BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Petani selalu jadi pembicaraan setiap kali menyinggung masalah pangan di dalam negeri. Sebaliknya, kesejahteraan mereka jarang dibicarakan bahkan
hampir dilupakan, padahal 60 persen rakyat Indonesia hidup dari sektor pertanian. Dalam kebijakan pemerintah menaikkan harga pembelian pemerintah HPP
untuk gabah dan beras tetapi belum terealisasikan sehingga petani di Indonesia dikatakan belum bisa sejahtera. Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah tersebut,
juga dimaksudkan mendongkrak tingkat kesejahteraan petani. Namun lebih dari pada itu, sudah saatnya petani tidak semata-mata ditempatkan sebagai obyek
sekedar produsen padi. Dalam meningkatkan kesejahteraan, petani memanfaatkan lahan yang ada
melalui diversifikasi lahan sawah. Semakin gencarnya program diversifikasi pangan di Sumut, membuat konsumsi beras di Sumatera Utara sejak beberapa
tahun terakhir mengalami penurunan. Dengan rata-rata 1,89 per tahun tersebut pun diharapkan bisa meningkatkan ketahanan pangan di Sumut. Adapun data
konsumsi beras pada 2009 mencapai 139,5 kg per kapita per tahun turun menjadi 136,85 kg per kapita per tahun pada tahun 2010. Pada tahun 2011 berdasarkan
analisis situasi pangan menunjukkan angka konsumsi beras yang lebih rendah, yakni 134,24 kg per kapita per tahun.
Dalam rangka
penurunan konsumsi
beras, pihaknya
terus menyosialisasikan peningkatan konsumsi bahan pangan nonberas seperti umbi-
Universitas Sumatera Utara
umbian, kentang, sayuran dan bahan pangan lainnya. Satu di antaranya, dengan membangkitkan kearifan lokal di Sumut, yakni mengkonsumsi umbi-umbian
sebelum makan nasi, dengan sebutan manggadong memakan ubi.Satu di antara program prioritas adalah menurunkan konsumsi beras. Hal ini dalam upaya
peningkatan ketersediaan bahan pangan melalui kebijakan intensifikasi, ekstensifikasi pengembangan cadangan pangan dan diversifikasi bahan pangan.
Sehingga ke depan, tepatnya di tahun 2013, pola pangan harapan di Sumut bisa meningkat menjadi 93 dari kondisi tahun 2010 sebesar 78,7. Upaya yang
dilakukan antara lain melalui percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. Badan Ketahanan Pangan BKP Sumut terus menggalakkan program
penganekaragaman pangan. Di sisi lain, program tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan semakin terjaminnya ketersediaan pangan
di tengah-tengah masyarakat. http:www.harianorbit.comdampak-program-
diversifikasi-pangan-konsumsi-beras-sumut-turun-189-per-tahun di akses tanggal
5 Mei 2012, pukul 10 18 Wib. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tapanuli Utara yang
mayoritas petani. Revitalisasi sektor pertanian harus menjadi prioritas sebab tidak ada yang bisa memproduksi pangan kecuali pertanian. Agar revitalisasi pertanian
berhasil menurutnya, harus dilakukan dari bawah yakni pedesaankelurahan, dengan kata lain perlu dilakukan moderinisasi pedesaan, karena sebagian besar
masyarakat di desa merupakan petani. Berbagai kegiatan yang harus dilakukan dalam program revitalisasi tersebut yakni pemilihan komoditi bernilai ekonomi
tinggi, memperbaiki mekanisme pertanian, diversifikasi, pengamanan ketahanan
Universitas Sumatera Utara
pangan, peningkatan daya saing. Kegiatan modernisasi pedesaan dan revitalisasi dalam diversifikasi pertanian itu dapat tewujud jika ditunjang sarana dan
prasarana atau infrastruktur seperti jalan, jembatan, irigasi dan air bersih. http:taputnews.blogspot.com2008_06_01_archive.html di akses tanggal 5.Mei
2012, pukul 10:21 Wib. Pertanian Indonesia umumnya adalah pertanian keluarga skala kecil
dengan rataan kepemilikan 0,35 ha, maka peningkatan pendapatan yang dapat dilakukan berkaitan dengan usahanya adalah mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki, dengan melakukan usaha. Pada umunya usaha pertanian ditujukan untuk memperkecil risiko karena dinamika harga dan faktor ekonomi lainnya, dan
karena adanya
perubahan iklim
atau cuaca.
http:ejournal.unud.ac.idabstrak920soca-handewi-distribusi20pendpt di
akses tanggal 23 Januari 2012 pukul 08:11 . Pada penelitian Tahlim Sudaryanto
tentang “kebijakan strategis usaha pertanian dalam rangka peningkatan produksi dan p
engentasan kemiskinan” menyatakan bahwa sektor pertanian di Indonesia,
khususnya usaha tani lahan sawah, memiliki nilai multifungsi yang besar dalam peningkatan ketahanan pangan, kesejahteraan petani, dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup. Keberlanjutan pertanian dengan program lahan pertanian abadi akan dapat diwujudkan jika sektor pertanian dengan nilai multifungsinya dapat
berperan dalam pengentasan kemiskinan. Tingkat kemiskinan absolut tahun 2004 mencapai 36,10 juta orang, sebagian besar tinggal di pedesaan 68,70 dengan
kegiatan utama 60 di sektor pertanian.
Universitas Sumatera Utara
http:ftp.pustaka-deptan.go.idpublikasip3254061.pdf di akses tanggal 12 Desember 2012, pukul 20:12 Wib
Jumlah penduduk miskin, yakni penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan, di Sumatera Utara pada bulan Maret 2010 sebesar 1.490.900 orang
11,31 . Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 1.499.700 orang 11,51 , berarti jumlah penduduk miskin di Provinsi
Sumatera Utara berkurang sebanyak 8.800 orang atau persentasenya berkurang sebesar 0,20 poin. Selama periode Maret 2009
– Maret 2010, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 9.800 orang 0,27 . Pada bulan Maret 2010,
penduduk miskin berada di daerah perdesaan sebesar 11,29 . Indeks Keparahan Kemiskinan P2 di Sumatera Utara tahun 2010 meningkat dibanding tahun 2009,
yaitu menjadi 0,57 dari 0,50. Demikian pula untuk Indeks Kedalaman Kemiskinan P1, angkanya mengalami peningkatan, yakni dari 1,92 tahun 2009
menjadi 2,04 pada tahun 2010. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin
cenderung makin menjauhi garis kemiskinan dan tingkat ketimpangannya juga semakin besar. Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh
garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Pada bulan Maret
2010 garis kemiskinan Sumatera Utara sebesar Rp. 222.898,- per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp. 247.547,- per kapita
per bulan, dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp. 201.810,- per kapita per bulan. Dilihat dari besarnya jumlah pengeluaran per kapita pada daerah pedesaan itu
Universitas Sumatera Utara
terlihat betapa sulitnya petani di daerah pedesaan dalam memenuhi kebutuhan hidup, tetapi karena di pedesaan masih adanya sistem kearifan tradisi, dimana
penduduk petani miskin saling tolong-menolong, gotong-royong yang dapat membantu para petani dalam melakukan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan
sehari-hari.BPS Provinsi Sumut 2011, Sumut dalam Angka 2011 Pendapatan rumah tangga pada daerah pedesaan dengan usaha tani
berbasis non padi umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan daerah berbasis padi. Semakin kecilnya rata-rata penguasaan lahan oleh rumah tangga petani
mendorong petani melakukan usaha diversifikasi usaha tani dalam rangka meningkatkan
pendapatannya. Diversifikasi
Pertanian adalah
usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari
ketergantungan pada salah satu hasil pertanian. Diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : Memperbanyak jenis kegiatan pertanian,
misalnya seorang petani selain bertani juga beternak ayam dan beternak ikan dan memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan, misalnya pada suatu lahan selain
ditanam jagung juga ditanam padi ladang. Sektor pertanian, khususnya usaha tani lahan sawah dengan menggunakan
diversifikasi memiliki nilai multifungsi yang besar dalam peningkatan pendapatan, kesejahteraan petani, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Keberlanjutan pertanian dengan program lahan pertanian abadi akan dapat diwujudkan jika sektor pertanian dengan nilai multifungsinya dapat berperan
dalam pengentasan kemiskinan. Menurut Saptan a dalam “diversifikasi usahatani
lahan sawah di Kabupaten Klaten dan Kediri” menyatakan bahwa alasan petani
Universitas Sumatera Utara
melakukan diversifikasi usahatani adalah untuk memenuhi keragaman kebutuhan konsumsi keluarga.
Dalam konteks ekonomi, diversifikasi pertanian diarahkan untuk meningkatkan kemakmuran sosial, ekonomi ,memenuhi permintaan pasar dan
meningkatkan pendapatan petani dengan tingkat stabilitas yang lebih tinggi. Peningkatan pendapatan dapat mempengaruhi peningkatan kesejahteraan sosial.
Peningkatan kesejahteraan penduduk desa didukung oleh peningkatan dan ketersediaan sekolah. Jika pendapatan petani semakin meningkat itu menunjukkan
bahwa petani mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai tingkat kuliah. Pudjiwati Sajogyo 2000:80.
Peranan lahan sawah dalam meningkatkan ekonomi rumah tangga petani, ukuran yang dipakai adalah pangsa pendapatan dari usaha tani di sawah terhadap total pendapatan
rumah tangga. Meningkatkan kesejahteraan petani melalui upaya peningkatan pendapatan rumah tangga merupakan sasaran akhir dan pembangunan nasional, tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor kunci
bagi rumah tangga untuk akses terhadap pangan yang dibutuhkan.
Penduduk di Kabupaten Tapanuli Utara, kecamatan Siborongborong, desa Sitabotabo, mayoritas bermata pencaharian petani tanaman pangan, dan hanya
sebagian kecil mayarakat yang bekerja di luar sektor pertanian dan instansi pemerintah. Jika dilihat dari besarnya kebutuhan hidup melihat kondisi kenaikan
harga pangan saat ini, petani sangat sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun dalam masyarakat desa Sitabotabo dikenal dengan adanya sistem tolong
menolong, gotong royong marsiadapari dan kerjasama yang dapat membantu para tani yang memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Pada kenyataanya petani desa Sitabotabo awalnya menanam tanaman tunggal saja di lahan sawah yaitu padi, padi ditanam hanya satu kali dalam satu
Universitas Sumatera Utara
tahun saja. Setelah padi dipanen, padi akan disimpan untuk kebutuhan selama satu tahun, tetapi tidak semua petani mampu untuk menyimpan padi, karena
banyaknya kebutuhan yang akan dipenuhi, untuk memenuhi kebutuhan tersebut petani harus menjual padi mereka, oleh karena itu sebelum padi dipanen kembali
para petani akan susah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan para petani juga sudah mulai bingung untuk membeli beras untuk. Beras dalam keluarga
sudah menjadi kewajiban untuk bahan pangan. Hidup susah membuat para petani tidak mampu berkembang, itu terlihat dari pendidikan anak yang hanya tamat dari
Sekolah Menengah Atas saja. Untuk jenjang perkuliahan sangat sulit untuk dilakukan karena biaya yang tidak ada.
Kesadaran petani untuyk melakukan perubahan pola bertani muncul karena rendahnya tingkat pendapatan yang sedikit sehingga petani mencoba
melakukan kegiatan bertani yang berbeda dari yang sebelumnya. Perubahan sistem bertani yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan,
kesejahteraan petani di ukur dari tingginya pendapatan. Jika pendapatan baik, maka pendidikan dan pengetahuan anak akan semakin tinggi dan berkembang.
Cara yang dilakukan petani Sitabotabo untuk bertani dari awalnya hanya menanam padi di lahan sawah mengalami perubahan menjadi petani yang
menanam banyak jenis anekaragam tanaman pada lahan sawah yaitu dengan cara diversifikasi.
Awal pertama diversifikasi dilakukan masyarakat desa Sitabotabo hanya merupakan coba-coba saja oleh salah satu warga pada tahun 2002, ternyata hal
tersebut cukup baik untuk menambah pendapatan petani. Lama kelamaan
Universitas Sumatera Utara
diversifikasi pertanian ini dilakukan oleh hampir semua petani desa Sitabotabo. Awal dilakukan diversifikasi di lahan sawah itu karena pada awalnya tanaman
sayur-sayuran di tanam di lahan kering, tetapi karena petani menanam kopi di lahan kering, maka petani harus menanam tanaman yang dulunya di tanam di
lahan kering menjadi ditanam di lahan sawah, dengan melakukan diversifikasi. Sistem gotong-royong ini terjadi hanya kepada petani yang sama-sama melakukan
pekerjaan yang sama, misalnya pada saat mengolah, memanen padi sistem ini dilakukan, sistem ini disebut dengan sistem Barter.
Nilai gotong-royong tidak dilakukan oleh petani yang tidak punya lahan, jadi pada saat dia bekerja pada lahan orang, maka dia akan di gaji, sistem gaji
berupa uang, dan digaji perhari , mereka kerja mulai dari jam 08.00-18.00 Wib dan tergantung dengan kondisi. Sistem upah yang dilakukan terhadap perempuan
dan laki-laki sangat berbeda. Misalnya laki-laki kerja akan di gaji sebesar Rp. 40.000,00, dan perempuan di berikan upah sebesar Rp. 25.000,00, dan makanan,
kopi, rokok akan di tanggung oleh pemilik lahan. Disini terdapat perbedaan antara perempuan dan laki-laki di karenakan bahwa nilai laki-laki itu pada Desa
Sitabotabo lebih di utamakan karena laki-laki yang menjadi kepala keluarga dan bersifat patriarkhi atau marga diturunkan dari laki-laki.
Alat-alat yang digunakan petani desa Sitabotabo ini untuk melakukan diversifikasi adalah alat tradisional seperti: cangkul dan babat, tetapi pada tahun
2008, mereka sudah mulai menggunakan alat teknologi yang berasal dari Kelompok Tani yang menyumbangkan Hand Tractor 1 unit kepada kelompok
tani. Petani yang mendapatkan Hand Tractor adalah mereka yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
anggota kelompok tani Sinurgabe. Hal ini dapat membantu mempermudah petani untuk melakukan pekerjaan mereka di sawah dan berdiversifikasi di lahan sawah.
Adapun cara yang dilakukan masyarakat petani untuk mengoptimalkan lahan sawah tersebut yaitu :
1. Mengeringkan sawah dengan memisahkan gabah padi, gabah padi juga
dimanfaatkan petani sebagai kompospupuk, juga sebagai makanan ternak seperti kerbau.
2. Mengolah lahan dengan menggunakan cangkul, babat, Hand tractor,
3. Setelah lahan kering, tanah akan dihaluskan, dan siap untuk menanam tanaman,
tanaman yang sering ditanam di lahan sawah adalah cabai, sayur, tomat, jagung, kacang, beternak ikan.
Dari segi ekonomi, diversifikasi bertujuan memperkecil resiko yang disebabkan oleh dinamika harga dan faktor ekonomi lainnya serta perubahan
iklim. Dari segi pemanfaatan sumber daya, diversifikasi berpeluang meningkatkan pemanfaatan sumberdaya manusia, peningkatan kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha serta pemanfaatan sumberdaya alam dan modal. Dari segi budidaya diversifikasi dapat memperkecil pengaruh iklim dan dapat memperkecil
intensitas serangan hama penyakit tanaman melalui pemutusan siklus. Dalam penelitian yang dilakukan Handewi P
Saliem tentang “Diversifikasi Usaha Tani dan Tingkat pendapatan Petani di Lahan Sawah” menyatakan bahwa tujuan
melakukan diversifikasi pada lahan sawah adalah untuk meminimumkan resiko, menghindari buruknya ekonomi,sebagai sumber pertumbuhan baru.
Universitas Sumatera Utara
http:pse.litbang.deptan.go.idindpdffilesMono27-4di akses tanggal 23 Januari
2012 pukul 15:12 Wib. Sawah yang di gunakan oleh desa Sitabotabo untuk melakukan
diversifikasi yaitu sawah irigasi, dimana lahan sawah tersebut bisa menanam tanaman lainnya. Lahan sawah yang bersifat sawah irigasi dapat di optimalkan
untuk menanam tanaman lainnya. Ketika sawah digunakan untuk menanam padi, maka air akan di masukkan ke sawah, tetapi ketika lahan sawah di manfaatkan
untuk menanam sayuran, petani akan membuang air, sehingga lahan bisa kering. Tetapi tidak semua lahan dapat digunakan untuk menanam tanaman seperti sayur-
sayuran, karena keadaan geografisnya yang berbukit-bukit. Lahan yang tidak bisa di tanami sayur-sayuran yaitu jenis tanah yang berlumpur, kadar air yang banyak,
dan susah untuk di keringkan. Diversifikasi pemanfaatan lahan sawah sangat rutin dilakukan petani
bersama tiap tahun, yaitu sama-sama menanam padi di bulan Desember, dan memanen pada bulan Mei, pada bulan Juni mereka sudah mulai mengolah sawah
dengan menggunakan alat tradisional dan Hand tractor. Sistem mina padi diversifikasi lahan saat penanaman padi dilakukan tidak pernah di lakukan di
lahan sawah. Misalnya saat menanam padi mereka melakukan diversifikasi pada lahan sawah dengan beternak ikan, hal itu tidak dilakukan karena dapat merusak
tanaman padi, karena selama padi di tanam, tidak selamanya sawah berair, ada saat-saat untuk mengeringkan sawah, karena ketika padi akan di pupuk kondisi
lahan akan kering, jika hal itu terjadi, maka ikan yang di di dalam sawah tersebut akan mati dan tidak dapat bertahan.
Universitas Sumatera Utara
Alasan petani desa Sitabotabo melakukan diversifikasi pada lahan sawah dan tidak melakukan di lahan kering yaitu karena pada orde baru ketika
pengalihan tanaman sayur-sayuran menjadi kopi pada lahan kering mengakibatkan petani harus berusaha untuk menanam sayuran di lahan untuk
menambah penghasilan mereka. Hal ini mendorong petani untuk mencoba melakukan diversifikasi pada lahan sawah. Sistem diversifikasi saat menanam
sayuran di lahan sawah dilakukan secara bertahap. Ketika lahan sawah sudah dapat di tanami sayur, cabai dan lain-lain, yang pertama di tanam adalah cabai,
ketika cabai sudah berumur 1 bulan, maka dapat menanam tanaman lainnya berupa sayur, jagung karena umur sayur dan jag
ung lebih cepat daripada cabai. Dan ketika petani panen cabai, mereka juga sudah dapat memanen jagung.
Bentuk interaksi sosial yang ada adalah kerjasama yang merupakan aktivitas kolektif yang memberikan keuntungan pada setiap individu yang ikut di
dalamnya. Dalam kerjasama ke dua belah pihak saling mempengaruhi dan saling menguntungkan. Di antara beberapa macam bentuk kerjasama adalah tolong-
menolong. Tolong menolong yang terjadi bisa dalam bentuk altruisme dan pertukaran imbalan reward exchange. Altruisme adalah hasrat untuk menolong
orang lain tanpa memikirkan diri sendiri, sedangkan pertukaran imbalan reward exchange adalah perbuatan yang dilakukan seseorang dengan tujuan agar suatu
saat dia mendapatkan imbalan yang sama dari perbuatan yang dia lakukan pada orang lain tersebut.
Peningkatan kesejahteraan petani melalui diversifikasi juga meningkatkan interaksi sosial antar petani, yaitu : a. Pada saat mengolah lahan, sistem gotong-
Universitas Sumatera Utara
royong tidak dilakukan tetapi sistem kerja untuk mendapatkan imbalan atau upah, b. Pada saat panen dan menanam padi, ketika petani memanen padi masyarakat
melakukan kerja sama yang baik dan sistem kerja petani pada saat memanen padi tidak bersifat upahan, tetapi bersifat kekeluargaan, diman para petani melakukan
pergiliran kerja. Misalnya hari pertama memanen padi dilakukan di lahan si A, hari kedua dilakukaan di tempat si B.sistem kerja tersebut trerjalin karena
interaksi atau komunikasi sosial itu masih terjaga dengan baik. Begitu juga pada saat menanam padi, para petani juga melakukan gotong-royong, sehingga
pekerjaan mereka cepat siap. c. Setelah melakukan diversifikasi pada lahan sawah interaksi sosial juga terjalin dengan baik antara tengkulak dengan petani
sayur, ketika memanen hasil dari diversifikasi pada lahan sawah mereka. Para tengkulak itu adalah petani yang mempunyai kerja sampingan
sebagai tengkulak ketika hasil sayuran di panen dari lahan sawah.Pembangunan sektor pertanian tidak terlepas dari adanya para pemilik modal. Mereka ikut serta
dalam persaingan pasar pertanian untuk mencari hasil-hasil pertanian dari para petani untuk dibeli dan memperoleh keuntungan. Dalam rangka pemasaran hasil-
hasil pertanian peran tengkulak sangatlah dibutuhkan oleh para petani di daerah pedesaan.
Alasan petani desa Sitabotabo, Kecamatan Siborongborong, menggunakan jasa tengkulak dalam menjual hasil panen adalah:1 Karena tidak semua
memiliki kendaraan angkut sendiri. Petani sayur merasa dipermudah dengan adanya tengkulak yang mendatangi mereka dengan sekaligus membawa
kendaraan pengangkut sehingga petani tidak perlu menyewa kendaraan lagi.
Universitas Sumatera Utara
Petani lebih memilih menjual kepada tengkulak meskipun di bawah harga pasar untuk segera mendapatkan uang daripada hasil panen sayurnya layu dan tidak
laku untuk dijual. 2 Karena petani sudah sering meminjam modal berupa bibit dan pupuk kepada tengkulak karena merasa lebih mudah sedangkan tengkulak
juga merasa diuntungkan karena petani menjual hasil panen kepada tengkulak yang memberikan modal bibit dan pupuk pada saat panen.
Pola interaksi sosial antara tengkulak dengan petani di Desa Sitabotabo, Kecamatan Siborongborong, terbagi menjadi dua pola yaitu pertama pola
Kerjasama, dalam hal ini adalah kerjasama yang dilakukan bersifat tetap dengan melibatkan orang-orang atau pelaku yang sama yaitu antara petani dengan
tengkulak yang sama setiap melakukan transaksi jual beli hasil panen sayur dan dilakukan secara berulang-ulang. Pola yang kedua adalah pola Akomodasi, yaitu
interaksi sosial antara tengkulak dengan petani sayur yang dibangun saling menguntungkan, tidak ada permasalahan dalam kegiatan penjualan hasil panen
sayuran yang ada di Desa Sitabotabo, Kecamatan Siborongborong. Pola interaksi sosial yang berdasarkan pada kedekatan emosional saling menguntungkan satu
dengan yang lainnya, keduanya sama-sama menjaga keharmonisan dalam hubungan sosial yang mereka bangun.
Diversifikasi yang dilakukan di lahan sawah di desa Sitabotabo, Kabupaten Tapanuli Utara, sangat membantu meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan sosial. Kesejahteraan merupakan tuntutan yang harus segera dipenuhi karena menyangkut hajat hidup masyarakat. Supaya tiap warga mampu
untuk aktif dan kreatif di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga sebuah
Universitas Sumatera Utara
desa mampu mengelola dan mengatur wilayah sendiri dengan leluasa, dengan begitu akses mayarakat terhadap pusat mayarakat pemerintah dan ekonomi
menjadi lebih dekat dan harapan meningkatnya kesejahteraan akan dapat terpenuhi. A. T. Mosher 1969:73.
Berdasarkan paparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti para petani memanfaatkan lahan sawah di dalam meningkatkan kesejahteraan sosial
yang telah membentuk suatu pola hubungan interaksi sosial di desa Sitabotabo, kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara.
1.2 Perumusan Masalah