal sasaran atau tujuan adalah hasil atau pencapaian yang pemenuhannya diperjuangkan
seseorang Locke dan Latham, 2002 dalam Woolfolk, 2009: 198. Pintrich 2003, dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 184 menyatakan bahwa goal
orientation adalah tujuan atau alasan yang melibatkan seseorang untuk berprestasi. Sedangkan Schunk 2012: 513 mengatakan bahwa goal orientation
orientasi tujuan mengacu pada tujuan dan fokus keterlibatan seseorang dalam aktivitas berprestasi, sedangkan goal setting penetapan tujuan lebih berfokus
pada bagaimana tujuan dibangun dan diubah serta peran sifat-sifat tujuan itu untuk mendesak dan mengarahkan perilaku. Locke dan Latham’s 1990, dalam
Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 184 teori goal orientation berkaitan dengan mengapa individu ingin mendapatkan kebenaran, bagaimana cara dan kinerjanya.
Goal orientation menentukan bagaimana seseorang berusaha untuk mencapai hasil yang diinginkannya Ames dan Archer 1998, dalam Schunk, Pintrich, dan
Meece 2008: 183.
Goal orientation adalah konstruk yang menggambarkan bagaimana individu merespon, memberikan reaksi dan menginterpretasikan situasi untuk
mencapai suatu prestasi atau kinerja tertentu Vande Walle, dkk 1999: 250. Hal yang menjadi penentu perbedaan individu terhadap perilaku adalah goal
orientation Button, Mathieu dan Zajac, 1996; Farr, Hofman, dan Ringenbach, 1993 dalam VandeWalle, dkk 1999: 249.
Konstruk tentang goal orientation muncul dari program penelitian yang dilakukan oleh Carol Dweck, Dweck memberikan konsep bahwa tujuan secara
luas dapat diartikan sebagai dimensi kepribadian individu dan individu tersebut memiliki preferensi goal orientation untuk berprestasi Dweck dan Leggett, 1988;
Elliot dan Dweck, 1988 dalam VandeWalle, dkk 2001: 630. Sedang menurut Ames dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 184 goal orientation
merupakan pola yang terintegrasi dari keyakinan yang mengarah pada cara-cara berbeda dalam proses, perilaku, dan tanggungjawabnya dalam berperilaku untuk
berprestasi. Dapat dilihat bahwa goal orientation menjadi alasan individu berperilaku tertentu untuk mencapai tujuan.
Woolfolk 2009: 198 mengemukakan bahwa goal memotivasi individu untuk berperilaku tertentu self regulated learning sebagai usaha mengurangi
diskrepansi kondisi di antara “where the are” di mana mereka berada kini dan “where they want to be” ke mana mereka ingin berada.
Sedangkan Urdan 1997 dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 184 mengatakan goal orientation
adalah alasan mengapa individu ingin berprestasi, bukan hanya untuk menampilkan perilaku.
Menurut Ames dalam Schunk, Pintrich, dan Meece, 2008: 184 goal orientation disebutkan sebagai gambaran integrasi pola belief yang memiliki
peranan penting untuk membedakan pendekatan yang dipakai, cara menggunakan, dan respon terhadap situasi prestasi. Selain itu, goal orientation mencerminkan
jenis standar dengan mana individu-individu menilai kinerja diri sendiri, keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan Elliot, 1997; Pintrich, 2000a,
2000c, 2000d dalam Schunk, Pintrich, dan Meece, 2008: 184. Berdasarkan pengertian-pengertian goal orientation di atas, dapat
disimpulkan bahwa goal orientation merupakan orientasi yang menjadi alasan individu ketika mencoba berusaha yang mencakup proses dan perilaku untuk
mencapai atau memperoleh tujuan tertentu.
2.3.2 Karakteristik Goal Orientation