Pembahasan Analisis Deskriptif Gambaran Self Regulated Learning

siswa yang memiliki mastery goal lebih tinggi daripada siswa yang memiliki performance goal. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan mean empirik siswa yang memiliki mastery goal diketahui sebesar 147,03, sedangkan siswa yang memiliki performance goal diketahui sebesar 129,83. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel deskriptif grup statistik berikut : Tabel 4.23. Deskriptif Grup Statistik Group Statistics Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Self Regulated Learning Mastery 64 147.03 13.984 1.748 Performan ce 64 129.83 14.536 1.817

4.5 Pembahasan

4.5.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Gambaran Self Regulated Learning

ditinjau dari Goal Orientation Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang Self regulated learning dipandang sebagai usaha individu yang dilakukan secara sistematis untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan perilaku pada pencapaian tujuan. Di dalam melakukan usaha ini siswa memiliki strategi-strategi untuk mencapai tujuannya tersebut, dimana setiap siswa memiliki orientasi tujuan goal orientation berbeda satu sama lain. Ames dan Archer 1998, dalam Schunk, 2012: 278 berpendapat bahwa goal orientation menentukan bagaimana siswa belajar dan usaha yang dilakukannya untuk mencapai hasil yang diharapkannya . Perbedaan goal orientation yang ada pada masing-masing siswa memunculkan tingkat perbedaan self regulated learning pula. Dapat dikatakan self regulated learning siswa berbeda-beda berdasarkan kecenderungan goal orientation yang dimilikinya. Goal orientation siswa dalam belajar dapat dibedakan dalam dua karakteristik, yaitu siswa dengan mastery goal dan siswa dengan performance goal Berdasarkan perhitungan tingkat kriteria diperoleh gambaran umum self regulated learning pada siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang memiliki mastery goal dan siswa yang memiliki performance goal sama- sama berada pada kriteria sedang dengan prosentase 64,06 untuk siswa yang memiliki mastery goal dan 92,19 untuk siswa yang memiliki performance goal. Hasil yang diperoleh tetap menunjukkan bahwa self regulated learning siswa mastery goal yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan skor mean empirik yang ada pada tabel 4.23 yang menunjukkan bahwa skor siswa mastery goal lebih tinggi dibandingkan skor siswa performance goal 147,03129,83. Self regulated learning memiliki delapan strategi yang dapat dijadikan indikator tingkatannya, yaitu rehearsing and memorizing, goal setting and planning, self evaluating, self consequenting, seeking information, keeping records and self monitoring, environmental structuring dan seeking social assistance. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh gambaran indikator rehearsing and memorizing antara siswa yang memiliki mastery goal dengan siswa yang memiliki performance goal berada dalam kriteria sedang dengan prosentase 51,56 untuk siswa yang memiliki mastery goal dan 71,98 untuk siswa yang memiliki performance goal. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa mastery goal dan siswa yang memiliki performance goal sama-sama menggunakan strategi berlatih dan menghapalkan materi. Aspek kedua yaitu goal setting and planning. Berdasarkan hasil analisis deskriptif aspek goal setting and planning siswa yang memiliki mastery goal berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 54,69, sedangkan siswa yang memiliki performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 76,56. Hasil data tersebut dapat diartikan cara siswa dengan mastery goal dalam menetapkan tujuan serta merencanakan sistematika aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan tujuan lebih baik daripada siswa dengan performance goal. Aspek ketiga yaitu self evaluating, dapat dilihat dari tabel 4.7 siswa dengan mastery goal berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 51,56. Siswa dengan performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 82,81. Data tersebut dapat diartikan usaha untuk mengevaluasi kualitas atau kemajuan pekerjaannya lebih banyak dilakukan oleh siswa mastery goal dibandingkan siswa performance goal. Indikator keempat yaitu self consequenting, yang ditunjukkan pada tabel 4.9 terdapat siswa dengan mastery goal dan siswa dengan performance goal berada pada kriteria sedang. Prosentase siswa dengan mastery goal sebesar 59,38, sedangkan prosentase siswa dengan performance goal sebesar 65,63. Berdasarkan data tersebut dapat diartikan siswa dengan mastery goal dan siswa dengan performance goal sama-sama memiliki perencanaan reward atau punishment yang didapat jika memperoleh kesuksesan atau kegagalan. Indikator kelima yaitu seeking information, di mana hasil analisis deskriptif statistik pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa siswa dengan mastery goal berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 51,56 dan siswa dengan performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 78,12. Hal ini dapat artikan siswa dengan mastery goal lebih berusaha mencari informasi lebih lengkap yang berasal dari sumber-sumber nonsosial dibandingkan siswa dengan performance goal. Indikator keenam yaitu keeping records and self monitoring. Berdasarkan hasil analisis deskriptif indikator keeping records and self monitoring diketahui siswa dengan mastery goal berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 56,25, sedangkan siswa dengan performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 79,69. Data tersebut dapat artikan usaha untuk mencatat berbagai kejadian atau hasil yang diperoleh dalam proses belajar lebih banyak digunakan oleh siswa dengan mastery goal dibandingkan siswa dengan performance goal. Indikator ketujuh pada self regulated learning yaitu environmental structuring. Berdasarkan hasil analisis deskriptif indikator ini yang ada pada tabel 4.15 menunjukkan bahwa siswa dengan mastery goal berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 70,31, sedangkan siswa dengan performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 73,44. Hal ini dimaksudkan siswa dengan mastery goal lebih berusaha untuk memilih atau mengatur lingkungan fisik pada saat belajar dibandingkan siswa dengan performance goal. Indikator kedelapan yaitu seeking social assistance. Berdasarkan hasil analisis deskriptif aspek seeking social assistance yang dipaparkan pada tabel 4.17 diketahui siswa dengan mastery goal berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 53,12, sedangkan siswa dengan performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 79,69. Data tersebut dapat diartikan bahwa usaha untuk mencari bantuan dari orang lain yang dianggap dapat membantu lebih banyak digunakan oleh siswa dengan mastery goal dibandingkan siswa dengan performance goal.

4.5.2 Pembahasan Analisis Inferensial Perbedaan Self Regulated Learning