Sarana Pendidikan Sarana peribadatan Sarana trasnportasi Profil Informan

penyebaran luas wilayah tersebut menurut penggunaannya adalah sebagai berikut : Tabel 4.1. Luas Wilayah Desa Sitabotabo Menurut Panggunaanya No Penggunaan Luas ha 1 Pemukiman umum 12 2 Perkantoran 1 3 Tempat Peribadatan 2 4 Pemakaman 17 6 Pertanian Sawah - Sawah Pengairan Setengah Teknis Irigasi - Sawah Tadah Hujan 73 3 6 Perkebunan 583 7 Pekarangan 6 Sumber: Profil Desa Sitabotabo 2011

4.1.2. Sarana dan Prasarana Desa a.

Sarana Kesehatan Pemenuhan kebutuhan kesehatan di Desa Sitabotabo dilengkapi oleh beberapa prasarana kesehatan sebanyak 9 sarana kesehatan yang terdiri dari poliklinik, posyandu, dan puskesmas. Secara terperinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2 Sarana Kesehatan Desa Sitabotabo No Uraian Jumlah 1 Poliklinik 4 2 Posyandu 4 3 Puskesmas 1 Jumlah 9 Sumber : Profil Desa Sitabotabo 2011

b. Sarana Pendidikan

Desa Sitabotabo memiliki delapan sarana pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat Desa Tanjung Rejo yaitu sarana pendidikan Universitas Sumatera Utara formal dan sarana pendidikan keterampilan. Sarana pendidikan formal yang tersedia di desa ini sebanyak empat sekolah yaitu terdiri dari Taman Kanak- Kanak TK dan Sekolah Dasar SD. Sarana pendidikan keterampilan yang tersedia di desa ini sebanyak dua buah yaitu terdiri dari kursus bahasa inggris dan kursus menjahit. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.3 Sarana Pendidikan Formal Desa Sitabotabo No Uraian Jumlah 1 SD 2 2 SMA 1 Jumlah 3 Sumber : Profil Desa Sitabotabo 2011 Tabel 4.4 Sarana Pendidikan Keterampilan Desa Sitabotabo No Uraian Jumlah 1 Kursus Bahasa Inggris 1 Jumlah 1 Sumber : Profil Desa Sitabotabo 2011

c. Sarana peribadatan

Desa Sitabotabo memiliki sarana peribadatan untuk memenuhi kebutuhan rohaniah masyarakat sebanyak 16 buah yaitu gereja Kristen Protestan dan, gereja Khatolik. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut Tabel 4.5 Sarana Peribadatan Desa Sitabotabo No Jenis Sarana Ibadah Jumlah 1 Gereja Protestan 3 2 Gereja Khatolik 13 Jumlah 16 Sumber : Profil Desa Sitabotabo 2011 Universitas Sumatera Utara

d. Sarana trasnportasi

Desa Sitabotabo memiliki sarana perhubungan atau transportasi yaitu sarana transportasi darat. Perhubungan darat dilengkapi dengan prasarana jalan darat yang ada di desa ini yang melalui desa yaitu jalan Kecamatan sepanjang 15 kilometer dan jalan desa sepanjang 10 kilometer. Jenis prasarana perhubungan darat yang ada di desa ini terdiri dari terminal, jalan aspal, jalan bebatuan, jalan tanah, dan jembatan. Sarana transportasi darat yang ada di desa ini terdiri dari kendaraan umum roda empat, kendaraan umum roda dua, dan alat transportasi tradisional becak.

e. Sarana olah raga

Masyarakat di Desa Sitabotabo aktif dalam kegiatan olah raga. Kegiatan olahraga yang dilakukan masyarakat tersebut seperti olah raga sepak bola dan bola volly laki-laki. Peningkatan olah raga di desa ini didukung dengan tersedianya sarana olah raga seperti lapangan sepak bola dan lapangan bola volly. Di desa ini memiliki lapangan sepak bola didirikan di lapangan sekolah SD.

4.1.3. Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Sitabotabo Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara bulan De 2008 adalah 2.398 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 1.116 orang dan perempuan berjumlah 1.282 orang. Jumlah kepala keluarga KK sekitar 717 KK. Seluruh penduduk di desa ini adalah warga Negara Indonesia atau penduduk pribumi. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Desa Sitabotabo Menurut Golongan Usia dan Jenis Kelamin No Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah Laki- l a k i Perempuan 1 0-12 bulan 12 17 29 2 13 bulan – 4 tahun 43 54 97 3 5-6 tahun 43 42 85 4 7-12 tahun 127 169 296 5 13-15 tahun 58 69 127 6 16-18 tahun 50 97 147 7 19-25 tahun 176 194 370 8 26-35 tahun 183 213 396 9 36-45 tahun 129 140 269 10 46-50 tahun 59 57 116 11 51-60 tahun 92 99 191 12 61-75 tahun 83 103 186 13 Lebih dari 76 tahun 21 29 50 Jumlah 1.116 1.282 2.398 Sumber : Profil Desa Sitabotabo 2011 Tabel 4.7 Kepadatan Penduduk Desa Sitabotabo No Keterangan Jumlah 1 Laki-laki 1.116 2 Perempuan 1.282 Jumlah seluruhnya 2.398 Sumber : Profil Desa Sitabotabo 2011 Universitas Sumatera Utara

4.1.4. Perekonomian

Penduduk di Desa Sitabotabo Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara terbagi atas 7 Dusun. Tetapi meskipun berbeda dusun matapencaharian mereka tetap sama, yaitu bertani. Penduduk desa ini bermatapencaharian sebagai petani karena wilayahnya merupakan wilayah daratan subur yang bagus untuk persawahan dan perladangan yang didukung dengan perairan yang telah tersedia. Selain bermatapencaharian sebagai, penduduk di desa ini juga ada yang bermatapencaharian sebagai buruh tani, peternak, dan perdagangan. Petani di desa ini adalah petani tanaman pangan yaitu petani padi dan bermatapencaharian sebagai petani sayur-sayuran pada lahan sawah. Pertanian di desa ini telah tersedia perairan yang baik yaitu irigasi dan pertanian setengah teknis. Hal ini memberikan hasil yang maksimal juga bagi petani terhadap hasil panennya. Peneliti memilih lokasi di desa ini karena mayoritas penduduk bermatapencaharian sebagi petani, dan petani di Desa Sitabotabo adalah petani yang memanfaatkan lahan sawahnya unutk meningkatkan kesejahteraan melalui diversifikasi.

4.1.5. Kondisi sosial ekonomi

Masyarakat di desa Sitabotabo adalah mayoritas suku Batak sebanyak 2.356 orang dan suku Minang 4 orang, suku Jawa 8 orang, sehingga dalam bermasyarakat mereka menggunakan adat istiadat Batak. Adat istiadat Batak Universitas Sumatera Utara dilaksanakan saat upacara-upara tertentu misalnya pada saat upacara perkawinan, dan acara sakral lainnya. Adat istiadat Batak lainnya dapat juga dilihat dari pesta satu marga. Solidaritas masyarakat terbangun erat dengan adanya sistem marsiadapari gotong royong, STM tolong menolong antar warga masyarakat. Budaya Batak tidak hanya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam acara perkawinan, dalam acara adat lainnya, tetapi juga diterapkan dalam pekerjaan mereka dalam bidang pertanian, misalnya dalam pekerjaan mereka di persawahan. Dalam pekerjaan, mereka masih melakukannya secara gotong royong atau marsiadapari. Marsiadapari merupakan kerja sama atau gotong royong yang dilakukan masyarakat untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu khususnya pekerjaan di persawahan menanam padi dan memanen padi dengan cara saling bergantian. Penduduk desa ini mayoritas beragama Kristen berjumlah 1.299 orang, beragama Kristen Khatolik berjumlah 1.087 orang.

4.2. Profil Informan

1. Nama : Dapot Nababan Umur : 60 Tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Kepala desa Bapak Dapot Nababan adalah kepala desa Sitabotabo kecamatan Siborongborong kabupaten Tapanuli Utara periode kelima dan telah menjabat sebagai kepala desa Sitabotabo selama 4 Tahun. Ia mengatakan bahwa batas desa Sitabotabo yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Lumban Tongatonga, sebelah Universitas Sumatera Utara Selatan berbatasan dengan Paniaran, sebelah Timur berbatasan dengan Sitabotabo Toruan, dan sebelah Barat berbatasan dengan Lumban Tongatonga. Ia mengatakan bahwa penduduk di Desa Sitabotabo ini yang tersebar ke dalam VII dusun bermata pencaharian sebagai petani. Wilayah ini terbagi menjadi VII dusun yaitu dusun I yaitu Banjar Nahor, Pangkirapan, dan Sibuntuon. Dusun II dan dusun III yaitu Tapian Nauli, Sipiuon, Sitapongan ,Bulu Duri. Dusun VI yaitu Haumpea, Pearaja, Dusun V yaitu Kompleks SMA Negeri 1 Siborongborong, Jalan Tarutung. Dusun VI yaitu Sitabotabo Dolok, dan dusun VII yaitu Lopian. Penduduk desa Sitabotabo bermata pencaharian utama sebagai petani dan bekerja di sektor jasa atau dagang. Bapak ini mengatakan bahwa luas lahan pertanian di Desa Sitabotabo ini seluas 659 ha dan termasuk di dalamnya luas perkebunan kopi seluas 210 ha, luas sawah irigasi 25 ha, luas tadah hujan adalah 3 ha. Bapak ini juga mengatakan bahwa petani di Desa Sitabotabo melakukan diversifikasi di lahan sawah dengan beranekaragam jenis tanaman yang ditanam di lahan sawah. Menurut bapak Dapot bahwa terdapat perbedaan petani yang melakukan kegiatan diversifikasi dengan petani yang tidak melakukan diversifikasi, kepemilikan kekayaan bagi petani kaya dan petani miskin. Hal ini dapat dilihat dari bentuk rumah, kepemilikan kendaraan, pakaian, dan lainnya. Namun petani kaya dan petani miskin tetap saling berhubungan baik dan melakukan interaksi dengan baik, hanya saja petani yang memiliki lahan luas dan bisa melakukan diversifikasi di lahan sawah lebih dihormati dan disegani dibanding petani yang memiliki lahan sempit. Universitas Sumatera Utara 3. Nama : Ibu Rosida Umur : 53 Tahun Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Petani melakukan diversifikasi Ibu Rosida merupakan seorang petani yang melakukan diversifikasi di lahan sawah. Ibu ini telah bertani sejak tahun 1980 sampai saat ini 32 tahun. Tetapi ibu ini mulai memanfaatkan lahan sawah sejak tahun 2008 sampai saat ini 4 tahun. Ibu ini melakukan diversifikasi hanya di lahan sawah yang bisa dikeringkan saja. Tetapi dulu sebelum melakukan diversifikasi di lahan sawah, ibu ini melakukan diversifikasi di lahan kering saja, tetapi setelah masyarakat sudah banyak mengenal kopi, maka para petani mulai beralih ke kopi. Setelah bertani cukup lama, ibu ini mengatakan bahwa pendapatan dari kopi kurang untuk memenuhi kebutuhan setiap hari, dan menanam sayuran tidak bisa ditanami lahi karena lahan yang sedikit. Untuk itulah ibu ini memanfaatkan lahan sawah untuk menanam tanaman. Dalam melakukan pengelolaan pemanfaatan lahan sawah, ibu ini dibantu petani upahan untuk melakukan pengolahannya. Petani upahan biasanya dipakai hanya untuk mengolah lahan sawah dan menanam tanaman saja. Ibu ini menggunakan petani upahan bebas artinya bebas mempekerjakan petani tanam dan petani olah manapun yang sesuai tarif upah dan yang memiliki waktu untuk bekerja di lahan Ibu ini. Upah yang diberikan untuk menanam dan mengolah sawah berbeda, biasanya upah untuk m,engolah sawah lebih tinggi di bandingkan petani upah menanam, karena yang mengolah sawah untuk melakukan Universitas Sumatera Utara diversifikasi adalah laki-laki yang menggunakan Hand Tractor jetor. Upah yang diberikan kepada laki-laki sebesar Rp. 50.000,00 dan upah yang diberikan kepada perempuan sebesar Rp. 30.000,00 dan makanan di tanggung oleh ibi Rosida. Ibu ini mengatakan bahwa tanaman yang di tanam di lahan sawah hanya tanaman kacang saja. Karena untuk mengurus tanaman kacang lebih nudah di bandingkan tanaman cabai, dan sayuran. Ibu ini ini juga mengatakan lebih untung menanam kacang karena tidak perlu di pupuk, disemprot tetapi hanya mengambil rumputnya saja. Dan lebih baik menanam kacang di sawah di bandingkan di lahan kering karena sawah akan lebih mudah di olah lagi untuk menanam padi, dan padi juga akan lebih subur, karena sisa daun-daunan kacang bisa menjadi pupuk dan baik untuk padi. 4. Nama : Op. Toba Sihombing Umur : 57 Tahun Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Petani melakukan diversifikasi Op Toba merupakan seorang petani yang melalakukan diversifikasi di lahan sawah. Op Toba bertani sejak dinikahi Pak B. Nababan pada tahun 1979 sampai sekarang 33 Tahun, dan telah melaklukan diversifikasi mulai tahun 2007 sampai sekarang. Ibu ini melakukan diversifikasi dilahan sawah untuk menanam cabai dan sayuran. Di desa Sitabotabo terdapat petani yang menggunakan lahan sawah sebagai tempat menanam tanaman muda. Bergabagi jenis tanaman yang Universitas Sumatera Utara ditanam di lahan sawah, ada petani yang menanam sayuran seperti sayur pahit, buncis, dan bayam, ada petani yang memanfaatkan lahan sawah untuk menanam cabai merah dan cabai rawit, petani yang menanam kacang dan jagung, petani yang menanam ubi jalar, petani yang menanam daun sop seledri, dan petani yang memanfaatkan lahan sawah unutk beternak ikan mujair. Ibu ini mengatakan, setelah memanfaatkan lahan sawah untuk menanam tanaman lebih terbantu dibandingkan sebelum memanfaatkan lahan sawah. Karena sekarang setelah melakukan diversifikasi lebih terbantu untuk menyekolahkan anak sampai tamat SMA. Ibu ini mengatakan untuk mengolah lahan sawah sebagai tempat menanam tanaman di bantu oleh anaknya yang memilih untuk bertani saja dan tidak pergi untuk merantau. Cara yang dilakukan untuk mengolah lahan sawah yaitu, mengeringkan lahan sawah, membuang gabah padi, menghaluskan lahan dan siap untuk ditanami tanaman. Ibu ini mengatakan bahwa setelah petani di desa Sitabotabo melakukan diversifikasi di lahan sawah hubungan dan interaksi lebih baik dan lebih dekat karena di dalam melakukan pekerjaan diversifikasi para petani saling bertukar pikiran, saling bertanya bagaimana tanaman yang ditanam di lahan sawah, saling bertukar bibit tanaman. Ibu ini mengatakan bahwa di dalam mengolah lahan sawah untuk dimanfaatkan dalam nenanam tanaman muda, pertama karena coba-coba saja, apa yang dilakukan masyarakat, itu yang dilakukan selagi tidak merugikan. Pertama sekali ibu ini melakukan diversifikasi sedikit ragu, tetapi karena ada anaknya yang meyakinkan dan membantu, maka ibu ini berani untuk menanam cabai dan sayur Universitas Sumatera Utara di lahan sawah. Setiap tahunnya ibu ini akan rutin dalam memanfaatkan lahan sawahnya untuk ditanami cabai dan sayuran. 5. Nama : Ibu Lintas Sihombing Umur : 58 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Petani melakukan diversifikasi Ibu ini seorang petani yang melakukan diversifikasi di lahan sawah dengan tujuan menambah pendapatan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah yang lebih tinggi lagi.. ibu ini bertani sejak tahun 1976 sampai sekarang, dan mulai aktif melaklukan diversifikasi di lahan sawah sejak tahun 2009 sampai sekarang. Ibu ini mengatakan bahwa suaminya sudah lama meninggal, dan hanya ibu ini yang berjuang untuk menyekolahkan anak-anaknya, kalau tidak ada usaha tambahan di sawah pendapatan dari ladng tidak cukup membutuhi kehidupan sehari-hari. Setelah melakukan diversifikasi di lahan sawah banyak sekali yang berunah, ibu lebih bisa menyekolahkan anak sampai SMA, dan mudah-mudahan anak saya yang paling kecil ini bisa di kuliahkan. Ibu Lintas ini mengatakan bahwa melakukan diversifikasi di lahan sawah banyak yang berubah, salah satunya anak-anak di desa Sitabotabo ini sudah mulai ada yang orang tuanya menyekolahkan anaknya ke jenjang perkuliahan. Ada juga petani yang mulai mampu membeli kendaraan pribadi dan angkutan umum. Universitas Sumatera Utara Untuk menambgah penghasilan setia hari selasa ibu ini berjualan tahu dan sayuran. Ibu Lintas ini juga mengatakan bahwa menanam sayuran di lahan sawah sudah lama di kenalnya, tetapi ibu ini tidak berani melakuikannya sendiri karena tidak mampu melakukannya sendirian. Karena petani yang lainnya belum ada yang melakukan penanaman tanamana di lahan sawah. Ibu ini mengatakan bahwa berani menanam tanaman di lahan sawah ketika anaknya yang ke 7 tamat sekolah SMA , memilih untuk membantu ibu ini di kampung saja. Ibu ini mengatakan, bahwa tidak takut lagi untuk menguliahkan anaknya ke perkuliahan, karena sudah siap untuk melakukannya, apalagi tanaman yang ditanam selalu berhasil. Ibu ini mengatakan bahwa ketika anak saya bisa sekolah, pada saat itulah saya merasa kehidupan saya sejahtera, dan saya sudah merasakan hal demikian. Menurut Ibu ini bahwa interaksi antar petani lebih baik dan sering terjadi ketika proses diversifikasi dilakukan, banyak petani yang saling bertanya tentang pupuk apa yang digunakan, kapan panen cabai dan bisa saling bertukar bibit-bibit tanaman. Interaksi yang dilakukan ibu ini lebih sering dengan para petani dan para tengkulak. Para tengkulak yang ada di desa adalah petani yang melakukan diversifikasi di lahan sawah juga. Tetapi ketika para petani sedang panen hasil tanaman dari sawah mereka seperti sayur, para tengulak turun untuk memborong hasil tanamannya. Dengan begitu interaksi para petani lebih baik dan berjalan dengan lancar. Universitas Sumatera Utara 6. Nama : T. Nababan Umur : 56 Tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Petani melakukan diversifikasi Bapak T. Nababan adalah seorang petani yang melakukan diversifikasi di lahan sawah dan sekaligus raja adat dan parhata dalam paradatan bisa dibilang tokoh masyarakat di desa Sitabotabo. Bapak ini sangat aktif dalam adat Batak yang ada di desa Sitabotabo. Bapak ini sudah tua, tetapi kelihatannya masih sehat dan semangat dalam menjalani kehidpannya. Bapak ini mempunyai 8 anak, 4 anak laki-laki dan 4 anak perempuan. Menurut bapak T. Nababan, sangat sulit untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai SMA, meskipun istri saya berjualan selasa, jumat, dan sabtu itu hanya cukup untuk membeli garam saja, untuyk keperluan sekolah masih harus dari hasil ladang. Padahal hasil ladang pada saat itu tidak begitu bagus dan tidak rutin hasilnya. Menurut bapak T. Nababan para petani adalah orang-orang yang tidak mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya, karena hasil dari sawah dan ladang hanya cukup untuk makan saja dan susah untuk menabung. Tetapi pada 2007 bapak ini mulai melakukan perubahan pada pola kerja bertaninya, yaitu melakukan diversifikasi pada lahan sawah irigasi. Hal itu dilakukan untuk merubah pola hidup yang lebih sejahtera lagi. Menurut bapak ini jika anak- anaknya bisa sekolah minimal tamat SMA itu merupakan kekayaan dan kesejahteraan keluarganya. Banyak hal yang dilakukan untuk mengubah hidup yang lebih baik lagi. Bapak ini mulai menekuni pekerjaannya sebagai petani yang Universitas Sumatera Utara menanam sayur dan cabai di lahan sawah. Setelah bapak ini memutuskan untuk bertani menanam cabai di lahan sawah, istrinya T. Lumban Toruan berhenti berjualan dan ikut membantu suaminya menekuni pekerjaanya, karena bapak ini sangat sibuk mengurus ternak kerbaunya. Bapak ini mengatakan bahwa beternak kerbau bisa membantu menambah pupuk untuk tanamannya, dan menambah keperluan anak-anak yang masih sekolah. Apa yang diharapkan bapak ini ternyata terwujud, pada 2008 bapak ini mulai menyekolahkan anaknya ke Perguruan Tinggi karena bapak ini yakin bahwa dengan adanya pemanfaatan di lahan sawah bisa meringankan bebannya dan akan terbantu memenuhi kebutuhannya. Bapak ini mengatakan bahwa tanaman yang biasa ditanami hanya cabai merah, cabai rawit dan sayur pahit aja, dan setiap tahunnya hal itu rutin dilakukan dan tidak pernah berubah. Pernah sekali bapak ini mencoba menanam tomat, tetapi tanaman bapak ini tidak berhasil. Oleh karena itu bapak T. Nababan ini tidak pernah menanam tanaman lainnya selain tanaman cabai dan sayuran saja. Bapak ini juga mengatakan bahwa mereka hanya melakukan diversifikasi hanya di lahan sawah saja, karena tidak bisa di lahan darat, karena darat sebagian digunakan untuk menanam kopi, dan sebagiab lagi digunakan untuk menanam ubi. Lahan untuk menanam cabai itu sudah tidak ada, tetapi untuk memenuhi kebutuhan tiap harinya kita harus berusaha unutk menanam tanaman dimanapun lahan yang ada. Bapak ini juga mengatakan bahwa dilakukannya diversifikasi Universitas Sumatera Utara dapat meningkatkan taraf hidup yang lebih baik, sejahtera karena semua anak- anaknya dapat sekolah sampai tingkat SMA. Menurut bapak ini semakin aktif para petani unutk melakukan diversifikasi semakin sering para petani melakukan interaksi, karena kebutuhan masing-masing petani tidak selalu terpenuhi tentang diversifikasi tersebut, ada saja alas an petani untuk mel;akukan diversifikasi, salah satunya menyapa petani yang sedang bekerja di ladang dengan menanyakan bibit apa yang ditanam, ke pada siapa dijual, berapa harga cabainya, berapa modalnya, dan masih banyak lagi yang dibicarakan para petani untuk selalu melakukan diversifikasi. Bapak ini juga menyatakan bahwa petani juga lebih aktif di bidang pertanian setelah kelompok tani Sinur Gabe hadir di Desa Sitabotabo, yang menjadikan petani lebih mudah utuk menanyakan kesulitan-kesulitan yang ada di dalam melakukan pekerjaanya. Menurut bapak T. Nababan ada perubahan yang terjadi pada kebiasaan atau tradisi bertani mereka yaitu mengolah lahan ketika melakukan diversifikasi ataupun pada saat menanam padi, hal itu terjadi karena Hand Tractor telah masuk ke desa Sitabotabo pada tahun 2008. Adanya Hand Tractor atau jetor ini yaitu berasal dari kelompok tani Sinur Gabe yang artinya “Tumbuh dan Berkembang” , menurut bapak ini memang pekerjaan mengolah lahan lebih mudah dilakukan tetapi tradisi kearifan lokal itu telah berkurang. Tetapi ada juga tradisi lokal yang masih bertahan yaitu, pada saat menanam padi dan memanen padi masih ada yang namanya marsiadapari tidak mengharapkan imbalan atau yang artinya gotong royong. Misalnya pada hari Senin si A bekerja memanen padinya si B, dan hari Selasa si B marsiadapari ke sawah si A. Universitas Sumatera Utara Menurut bapak T. Nababan di dalam mengolah lahannya ketika melakukan diversifikasi tidak menggunakan hand tractor karena jalan menuju ke sawah berbukit dan tidak bagus. Jadi untuk mengolah lahan sawahnya, bapak ini mengupah para anak dewasa untuk mengolah lahan. Biasanya bapak ini langsung memborongkan lahannya kepada pekerja. Bapak ini biasanya memperkerjakan 2 orang unutk mengolah lahannya, dan bapak ini akan memberikan upah Rp.300.000,00 sampai siap ditanami. Bapak ini memanfaatkan lahan sawah tidak begitu luas, karena tidak semua jenis tanah bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman muda, dan sawah yang digunakan adalah sawah irigasi, dimana sawah tersebut dapat dikeringkan dan dapat diairi.lahan sawah yang dimanfaatkan untuk menanam tanaman muda, tidaklah luas hanyya saja cukup untuk menanam cabai 1000 pokok cabai, dan 1000 pokok sayuran. 7. Nama : Togu Hutasoit Umur : 45 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Petani, Tengkulak Bapak Togu Hutasoit biasanya dipanggil dengan sebutan Pak Kosmar, karena anaknya yang paling besar bernama Kosmar. Pak Kosmar adalah petani yang melakukan diversifikasi di lahan sawah. Pekerjaan sampingan bapak ini adalah seorang tengkulak , dimana bapak ini bertugas untuk mengumpulkan hasil sayuran dan menyerahkan kembali ke pada tokenya. Pak Kosmar sudah 23 tahun bertani sampai sekarang, dan bapak ini mulai menekuni kegiatan taninya di lahan Universitas Sumatera Utara sawah pada tahun 2008, ketika penduduk Desa Sitabotabo mulai melakukan pemanfaatan lahan sawah sebagai tempat menanam sayur-sayuran di dalam memperbaiki ekonominya. Menurut pak Kosmar kegiatan diversifikasi di lahan sawah dapat meningkatkan taraf hidup yang lebih sejahtera, itu terlihat dari pendidikan anak yang semakin membaik, meskipun tidak menyekolahkan ke luar daerah tetapi mereka mampu menamatkan pendidikan anak-anaknya sampai tamat SMA. Harapan pak Kosmar adalah, jika anaknya dapat disekolahkan ke tingkat Perguruan Tinggi itu merupakan bukti bahwa kehidupannya makin sejahtera. Hal itu dibuktikan oleh Pak Kosmar sekarang anaknya yang paling besar kuliah di Perguruan Tinggi di Medan. Pak Kosmar juga mengatakan bahwa semakin tingginya kesejahteraan penduduk, maka akan semakin baiknya hubungan kekeluargaan, interaksi di antara masyarakat tani. Bapak ini juga mengatakan bahwa interaksi antar petani sering terjadi karena saling membutuhkan. Apalagi bapak ini adalah seorang tengkulak, para petani yang hendak memasarkan hasil taninya melalui pak Kosmar, jadi interaksi setiap harinya semakin membaik. Jika interaksi di dalam Desa membaik, maka hal itu dapat meningkatkan kesejahteraan sosial. Menurut pak Kosmar, ketika beliau belum memanfaatkan lahan sawahnya untuk menambah pendapatan hidupnya sangat pas-pasan, hanya cukup untuk makan, kadang kebutuhan sekolah susah untuk dipenuhi, tetapi ketika mencoba melakukan diversifikasi, sudah bisa bergerak lebih tenang lagi. Bapak Kosmar ini menanami lahan sawahnya dengan sayur dan cabai. Alas an bapak Kosmar Universitas Sumatera Utara melakukan diversifikasi di lahan sawah adalah karena lahan sawah itu tanahnya lembab dan baik untuk tanaman, jadi meskipun musim kem,arau tanaman tidak akan cepat rusak. Alas an lain karena lahan keringnya tidaklah luas, hanya cukup dimanfaatkan untuk menanam kopi saja. Sebenarnya masih ada lahan kering untuk tempat menanam tanaman muda, tetapi karena air saaangat susah untuk didapatkan, maka bapak Kosmar melakukan kegiatannya di lahan sawah, dan sampai saat ini masih ditekuninya. Menurut pak Kosmar, ketika mengolah lahan sawah untuk menanami tanaman muda hanya di bantu oleh anak-anaknya, dan marsiadapari dengan pak Jeba Laia, karena lahan mereka untuk digunakan diversifikasi berdampingan, cara kerja mereka hanya marsiadapari atau gotong-royong, jika pekerjaan di tempat pak Kosmar selesai, maka mereka akan bekerja lagi di tempat pak Jeba Laia. Marsiadapari yang dilakukan bapak Kosmar tidaklah pada saat melakukan diversifikasi pada lahan sawah, tetapi juga pada saat menanam padi. Tetapi yang marsiadapari adalah hanya istri-istrinya saja. 8. Nama : Jeba Laia Umur : 35 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Petani Bapak Jeba Laia adalah seorang petani di desa Sitabotabo, ketika mereka pindah dan menetap di Desa Sitabotabo ini. Pak Jeba telah bertani mulai tahun Universitas Sumatera Utara 1998 sampai sekarang, dan menekuni diversifikasi di lahan sawah pada tahun 2008 sampai sekarang. Sebelum pak Jeba menikah dan masih tinggal di Nias, bapak ini adalah nelayan, tetapi karena istrinya meminta untuk tinggal di Desa Sitabotabo, bapak Jeba harus belajar untuk bertani seperti halnya penduduk boiasanya, sehingga dapat untuk bertahan hidup. Menurut bapak ini setelah mereka menetap tinggal di desa ini, lahan yang diberikan mertuanya sangatlah sedikit, sedangkan kebutuhan tiap hari semakin meningkat. Cara yang dilakukan pak Jeba untuk memperbaiki ekonomi keluarganya adalah dengan mengolah semaksimal mungkin lahan yang ada. Lahan yang mereka miliki hanya lahan sawah saja, apapun caranya mereka harus tetap bertahan untuk kelangsungan hidupnya. Di dalam memanfaatkan lahan sawah yang ada, pak Jeba mulai bertani tanaman muda di lahan sawah. Awalnya hanyalah coba-coba saja, tetapi lama-kelamaan pekerjaannya makin sukses dan membaik. Adapun tanaman muda yang sering di tanam di lahan sawahnya adalah, sayur pahit, cabai merah, cabai rawit, jagung, kacang, bawang pre, dan ubi jalar. Pak Jeba mengatakan bahwa dengan bertani di lahan sawah, dengan menggunakan diversifikasi sedikit membantu, dan sudah mulai bisa untuk bergerak di dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk mengolah lahan pak Jeba kerja sama dengan pak Kosmar, mereka selalu kerja sama di dalam mengolah lahan sawah untuk dijadikan tempat menanam tanaman muda, bukan hanya untuk menanam tanaman muda saja, tetapi pada saat menanam padi, dan memanen padi. Universitas Sumatera Utara Menurut pak Jeba dengan dilakukannya kegiatan diversifikasi interaksi antar petani lebih meningkat, karena bukan hanya waktu menanam padi saja mereka melakukan komunikasi, tetapi dengan adanya diversifikasi ini mereka lebih sering melakukan interaksi. 9. Nama : Masro Umur : 42 Tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Petani Bapak ini merupakan seorang petani yang melakukan diversifikasi di lahan sawah. Bapak Masro ini bertani sejak tahun 1987 sampai sekarang 25 tahun. Bapak ini mulai menekuni kegiatannya di bidang diversifikasi pada lahan sawah pada tahun 2008 sampai sekarang 4 tahun. Bapak ini memiliki anak 9 Orang, anak pertama dan kedua bekerja di Malaysia, anak ketiga sedang kuliah, sedangkan anak-anaknya yang 6 orang lagi sedang sekolah. Bapak ini mengatakan bahwa menjadi petani itu sangatlah susah, bapak ini tidak mau jika anak-anaknya sama nasibnya dengan orang tuanya. Jika hanya mengharapkan dari sawah saja tidaklah cukup. Adapun sawah hanya menghasilkan padi saja, padi dipanen hanya 1 kali dalam setahun, untuk dimakan saja tidak cukup. Jika bulan Mei panen padi, beras akan habis bulan Desember, terpaksa akan membeli beras untuk kebutuhan sehari-hari. Jika hal seperti itu yang terjadi setiap tahunnya petani tidaklah mampu, apapun akan diusahan supaya dapat tambahan. Universitas Sumatera Utara Bapak Masro mengatakan bahwa cara yang dilakukan hanyalah memanfaatkan lahan yang ada. Lahan sawah yang biasanya hanya ditanami padi, sekarang menjadi tempat menanam berbagai jenis tanaman muda lainnya. Jika lahan kosong selama 6 bulan sangatlah disayangkan, padahal bisa digunakan untuk menanam tanaman lainnya sekaligus mempertahankan kesuburan tanah. Bapak ini juga mengatakan bahwa pertama sekali dilakukannya diversifikasi hanyalah coba-coba saja, tetapi sekarang itu menjadi kebiasaan dan tradisi di desa Sitabotabo ini. Menurut bapak Masro, tidak semua desa yang melakukan diversifikasi pada lahan sawah, desa-desa yang aktif melakukan diversifikasi adalah Dusun I yaitu Pangkirapan, Banjar Nahor., dusun II dan III. Hal itu diakibatkan karena lahan pertanian di dusun ini sangatlah sempit. Jadi cara lain yang dilakukan pak Masro adalah mengoptimalkan lahan sawahnya. Menurut bapak Masro ketika melakukan diversifikasi pada lahan sawah harus siap menanggung resiko, karena tidak semua tanaman yang ditanam itu berhasil, tetapi kita harus tetap mencoba. Sekarang jika menanam tanaman di lahan sawah tidak lagi takut, karena sudah berpengalaman dan penduduk Desa ini juga rata-rata melakukan hal serupa. Menurut pak Masro di dalam mengolah lahan sawah tidaklah meyewa petani upahan, karena anak-anaknya masih ada untuk membantu. Adapun tanaman yang ditanam oleh Pak Masro di lahan sawahnya adalah Terong Ungu, cabai merah, sayuran dan jagung. Bapak ini juga mengatakan bahwa dengan dilakukannya diversifikasi di lahan sawah ini sedikit membantu keluarga. Universitas Sumatera Utara Perubahan yang dialami oleh Pak Masro adalah bapak ini sekarang dapat menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi, dans ekarang sedang membangun rumah, karena selama ini mereka hanya tinggal di rumah yang sempit peninggalan orangtuanya. Menurut pak Masro masyarakat desa Sitabotabo lebih maju dibandingkan sebelum mengenal diversifikasi di lahan sawah, itu terlihat dari permintaan anak untuk sekolah. Apalagi sekarang di kecamatan ini sudah ada Perguruan Tinggi Universitas Tapanuli Utara UNITA, jadi anak-anak bisa kuliah paginya dan sorenya masih sempat membantu orangtua. Menurut pak Masro dengan ditingkatkannya kegiatan bertani di lahan sawah ini dapat meningkatkan hubungan kekeluargaan yang lebih baik, karena penduduk petani lebih sering melakukan interaksi. Meskipun interaksinya hanya untuk menanyakan bagaimana cara menanam tanaman, tapi itu sudah bisa menjadi alasan di dalam menjalin hubungan kekeluargaan di desa ini menjadi lebih baik. Jika interaksinya baik, maka kesejahteraan penduduk akan semakin baik, karena kesejahteraan dengan interaksi sangatlah berhubungan erat. 10. Nama : Togap Hutasoit Umur : 47 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Petani Bapak Togap sudah bertani selama 27 tahun mulai dari tahun 1985. Pak Togap pertama sekali bertani setelah bapak ini menikah dengan ibu Agus, setelah Universitas Sumatera Utara mereka di mendapatkan lahan dari orang tuanya, mereka harus mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lahan yang di dapatkan tidaklah luas karena masih banyak adik-adiknya yang akan dibagi lahan juga. Pak Togap mengatakan bahwa lahan yang ada harus bisa menjadi sumber pendapatan di dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. sebelum melakukan diversifikasi di lahan sawah pak Togap menanam padi di sawah dan menanam sayur-sayuran di lahan kering, tetapi pada tahun 90-an Pak Togap mulai memanfaatkan lahan keringnya untuk menanami kopi karena hampir semua para petani menggunakan lahan keringnya untuk menanam kopi. Menurut pak Togap dengan adanya kopi di lahan kering jadi susah untuk menanam tanaman muda seperti sayuran. Pada tahun 2008 pak Togap mulai memanfaatkan lahannya untuk dijadikan tempat menanam cabai, tomat dan sayuran. Pak Togap mengatakan bahwa dengan adanya diversifikasi di lahan sawah anak-anak akan bisa sekolah lebih baik lagi karena diversifikasi ini sangat membantu di dalam memenuhi keburtuhan sehari-hari. Pak Togap mengatakan bahwa tanaman yang biasanya di tanam di lahan sawahnya yaitu cabai, sayuran dan tomat. Pak Togap mulai menanam tanaman muda di sawah setelah selesai memanen padi. Menurut pak Togap dengan adanya diversifikasi ini anaknya yang paling besar dapat sekolah ke perguruan tinggi, dan dia berharap tidak hanya anaknya yang paling besar bisa kuliah tapi semua anaknya harus bisa kuliah, karena jika anak-anak bisa sekolah hanya itulah yang bisa membuat orangtuanya lebih semangat lagi kerja dan akan lebih sejahtera, Universitas Sumatera Utara Menurutu pak Togap didalam mengolah lahan sawah di dalam menggunakan diversifikasi tidaklah menyewas petani upahan karena masih ada anak-anaknya yang akan membantu di dalam melakukan diversifikasi. Tetapi kadang bapak ini menyewa ketika bapak ini menanam kacang di lahan sawah. Petani upahan yang akan diperkerjakan hanyalah petani yang dapat mengoperasikan hand Traktor. Biasanya upah yang diberikan perhari Rp.100.000.00. Perubahan yang dialami oleh Pak Togap adalah bapak ini sekarang dapat menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi. Menurut Pak Togap masyarakat desa Sitabotabo lebih maju dibandingkan sebelum mengenal diversifikasi di lahan sawah, itu terlihat dari permintaan anak untuk sekolah ke perguruan tinggi. Menurut pak Togap dengan ditingkatkannya kegiatan bertani di lahan sawah ini dapat meningkatkan hubungan kekeluargaan yang lebih baik, karena penduduk petani lebih sering melakukan interaksi. Meskipun interaksinya hanya untuk menanyakan bagaimana cara menanam tanaman, tapi itu sudah bisa menjadi alasan di dalam menjalin hubungan kekeluargaan di desa ini menjadi lebih baik. Jika interaksinya baik, maka kesejahteraan penduduk akan semakin baik. 11. Nama : Edison Nababan Umur : 43 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Universitas Sumatera Utara Pekerjaan : Bertani Ketua kelompok tani Informan yang menjadi pelengkap data penelitian ini adalah Pak Edison, sebagai ketua Kelompok Tani “Sinur Gabe”. Pak Edidon Nababan berumur 41 tahun dan istrinya berumur 32 tahun, mereka memiliki anak 2 orang, anak yang pertama bekerja di kantor Bupati sebagai staf pegawai sedangkan anak yang kedua masi berumur 3 tahun. Pekerjaan pak Edison sehari-hari yaitu bertani, sedangkan istrinya membuka warung kecil-kecilan di rumahnya bersama mertuanya. Pendidikan pak Edison hanya sampai SLTP karena dulu biaya tidak ada untuk membiayai sekolah. Pendapatan perbulan yang di dapatkan pak Edison kira-kira 1.000.000-an, sebenarnya tidak menentu karena jika kopi sedang panen, maka penghasilan dapat meningkat. Pak Edison melakukan diversifikasi di lahan sawah pada tahun 2007 sampai sekarang. Alas an bapak ini melakukan diversifikasi di lahan sawah karena lahan untuk menanam tanamnan muda tidak ada lagi, padahal kebutuhan semakin tinggi. Untuk mendapatkan pendapatan lebih baik, maka pak Edison melakukan diversifikasi di lahan sawah. Juka kebutuhan sehari-hari terpenuhi dengan baik, maka sebuah keluarga akan sejahtera. Menurut pak Edison selaku ketua Kelompok Tani, kelompok tani sangat banyak membantu di dalam melakukan diversifikasi di lahan sawah, selain wawasan bertambah, hasil produksi tani juga semakin meningkat. Masyarakat telah merasakan kehadiran kelompok tani di dusun desa tersebut. Menurut pak Universitas Sumatera Utara Edison bantuan yang di berikan kelompok tani selain penyuluhan yaitu berupa pupuk, bibit unggul, ternak dan traktor sebagai alat untuk mengolah lahan sawah. Jenis tanaman yang di tanam pak Edison di lahan sawah yaitu cabai, jagung, kacang-kacangan, sayuran dan lain-lain. Masuknya traktor melalui kelompok tani sangat membantu mempercepat pengolahan lahan sawah. Menurut pak Edison, jika dulu mengolah sawah hanya menggunakan tenaga hewan kerbau, dan tenaga manusia, itu dapat mempersulit petani di dalam menanam padi, tapi setelah traktor masuk ke desa, mengolah lahan sawah sangatlah mudah, sistem penggunaan traktor di serahkan kepada yang muda, dan akan di berikan upah. Upah yang diberikan kepada pekerja tentunya tidak mahal, upah itu diibaratkan hanya uang terimakasih saja. Awal masuknya kelompok tani menurut wawancara terhadap ketua kelompok tani berawal dari Pak Bartolomeus Nababan selaku adik pak Edison, karena beliau bekerja di kantor Bupati dan telah menyelesaikan pendidikannya dari Universitas Tapanuli Utara. Jadi masyarakat yakin bahwa beliau mampu membangun desanya melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Awal pendekatan yang dilakukan oleh Kepala desa, PPL Petugas Penyuluhan Lapangan, dan BPP Badan Penyuluhan Pertanian, kepada petani pada bulan Januari 2008 yaitu dengan melakukan penyuluhan kepada petani. Petanipun dikumpulkan dan melakukan diskusi melalui musyawarah. Setelah 3 bulan kelompok tani di sahkan di dusun Pangkirapan. Kelompok tani di sahkan tanggal 2 Maret 2008. Tetapi selama 3 bulan tersebut warga desa banyak melakukan perubahan, yaitu diadakannya gotong royong dengan memperbaiki saluran air ke Universitas Sumatera Utara sawah dan memperbaiki jalan, sehingga kendaraan bisa sampai ke desa. Setelah warga memperbaiki jalan sekitar 2 km, pemerintah pun mulai menyempurnakan jalan tersebut dengan mengaspal jalan tersebut. Bantuan lain terhadap petani yaitu dari Pertamina melalui kepala desa, tiap rumah tangga di berikan 1 gas Elpiji serta pengarahan bagaimana cara menggunakan Elpiji dengan baik. Peran perempuan di dalam kelompok tani juga ada, jika suami mereka telah tiada, maka perempuan dapat dijadikan sebagai anggota kelompoki tani. Meskipun perempuan berperan sebagai domestic, tetapi dapat juga berperan sebagai public. Bahkan banyak perempuan yang berjualan selain bertani di ladang. Mereka mampu menkondisikan rumah tangga mereka meskipun tanpa seorang suami. Menurut pak Edison cara membagi waktu warga di dalam menjalankan kelompok tani sekaligus bertani yaitu dengan melakukan tidak lah menjadi hal yang sulit. Karena tidak tiap hari mengolah lahan. Jika lahan sudah ditanami tanaman maka lahan tersebut dapat ditingglkan beberapa waktu. Oleh karena itu kegiatan kelompok tani tidaklah mengganggu kegiatan bertani mereka. Bantuan dan dukungan juga dirasakan petani dari kelompok tani dari luar desa, misalnya GAPOTTA Gabungan Kelompok Tani, GAPOTTA ini memberikan bantuan berupa bibit jika petani mebutuhkannya, dan Gapotta juga mengajari petani bagaimana menjaga tanaman supaya tidak gagal panen. Selain bibit, GAPOTTA juga memberikan modal usaha kepada petani, hal tersebut dapat mempermudah usaha petani. Selain Gapotta yang memberikan modal, PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat juga melayani simpan pinjam terhadap petani. Universitas Sumatera Utara Harapan pak Edison terhadap kondisi desa yaitu pemerintah selalu mengawasi dan tetap membantu para petani, sehingga jika pendapatan dan kesejahteraan warga lebih mantap, maka pendidikan anak akan lebih baik lagi. Bantuan pupuk dan bibit juga jangan berhenti, karena bantuan pupuk dan bibit tanaman sangat membantu petani. Selama ini produksi padi dan tanaman lainnya menurun itu dikarenakan petani tidak mampu membeli pupuk. Karena manfaat kelompok tani sudah dirasakan petani, maka mereka berharap kedepannya kelompok tani lebih maju lagi. Menurut pak Edison dengan adanya Kelompok tani ini masyarakat Desa Sitabotabo lebih mampu meningkatkan kesejahteraan melalui diversifikasi pemanfaatan lahan sawah. Interaksi petani dengan kelompok tani juga lebih baik dari sebelumnya, karean lebih sering melakukan hubungan dan komunikasi yang baik, dan kelompok tani juga memberikan manfaat penting di dalam kegiatan petani. Jika komunikasi antar petani, dan dengan kelompok tani dengan baik, maka kesejahteraan petani akan lebih baik lagi. 12. Nama : E. Sibuea Umur : 60 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Petani, berdagang Pekerjaan Ibu ini adalah bertani dan berdagang, selain itu ibu ini juga menjabat di kelompok tani sebagai bendahara. Ibu E Sibuea bertani sejak 1967 45 tahun . Ibu ini juga sebagai ayah terhadap 12 anaknya. Pendapatan perbulan Universitas Sumatera Utara ibu ini sekarang adalah Rp. 4.000.000,00 meskipun bekerja tanpa seorang suami tetapi ibu ini mampu mencukupi dan menyekolahkan anaknya ke tingkat perkuliahan, selama menjadi bendahara di kelompok tani, tidak ada kesusahan yang dialami ibu ini, karena semua anggota kelompok tani seudah mempercayainya. Kegiatan kelompok tani dimana anggotanya mengumpulkan dana awal sebagai awal kegiatan kelompok tani yaitu sebesar Rp.20.000,00 per anggota. Dan simpanan wajib perbulan sebesar Rp. 5.000,00, simpanan ini merupakan kewajiban dan hak anggota. Menurut ibu Sibuea, pertama sekali melakukan diversifikasi di lahan sawah pada tahun 2007 sampain sekarang. Selama diadakannya diversifikasi di desa ini taraf hidup petani lebih membaik, itu dapat dilihat dari pendapatan dan pendidikan anak-anak yang makin membaik. Ibu Sibuea mengakui bahwa sekarang ibu itu dapat menyekolahkan anaknya ke tingkat kuliah. Pekerjaan sampingan ibu Sibuea lainnya adalah berdagang bubuk kopi, awalnya ibu ini meminjam uang sebagai dana usaha, tetapi lama-kelamaan usaha tersebut sangat maju dan mampu mencukupi kebutuhan mereka semua. Ibu Sibuea mengatakan bahwa beliau lebih fokus di dalam melakukan diversifikasi di lahan sawah, karena melakukan diversifikasi di lahan sawah tidak lagi susah untu di lakukan, karena Ibu ini mampu untuk memperkerjakan buruh tani di dalam melakukan diversifikasi. Ibu ini memperkerjakan buruh tani karena Ibu ini sibuk dengan dagangannya. Universitas Sumatera Utara 13. Nama : Sudung Nababan Umur : 67 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaaan : Bertani Pak Sudung Nababan seorang petani sejak 1962 40 Tahun, dan Pak Sudung melakukan diversifikasi sejak tahun 2006 sampai sekarang 6 Tahun. Pak Sudung berumur 61 tahun, Pak Sudung bertempat tinggal di Dusun Pangkirapan. Jumlah pendapatan perbulan yaitu Rp.800.000. Memiliki anak 4 orang dan cucu 2 orang. Pak Sudung tinggal di desa ini selama 40 tahun. Selama 40 tahun ini Pak Sudung tidak mengalami perubahan apa-apa di desa tersebut. Bantuan juga tidak ada terhadap pendidikan anak, makanpun susah, apalagi menyekolahkan anak, Pak Sudung tidak mampu menyekolahkan anaknya karena pendapatan sehari-hari sangat minim. Tetapi sekarang kehidupan sudah mulai membaik, karena anak-anak pun sudah bisa bekerja dan dapat membantu menambah penghasilan. Anak Pak Sudung semuanya bekerja di Medan dan sudah mampu mengasilkan uang sendiri. Menurut Pak Sudung, tingkat produksi hasil tani sekarang ini sudah makin membaik, itu dikarenakan pengetahuan sudah mulai berkembang. Para petani juga banyak mendapat pelajaran dari instansi-instansi penyuluhan petani. Sekarang kelompok tani juga sudah ada di desa ini, maka tingkat pendapatan petani sudah mulai membaik, dan petani sekarang sudah menanam kopi, sekarang bharga kopi Universitas Sumatera Utara dapat mencukupi kebutuhan petani, bahkan menyekolahkan anak-anak juga ke tingkat perkuliahan sudah mulai ada.menurut Pak Sudung, bantuan dari kelompok tani berupa traktor sangat membantu beliau di dalam mengolahy lahan sawah, karena umur sudah tua,a tidak sanggup lagi mengolah sawah sendirian, tetapi karena hadirnya traktor ini maka kami dapat menanam padi dan tanaman lainnya di sawah. Keuntungan lainnya dari traktor itu adalah harganya lebih murah dibnadingkan menyewa milik orang lain. Menurut Pak Sudung, mereka sekarang sudah dapat menanam banyak jenis tanaman di sawah, jika dulu tanaman yang bisa di tanam di sawah hanya padi, tetapi setelah hadirnya traktor pemanfaatan lahan sawah makin beragam. Mulai dari tanaman sawah, petani juga mulai menanam jagung, sayur-sayuran dan cabai. Dengan pemanfaatan lahan sawah maka pendapatan petani semakin membaik. Pemanfaatan lahan sawah juga menjadikan petani lebih mandiri, karena tidak membeli sayuran dan cabai ke pasar lagi. Penggunaan lahan sawah yaitu dengan cara pegeringan lahan setelah padi di panen, selanjutnya dikeringkan, setelah dikeringkan maka traktor digunakan untuk mengolah lahan, dan itu menjadikan lahan mudah ditanami dengan tanamana lainnya. Sistem gotong royong di desa ini sangat terjalin dengan baik, banyak sekali kegiatan gotong royong yang sudah sering dilakukan warga petani, yaitu antara lain: memperbaiki jalan air ke sawah, membersihkan jalan, membangun tempat ibadah. Selain itu sistem kekerabatan juga sangat dijada di desa ini, jika salah satu warga yang meninggal maka semua warga akan memberikan sumbangan berupa beras dan gula kepada keluarga yang sedang berduka. Sama Universitas Sumatera Utara juga halnya dengan acara pernikahan. Warga tetap menyumbangkan beras kepala keluarga yang akan melakukan acara pernikahan. Tradisi seperti itu tidak pernah berubah sampai sekarang dan masih terjaga utuh. Kegiatan-kegiatan seperti itulah yang dilakukan masyarakat di dalam melestarikan desanya. Dalam hal pertanian ada juga tradisi yang berubah yaitu pada pengolahan lahan sawah petani tidak lagi melakukan degan bergotong royong melainkan mengupah patani upahan, karena dengan adanya hand traktor para petani mengolah sawah hanya menggunakan hand traktor saja. Tetapi masih ada sistem pertanian yang masih bertahan yaitu pada waktu memanen padi dan menanam padi petani masih melakukan gotong royong. Menurut Pak Sudung pendidikan anak semakin membaik setelah petani mulai melakukan diversifikasi di lahan sawah tersebut, hal itu terlihat dari anak petani sudah banyak yang kuliah meskipun kuliah di universitas yang dekat dengan tempat tinggal. Dapat kita lihat sangat jarang anak yang tidak sekolah sampai lulus dari SMA. Karena orang tua tidak mau anak-anak mereka sama nasibnya dengan merekam ,mereka ingin anaknya lebih baik kehidupannya dari orangtuanya. Harapan Pak Sudung kedepannya yaitu desa Sitabotabo lebih maju lagi, dan jangan ketinggalan dari desa lain, dan Pak Sudung juga mengharapkan peran anak rantau tetap memberikan bantuan kepada desa mereka. Sehingga kesejahteraan sosial petani lebih meningkat. Dan kehadiran kelompok tani juga jangan hanya sementara saja di laksanakan di desa ini, karena kelompok tani Universitas Sumatera Utara sangat membantu pendapatan dan peningkatan hasil produksi makin membaik di dalam pemanfaatan lahan sawah. Jika pendapatan membaik maka kehidupan petani akan lebih sejahtera. 14. Nama : Ibu Lela Pekerjaan : Buruh tani Umur : 47 Tahun Ibu Lela ini sudah bekerja sebagai buruh tani selama 8 tahun lebih mulai dari tahun 2004. Ibu ini mempunyai anak 2 Tetapi anak-anaknya tinggal bersama ayahnya. Jadi Ibu ini hanya tinggal seorang diri di rumahnya. Ibu ini bekerja sebagai buruh, Ibu ini bekerja setiap ada yang meminta untuk bekerja, baik bekerja di lahan sawah seperti menanam padi, memanen hasil tanaman dari hasil diversifikasi seperti kacang, cabai, dan jagung, dan dan bekerja di lahan kering seperti memetik kopi. Ibu ini bekerja sebagai buruh karena lahan yang dimiliki tidak ada. Ibu ini dulunya tinggal di Pekanbaru bersama suaminya, tapi karena suaminya menikah lagi maka Ibu ini kembali ke kampung halaman. Ibu ini bekerja ketika adap petani yang memintanya untuk bekerja di ladangnya. Pekerjaan sampingan ibu ini adalah berdagang bawang dan sayuran. Ibu ini berdagang tiap hari Selasa dan Jumat, dan hari biasanya hanya menunggu kapan dia akan diminta kerja di lahan orang. Upah yang di dapatkan ibu ini sebesar Rp 25.000 per hari dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB. Namun pekerjaan ibu ini tidak dapat dilakukan setiap hari tetapi setiap Ibu ini Universitas Sumatera Utara disuruh bekerja oleh petani. Biasanya Ibu ini di suruh bekerja pada hari Senin, Rabu, Kamis dan Sabtu, karena petani lainnya juga sudah tau bahwa pada hari Selasa dan Jumat Ibu ini harus berdagang ke pasar. Ibu ini mengatakan bahwa upah buruh tani disesuaikan dengan besarnya upah buruh tani pada umumnya. Ibu ini tidak bisa memasang tarif upah terlalu mahal . Apabila terlalu mahal, tidak ada petani yang akan menyuruh mereka bekerja. Walaupun merasa upah yang diterima sedikit, tetapi dia tetap bekerja untuk menambah penghasilannya. Dan hubungan buruh tani dengan petani dalam kehidupan sehari-hari sangat harmonis, saling menegur sapa, saling berkumpul. Menurut Ibu ini seandainya punya lahan dia akan berhenti menjadi buruh tani, dna bisa mnegolah lahannya sendiri. Karena pendapatan dari buruh ini tidak menentu, jika kita tidak di suruh untuk bekerja maka pendapatan kita tidak ada. Biasanya Ibu ini bekerja lebih sering di suruh pada hari Sabtu dan senin, pada hari Sabtu rata-rata petani memanen kopinya, karena kopi harus di jual pada hari Selasa, dan pada hari Senin Ibu ini disuruh bekerja karena banyak petani yang memanen hasil tanaman sayur dan cabai, dari lahan sawah, supaya tanaman yang di panen tetap segar untuk dijual keesokan harinya. Ibu ini mengatakan meskipun dia tidak memiliki lahan, seperti teman-temannya, tetapi dia tetap diperlakukan dengan baik, dan tidak pernag di jauhi oleh petani lainnya. Ibu ini senang karena di Desa ini rasa kekeluargaan itu masih terjaga, beda dengan ketika saya tinggal di pekanbaru. Ibu ini lebih memilih bekerja sebagai buruh tani daripada buruh pabrik karena tidak terikat dan Ibu ini lebih memiliki keahlian di bidang pertanian dibandingkan dengan pekerjaan lain, hanya saja Ibu ini belum memiliki lahan pertanian untuk dikelolah. Ibu ini memilih bekerja di Universitas Sumatera Utara bidang pertanian karena sudah merasa nyaman bekerja kepada majikaanya. Banyak keuntungan yang didapatkan Ibu ini ketika sedang bekerja, selain Ibu ini mendapat upah, Ibu ini juga bebas mengambil hasil tanaman yang dipanen untuk kebutuhannya. Majikannya tidak marah jika aIbu ini mengambil hasil tanamannya, dengan sayarat hasil tanaman yang diambil jangan dijual dan hanya untuk di konsumsi saja. Dengan begitu pengeluaran Ibu ini bisa terbantu.

4.3 Makna Diversifikasi Pada Masyarakat Pertanian Desa Sitabotabo

Dokumen yang terkait

Tradisi Masyarakat Desa Janji Mauli Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan (1900-1980)

3 83 104

Prospek Pengembangan Jagung Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi kasus penelitian ini di Desa Bakal Batu 1, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli utara, Propinsi Sumatera Utara)

0 28 97

Interaksi Desa Kota terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus di Desa Perbatasan)

3 133 99

Analisis Tingkat Pemahaman Masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara Terhadap Penggunaan Pembayaran Non Tunai

3 55 95

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUK KOPI BUBUK DI DESA SIBORONGBORONG I KECAMATAN SIBORONGBORONG KABUPATEN TAPANULI UTARA.

1 12 22

PERAN PEMERINTAHAN DESA DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DI DESA SIBORONGBORONG KECAMATAN SIBORONGBORONG KABUPATEN TAPANULI UTARA.

0 2 12

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DESA SILAITLAIT KECAMATAN SIBORONGBORONG KABUPATEN TAPANULI UTARA.

0 3 18

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PEMBANGUNAN PERDESAAN DI KECAMATAN SIBORONGBORONG KABUPATEN TAPANULI UTARA.

0 5 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Struktural Fungsional - Diversifikasi Pemanfaatan Lahan Persawahan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Petani” (Studi di Desa Sitabotabo, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Diversifikasi Pemanfaatan Lahan Persawahan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Petani” (Studi di Desa Sitabotabo, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 17