sangat rendah. Hal ini terlihat dari kurang mampunya siswa memberikan contoh aplikasi dalam kegiatan sehari-hari serta menjawab pertanyaan sederhana seputar
perubahan wujud zat karena kalor dan Asas Black. Hasil observasi yang telah dilakukan peneliti di SMA tersebut selama 2
minggu 8 pertemuan, kegiatan laboratorium memang masih jarang dilakukan baik itu di kelas X, XI, maupun XII. Populasi yang digunakan dalam penelitian
adalah kelas X, sehingga observasi lebih ditekankan pada kelas X. Sampai dilakukannya observasi ini, ternyata siswa kelas X belum pernah melakukan
kegiatan praktikum. Pemilihan kelas X sebagai populasi karena kemampuan pemecahan masalah perlu ditanamkan sejak dini. Pemecahan masalah harus
ditanamkan sebelum penjurusan di kelas XI, sehingga siswa telah mendapatkan bekal dalam pemecahan masalah. Hal ini berguna saat siswa di kelas XI, XII
bahkan setelah lulus, baik itu di jenjang pendidikan lebih tinggi atau dalam masyarakat.
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis melakukan upaya peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
kelas X SMA Negeri 5 Purworejo melalui kegiatan laboratorium. Permasalahan ini dibahas dalam penelitian dengan judul
“PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN CPS
DAN PBI
PADA KEGIATAN
LABORATORIUM UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH ”
1.2. Identifikasi Masalah
Masalah yang dapat diidentifikasikan berdasarkan latar belakang
masalah diatas. a.
Banyaknya guru yang mengajar dengan metode ceramah yang dirasa kurang efektif untuk melatih kemampuan pemecahan masalah.
b. Masih rendahnya kemampuan berfikir kritis, pemecahan masalah,
kerjasama, komunikasi, keterampilan dalam praktikum. c.
Konsep fisika yang bersifat abstrak membuat siswa mengalami kesulitan dalam memahami atau melakukan penalaran terhadap konsep tersebut.
d. Kurangnya peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
e. Kemampuan siswa untuk berfikir secara sistematis, ilmiah, jujur, masih
rendah. f.
Kurangnya pengalaman siswa dalam berpraktikum menyebabkan siswa kurang cekatan dalam melakuakan kegiatan ilmiah.
g. Kurangnya pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah sejak dini
membuat siswa kesulitan saat mengalami permasalahan, terutama saat siswa telah mengalami penjurusan, melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebuih tinggi, ataupun saat mereka terjun ke masyarakat
1.3. Batasan Masalah
Keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori, serta agar penelitian ini lebih mendalam dapat mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan secara optimal,
maka penelitian dibatasi pada beberapa variabel berikut ini. a.
Penelitian terbatas pada kegiatan laboratorium dengan model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran berbasis masalah disini yaitu model
pembelajaran Creative Problem Solving dan Problem Based Instruction.
b. Kegiatan laboratorium bertujuan meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas X SMA Negeri 5 Purworejo pada materi perubahan wujud zat karena kalor dan Asas Black. Materi disesuaikan dengan
Standar Isi dengan Standar Kompetensi ke 4 dan Kompetensi Dasar ke 3. Standar Kompetensi: 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi
energi pada berbagai perubahan energi. Kompetensi Dasar: 4.3. Menerapkan Asas Black dalam pemecahan masalah.
c. Subjek penelitian adalah siswa kelas X semester genap SMA Negeri 5
Purworejo Tahun Ajaran 20122013.
1.4. Rumusan Masalah