desa mampu mengelola dan mengatur wilayah sendiri dengan leluasa, dengan begitu akses mayarakat terhadap pusat mayarakat pemerintah dan ekonomi
menjadi lebih dekat dan harapan meningkatnya kesejahteraan akan dapat terpenuhi. A. T. Mosher 1969:73.
Berdasarkan paparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti para petani memanfaatkan lahan sawah di dalam meningkatkan kesejahteraan sosial
yang telah membentuk suatu pola hubungan interaksi sosial di desa Sitabotabo, kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara.
1.2 Perumusan Masalah
Para petani, mulai dari menanam padi, sampai menanam tanaman lainnya di sawah selama ini belum mendapat perhatian penuh dari pemerintah.
Penghasilan petani dari sawah melalui diversifikasi dapat meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi. Meskipun sistem upahan terjadi pada petani,
tetapi masyarakat petani masih aktif melakukan gotong royong dan memperbaiki rumah tanpa meminta imbalan. Diversifikasi di lahan sawah sampai saat ini masih
dilakukan di Desa ini dan semakin berkembang. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini perumusan masalah adalah
sebagai berikut: 1.
Apakah diversifikasi pemanfaatan lahan sawah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani?
2. Bagaimana petani melakukan diversifikassi pemanfaatan lahan sawah untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial petani.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui bagaimana diversifikasi pemanfaatan lahan persawahan dalam
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi petani di Desa Sitabotabo Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Untuk mengetahui cara-cara yang dilakukan di dalam melakukan diversifikasi
lahan persawahan dalam meningkatkan kesejahteraan sosial petani.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian dilakukan pada umumnya mempunyai manfaat. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Untuk melatih kemampuan akademis sekaligus penerapan ilmu pengetahuan
yang telah diperoleh b.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi perkembangan ilmu sosiologi pada khususnya sosiologi
pedesaan dan kajian mengenai hubungan sosial. c.
Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya yang mempunyai keterkaitan dengan masalah dalam penelitian ini
1.4.2. Manfaat Praktis
Universitas Sumatera Utara
a. Data-data yang diperoleh menjadi sumbangan pemikiran untuk kelembagaan
pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan para petani
b. Data yang diperoleh nantinya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang
berkompeten dalam membuat program-program yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Diversifikasi pemanfaatan lahan
persawahan. Misalnya lembaga pendidikan.
1.5.Defenisi Konsep
Berdasarkan uraian di atas dan berdasarkan topik permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini maka dapat diambil batasan dalam konseptul, yaitu sebagai
berikut: a.
Diversifikasi Pertanian adalah usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian.
b. Lahan menurut Purwowidodo adalah suatu lingkungan fisik yang mencakup
iklim, relief tanah, hidrologi dan tumbuhan yang sampai pada batas tetrtentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan tanah.
c. Persawahan adalah lahan yang digunakan untuk menanam padi, dan biasanya
persawahan bersifat lahan basah. d.
Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisasi dari pelayanan- pelayanan sosial dan lembaga-lembaga, yang bermaksud untuk membantu
individu-individu dan kelompok agar mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan
mereka mengembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
e. Masyarakat petani adalah orang yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan. f.
Petani merupakan perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya yang mengelola usaha di bidang pertanian, yang mencakup usaha hulu,
usahatani.Ulrich Planck 1990: 68
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Struktural Fungsional
Struktur menunjuk pada kegiatan membangun sesuatu dan menghasilkan produk akhir yaitu mengembangkan suatu tindakan. Dimana tindakan tersebut
membawa individu ke dalam hubungan sosial yang merupakan bagian dalam masyarakat yang memiliki fungsi dalam kesatuan masyarakat John Scott
2011:249. Teori struktural fungsional pada dasarnya mempelajari masyarakat dengan memperhatikan struktur dan fungsinyaRitzer 2008:118. Salah satu tokoh
yang menganalisis teori fungsionalisme atau structural fungsional adalah Talcott Parson dengan konsep AGIL.
Parson yang dimulai dengan empat fungsi penting untuk semua sistem “tindakan”, terkenal dengan skema AGIL, suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan
yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Menurut Parson ada empat fungsi penting diperlukan semua sistem A
adaptation, G Goal attainment, I Integration, L Latensi atau pemeliharaan pola. Secara bersama-sama, keempat imperatif fungsional ini dikenal sebagai
skema AGIL. Agar tetap bertahan, suatu sistem harus memiliki empat fungsi yaitu:
a. Adaptation adaptasi, Sebuah sistem yang harus menanggulangi situasi eksternal
yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
Dimana sumber alam di ubah menjadi fasilitas yang dapat digunakan dan bermanfaat untuk berbagai tujuan individu.
b. Goal attainment pencapaian tujuan, Sebuah sistem harus mengatur antar
hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya.
c. Interagtion interaksi adalah merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia, di mana
mereka bekerja sama untuk menghindari konfli dan merupakan persyaratan fungsional
yang mengatur
hubungan-hubungan antarkomponen
dalam masyarakat. Dalam integrasi ini dapat tumbuh ikatan yang bersifat emosional dan
solidaritas. d.
Latency latensi atau pemeliharaan pola, peningkatan dan penegasan komitment terhadap nilai-nilai moral.
Sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang
motivasi. Parsons mendesain skema AGIL untuk digunakan ke semua tingkatan dalam sistem teoritisnya. Dalam bahasan tentang empat sistem tindakan, akan
dicontohkan bagaimana cara Parsons menggunakan skema AGIL Robert Lawang:1985:131-135. Dalam sebuah tindakan dapat dilakukan dengan adanya
sistem kultural yang menyediakan seperangkat norma dan nilai adat, perilaku, dan filosofi. Berdasarkan sistem kultural dalam menyediakan norma, nilai-nilai dalam
masyarakat berawal dari kearifan tradisi yang ada pada masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Kearifan tradisi tercermin dalam sistem pengetahuan dan teknologi lokal di berbagai daerah masih mempertimbangkan nilai-nilai adat Adimaharja
Nababan 1976:7-8. Sistem kearifan tradisi dalam bidang pertanian merupakan suatu pengetahuan yang utuh berkembang dalam budaya atau kelompok etnik
tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara subsistem sesuai kondisi lingkungan yang ada. Sistem kearifan yang ada pada etnis Batak dalam pertanian
adalah “Marsiadapari” yang artinya bahwa nilai-nilai yang di sepakati dari dulu dalam pertanian adalah adanya sistem gotong-royong.
Kearifan tradisi sebagai bentuk tradisi masyarakat tradisional yang kini mulai terpinggirkan karena pengaruh modernitas yang cenderung mengangap hal-
hal yang tradisional selalu statis tidaklah benar, kita tahu sendiri kearifan tradisi yang tercipta dari kehidupan keseharian masyarakat yang telah berlangsung dari
generasi kegenerasi ternyata bersifat dinamis dan selalu bisa berjalan beriringgan dengan perkembangan kemajuan manusia itu sendiri asalkan mereka tetap
berpegang teguh pada norma, adat dan tradisi yang ada sebagai bentuk perwujudan dari kearifan tradisi itu sendiri yang senantiasa menjaga manusia
untuk dapat terus hidup selaras, serasi dan seimbang dengan alam sekitarnya. Penelitian Dwi maharianto tentang “Diversifikasi tanaman pangan
berbasis kearifan tradisi mengatakan bahwa” masyarakat Jawa yang masih tradisional dalam mengolah dan menjalankan bidang pertaniannya memiliki
kearifan seperti norma, nilai, perilaku, filosofi, filsafat. Diversifikasi tanaman pangan akan berjalan seiring dengan kearifan lokal. Saat kearifan tradisi mulai
memudar maka diversifikasi tanaman pangan juga demikian. Hal-hal ini
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor internal mulai memudarnya kearifan lokal adalah kebutuhan, kebiasaan perilaku. Aktivitas dalam masyarakat yang
mulai meninggalkan bentuk-bentuk kearifan tradisi yang ada walaupun tidak secara langsung dan tidak mereka sadari. Faktor eksternal adalah mulai dari
pengaruh kebijakan pertanian, teknologi baru, selera pasar yang cenderung berorientasi pada kepraktisan dan nilai ekonomis semata dan bersifat jangka
pendek. Sebuah keanekaragaman tanaman pangan akan tetap terjaga jika kita juga
tetap mempertahankan nilai-nilai kearifan tradisi yang ada dan tidak melupakan budaya dan kearifan lokal yang selama ini sudah memberikan sagala sesuatu yang
kita butuhkan. Salah satu kearifan tradisi yang sudah memudar yaitu, pada saat mengolah sawah, petani tidak lagi bergotong royong, melainkan perkeluarga, itu
disebabkan oleh masuknya teknologi baru seperti hand tractor. Tetapi kearifan tradisi seperti memanen padi, memperbaiki jalan, masih dilakukan dengan gotong
royong.. http:studentresearch.umm.ac.idindex.phpdept_of_agribisnisarticlevie
w1552 di akses tanggal 11 April 2012 pukul 4:26 Wib.
Kearifan tradisi yang terjaga dapat meningkatkan kesejahteraan sosial. Karena di dalam melakukan setiap kegiatan dalam pertanian datap dilakukan
secara bersama untuk mencapai tujuan yang sama. Ada 2 aspek kesejahteraan, yaitu:
a. Tingkat kehidupan fisik, masyarakat petani sangat bergantung pada penghasilan
keluarga dan oleh sebab tergantung pada perkembangan pertanian. Hal ini bergantung juga kepada pengetahuan serta kemahiran masing-masing keluarga
Universitas Sumatera Utara
dalam mempergunakan penghasilannya seefektif mungkin. Pola kehidupan keluarga dapat bersifat seperti halnya diversifikasi pada lahan sawah. Jika petani
memberikan bantuan dan penyuluhan terhadap masyarakat petani maka petani sangat terbantu di dalam produksi serta memperoleh pengetahuan keterampilan
dan kepercayaan dalam melakukan hal-hal yang baru. b.
Ketentraman dan kegiatan kelompok, hukum dan ketertiban merupakan hal-hal yang besar artinya bagi kesejahteraan masyarakat petani. Di dalam masyarakat
tradisional keduanya itu di urus oleh hukum adat. Pendidikan merupakan aspek yang penting di dalam memberikan sumbangan bagi kesejahteraan pedesaan.
Orang tua di desa-desa menghargai perubahan anak sebagai hasil pendidikan yang mereka nikmati sehingga anak dapat meneruskan ke berbagai pendidikan
lanjutan dan memperoleh kesempatan kerja, sehingga kesejahteraan tercapai di dalam keluarga. A.T.Mosher:74.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa adanya nilai-nilai atau aturan yang mendasari tindakan. Nilai atau aturan tersebut dapat berupa
aturan yang tertulis atau tidak tertulis seperti nilai-nilai moral, norma, dan nilai adat. Pada masyarakat desa nilai-nilai adat atau nilai moral bersifat tradisi masih
mendominasi dari setiap tindakan atau interaksi yang berlangsung. Nilai-nilai lokal menyediakan seperangkat aturan ataupun pengetahuan mengenai tindakan
yang hendak dilakukan anggotanya. Tindakan kesejahteraan yang berasat dari kearifan lokal juga nyata dalam
petani, dimana petani pada dasarnya berkewajiban untuk memelihara kearifan yang telah disepakati misalnya gotong-royong. Fungsi petani sebagai fungsi
Universitas Sumatera Utara
pemeliharaan berbeda dalam setiap masyarakat, fungsi pemeliharaan nilai lokal dapat dilakukan oleh msyarakat petani itu sendiri. Tindakan petani menanggapi
kearifan tradisi yang bersifat gotongroyong juga beragam mulai dari melakukan pengolahan lahan sawah sampai dengan memanen padi masih bersifat tradisi.
B. Perubahan Pola Kehidupan Sosial Petani
Asumsi dasar yang di ajukan oleh teori perubahan sosial adalah bahwa masyarakat dapat berubah melalui nilai-nilai kearifan lokal, perubahan sosial
ekonomi, majunya kualitas pendidikan, semakin baiknya sistem dan alat transportasi, serta semakin intensnya masyarakat pedesaan berinteraksi dengan
pihak lain diluar komunitas mereka sendiri. Perubahan sebagai suatu kemajuan, merupakan perubahan yang memberi dan membawa kemajuan pada masyarakat.
Hal ini tentu sangat diharapkan karena kemajuan itu bisa memberikan keuntungan dan berbagai kemudahan pada manusia.
Perubahan kondisi masyarakat tradisional, dengan kehidupan teknologi yang masih sederhana, menjadi masyarakat maju dengan berbagai kemajuan
teknologi yang
memberikan berbagai
kemudahan merupakan
sebuah perkembangan dan pembangunan yang membawa kemajuan. Jadi, pembangunan
dalam masyarakat merupakan bentuk perubahan ke arah kemajuan progress. Perubahan dalam arti progress misalnya listrik masuk desa, penemuan alat-alat
teknologi baru seperti “hand tractor” untuk membantu pengolahan lahan. Masuknya jaringan listrik membuat kebutuhan manusia akan penerangan
terpenuhi, penggunaan alat-alat teknologi pertanian untuk meringankan pekerjaan dan mempercepat pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
John Lewis Gillin dan John Philip Gillin melihat perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan
kondisi geografis kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
http:www.scribd.comdoc92353010Perubahan-Sosial-menurut-Wilbert-Moore- docx
.di akses tanggal 23 Mei 2012, pukul 6:31 Wib. Perubahan sosial dapat mempengaruhi :
a. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan semua hasil dari karya, rasa dan cita-cita masyarakat. Masalah budaya menjadi sangat penting untuk dikaji lebih mendalam
karena kebudayaan dan masyarakat manusia merupakan dwitunggal yang tidak terpisahkan. Istilah kebudayaan berasal dari kata sansekerta Buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi yang berarti budi atau akal. Culture berasal dari kata latin colere yang berarti mengolah dan mengerjakan Soerjono,
Soekanto, 1987. Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta
menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga
atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral, yang sumber dari nilai-
nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dipunyai oleh setiap manusia.
Universitas Sumatera Utara
a. Gotong Royong
Salah satu cara untuk mengarahkan tenaga tambahan untuk pekerjaan bercocok tanam secara tradisional dalam komunitas pedesaan adalah sistem
bantu- membantu yang di Indonesia kita kenal dengan istilah “gotong royong”.
Hubungan kerja sosial atau kerja gotong royong yang ada dalam komunitas petani yang juga akan mengalami perubahan, akibat adanya diversifikasi pemanfaatan
lahan sawah yang dapat meningkatkan produksi hasil usaha tani. Petani yang dulunya kerja gotong royong jika akan menanam padi, mengalami pergeseran
melalui hubungan kerja antara sesama petani. Dalam produksi bercocok tanam terjadi proses pergeseran dari cara pengerahan tenaga buatan “menggunakan
Hand Tractor “di luar rumah tangga dengan gotong royong ke arah dengan menyewa buruhsistem upah.
Smelser berpendapat bahwa terdapat hubungan erat antara ekonomi dengan perubahan sosial, karena sistem ekonomi memerlukan dan dilandasi oleh
suatu struktur masyarakat. pendekatan ini adalah adanya keharusan instrument teknologi sebagai pengganti tenaga manusia telah mengubah struktur sosial
masyarakat. Masalah kemiskinan, keterbelakangan khususnya masyarakat pedesaan dipengaruhi oleh sumber daya manusia, sumber daya alam , teknologi,
lapangan kerja, permodalan, dan kelembagaan yang saling berkaitan dan ketergantungan satu dengan yang lainnya yang bersifat ekonomi, sosial budaya.
Universitas Sumatera Utara
C. Meningkatkan Interaksi Sosial Antar Petani
Menurut Soekanto 1985, interaksi adalah stimulasi dan tanggapan antar manusia. Interaksi juga merupakan hubungan timbal balik antara pihak-pihak
tertentu. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-
kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa
interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan
menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok-
kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian, dan lain sebagainya.
Interaksi sosial menurut Sutherland, merupakan saling mempengaruhi secara dinamis antar kekuatan-kekuatan dalam mana kontak di antara pribadi dan
kelompok menghasilkan perubahan sikap dan tingkah laku daripada partisipan. Jika manusia tidak dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan tertentu oleh dirinya
sendiri, maka hal ini dapat mendorong timbulnya organisasi formal, institusi, dan birokrasi.
http:sosiologi.fisip.unair.ac.idindex.php?option=com_contentview=articlei d=74:teori-interaksi-simbolik-meadcatid=34:informasi di akses pada tanggal 30
mei 2012,pukul 9:40.
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik budaya masyarakat pedesaan di Indonesia sangat beragam, bahkan dalam satu kecamatan sekalipun, seperti Tapanuli Utara yang secara
sekilas memiliki satu kebudayaan, yakni kebudayaan Batak. Perbedaan tersebut terutama dipengaruhi oleh letak desa dan yang pada akhirnya juga
matapencaharian penduduknya. Tipologi desa berdasarkan matapencaharian penduduknya adalah desa persawahan, desa perkebunan, desa peternakan, desa
nelayan, desa jasa dan perdagangan, desa industri, serta desa perladangan. Bercocok tanam di tanah basah atau yang biasa disebut “sawah” merupakan usaha
tani yang paling pokok dan paling penting bagi para petani. Bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antar petani, dapat terjadi dalam tiga
bentuk, yaitu performan atau penampilan, comformity, dan kerjasama. Penampilan atau performan sangat dipengaruhi oleh kehadiran orang lain. Orang
lain yang dimaksud adalah coaction dan audience. Coaction adalah orang yang melakukan perbuatan yang sama dengan yang dilakukan oleh seseorang, seperti
sesama petani yang sama-sama sedang mencangkul di sawah, sedangkan audience adalah orang lain yang memperhatikan penampilan seseorang, dalam kasus di atas
adalah penduduk yang bukan petani yang sedang menyaksikan petani sedang mencangkul di sawah, atau sebaliknya petani yang sedang menyaksikan pedagang
sedang berjualan. Bentuk interaksi sosial yang kedua adalah conformity, yaitu proses penyesuaian diri dengan norma dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat
atau kelompok mayoritas tempat seseorang berada. Dalam masyarakat yang homogen dan tradisional, conformity masyarakatnya lebih kuat. Kerjasama adalah
suatu usaha yang dilakukan individu atau kelompok di dalam melakukan
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan untuk
meraih keuntungan
bersama.http:student- research.umm.ac.idindex.phpdepartment_of_sociologyarticleview7729
di akses tanggal 30 Mei 2012, pukul 9:54.
D. Konsep Diversifikasi Pertanian
Konsep diversifikasi pertanian diartikan sebagai suatu konsep aksi yang berupa usaha seseorang, kelompok, atau lembaga seperti perusahaan, rumah
tangga, atau pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu untuk meningkatkan keuntungan atau menurunkan resiko melalui usaha diversifikasi.agus pakpahan
1990:11. Kebijakan diversifikasi usahatani telah dikembangkan sejak tahun 1975
dalam rangka memantapkan program swasembada pangan. Kebijakan ini ditindaklanjuti dengan penelitian dan pengembangan pola tanam pada berbagai
agroekosistem, dengan sasaran penyediaan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Pengembangan diversifikasi ini perlu dievaluasi potensi, dampak, kendala dan
prospek pengembangannya di masa depan. Potensi pola tanam rekomendasi dalam bentuk tingkat produksi dan pendapatan yang lebih tinggi dalam
pengembangannya ternyata tidak berkelanjutan. http:pse.litbang.deptan.go.idindindex.php?option=com_contenttask=viewi
d=189Itemid=41 Di akses tanggal 11 April 2012, pukul 4:30 Wib. Dengan melakukan diversifikasi usahatani melalui pengaturan pola tanam
dan pergiliran tanaman padi dan palawija yang dapat menjamin petani di daerah tersebut untuk meningkatkan pendapatan. Hal ini karena pengusahaan palawija
Universitas Sumatera Utara
dan padi dilakukan secara intensif dan lebih bertujuan untuk pemanfaatan lahan sawah sebagai basis usaha tani merupakan lahan yang sangat potensial dan
menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah dapat dimanfaatkan 2 kali pertanaman tanaman. Dilihat dari beberapa aspek,
dimana pertanian Indonesia umunya adalah pertanian berskala kecil dengan rataan kepemilikan 0,35 hektar, maka peningkatan pendapatan yang dapat dilakukan
berkaitan dengan usahanya adalah dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki dengan melakukan diversifikasi usah Anonim 2005Siti Tarbiah 2010.
Diversifikasi pertanian dilakukan petani untuk menghindari adanya pola tanam monokultur yang akan mempengaruhi pendapatan usaha tani ke usaha pola
multikultur yang bertujuan untuk menghindari adanya penanaman salah satu usaha tani, agar usaha tani yang lain dapat menopang pendapatan yang akan
diperoleh, sehingga dapat memenuhi kehidupan rumah tangga petani. Dalam penelitian Siti Tarbiah dkk tentang “Tingkat Pendapatan Petani
Sawah dengan Diversifikasi Pola Tanam” di Kabupaten Karawang, Jawa Barat menyatakan keuntungan diversifikasi pertanian adalah:
a. Berdasarkan aspek ekonomi, diversifikasi bertujuan untuk memperkecil resiko
usaha karena aspek harga. b.
Berdasarkan segi teknik budidaya dapat mengurangi resiko gagal produksi c.
Dari pemanfaatan sumber daya yang dimiliki diversifikasi berpeluang meningkatkan pemanfaatannya, baik sumber daya manusia SDM berupa
peningkatan kesempatan kerja
Universitas Sumatera Utara
d. Diversifikasi konsumsi yang merupakan salah satu program pemerintah di bidang
pertanian yang memberikan peluang pasar kepada petani sawah agar memanfaatkan lahannya untuk berbudidaya karbohidrat selain padi.
e. Menjadikan petani mandiri, karena dengan melakukan diversifikasi petani tidak
lagi membeli sayuran atau cabai ke pasar Siti Tarbiah dkk, 2010: 101. Diversifikasi Pertanian adalah usaha penganekaragaman jenis usaha atau
tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian. Diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Memperbanyak jenis kegiatan pertanian, misalnya seorang petani selain bertani juga beternak ayam dan beternak ikan. Memperbanyak jenis tanaman pada suatu
lahan, misalnya pada suatu lahan selain ditanam kacang juga ditanam jagung.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan dan memecahkan masalah. Pada hakikatnya adalah untuk memecahkan masalah,
oleh sebab itu, langkah-langkah yang harus ditempuh harus relevan dengan masalah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami apa yang dialami oleh subjek peneliti secara holistic
dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode ilmiah Burhan,2003.
Pendekatan deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran yang lebih detail mengenai suatu masalah. Penelitian dilakukan tidak
semata-mata melihat
dan mengobservasi
tetapi juga
menganalisa, mengategorikan, memperbandingkan, menafsirkan, dan lain sebagainya sehingga
ditarik kesimpulan yang bersifat deduktif.
3.2. Lokasi Penelitian