Hasil Penelitian PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI PADA KOMPETENSI DASAR MENERIMA DAN MENYAMPAIKAN INFORMASI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 WELERI

57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di SMK Muhammadiyah 1 Weleri. Sekolah ini terletak di Jalan KH. A. Dahlan No. 46, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal. Berdiri tahun 1987 di kecamatan Weleri Kabupaten Kendal, sebuah kota kecamatan yang strategis di kabupaten Kendal, karena frekuensi perdagangan yang cukup tinggi disamping arus lalu lintas Semarang- Jakarta dan Yogyakarta – Jakarta lewat Sukorejo – Weleri, dengan nomor statistik sekolah 343032412003. Sekolah ini letaknya sangat strategis yaitu berada dipinggir jalan, sekolah ini tidak berada di kota besar namun mudah dijangkau kendaraan apapun termasuk angkot sebagai sarana transportasi siswa dan guru untuk menuju ke sekolah, dikarenakan rata-rata siswa disekolah ini berasal dari luar daerah weleri bahkan kabupaten Kendal. Sekolah ini pertama kali menerima siswa baru sebanyak 3 kelas yang jumlah siswanya 148. Tiap tahun jumlah siswa yang mendaftar melebihi jumlah siswa yang akan diterima tiap tahun yaitu tiga kelas, namun sejak tahun 19941995 jumlah siswa yang akan diterima ditetapkan sebanyak 4 kelas dengan jumlah pendaftar yang juga melebihi jumlah yang dibutuhkan. SMK Muhammadiyah 1 Weleri memiliki tiga program studi yaitu Akuntansi, Administrasi Perkantoran, dan RPL Rekayasa Perangkat Lunak. Sekolah ini sangat menjunjung tinggi arti kedisiplinan, hal ini tercermin pada lingkungan sekolah yang rapi dengan tingkat kebersihan yang baik, sehingga menambah motivasi belajar siswa dan apabila ada yang dengan sengaja membuang sampah disembarang tempat akan mendapat peringatan dan sanksi dari guru. SMK Muhammadaiyah 1 Weleri ini juga sudah menggunakan teknologi yang modern terbukti ketika siswa masuk sekolah setiap siswa diwajibkan untuk absen yang menggunakan sidik jari dari masing-masing siswa, sehingga kedisiplinan waktu sekolah akan tetap terjaga.

4.1.2 Kondisi Awal Siswa

Kondisi awal siswa adalah kondisi awal dimana siswa belum menggunakan model pembelajaran think pair share. Kondisi awal diambil dari data tes keterampilan berbicara pada mata pelajaran Komunikasi. Hasil tes keterampilan ini dibutuhkan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan informasi kepada orang lain secara lisan sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Hasil tes tersebut juga digunakan peneliti sebagai acuan refleksi awal untuk menunjukan perencanaan tindakan kelas. Hasil tes keterampilan berbicara sebelum menggunakan model think pair share menunjukan bahwa tidak ada siswa yang sangat terampil dalam keterampilan berbicara, namun ada sekitar 2 siswa tergolong sangat mampu dengan persentase 5, kemudian 3 siswa yang dapat digolongkan dalam kategori mampu dalam keterampilan berbicara dengan persentase 7,5, 17 siswa tergolong kurang mampu dengan persentase 42,5, dan 19 siswa tergolong tidak mampu dengan persentase 47,5. Hal ini menunjukan bahwa kurang dari setengah jumlah siswa kelas X AP belum memiliki keterampilan berbicara dalam menyampaikan informasi secara lisan. Refleksi sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas dapat dilihat dari hasil pengamatan dikelas yang menunjukan bahwa belum seluruh siswa dikelas dapat fokus terhadap materi pelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan dikelas X AP dalam pelaksanaan proses belajar mengajar menggunakan metode ceramah yaitu mendengarkan informasi langsung dari guru. Masih banyak siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru, hanya beberapa siswa yang aktif mengajukan pertanyaan, karena banyak siswa yang belum siap dengan kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian mengakibatkan pemahaman siswa terhadap materi kurang. Ketika diadakan tes berbicara banyak sekali siswa yang tidak menghiraukan temannya yang sedang menyampaikan informasi didepan kelas, sehingga kelas tampak ramai dan kurang tenang. Keadaan yang demikian perlu diadakan tindakan sebagai upaya untuk mengontrol dan meningkatkan aktivitas siswa sehingga siswa dapat lebih aktif dalam bertanya maupun memberikan tanggapan, dan dapat lebih fokus pada materi pelajaran. Berdasarkan kondisi dan data awal tersebut diperlukan adanya tindakan untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berbicara didepan kelas. Langkah yang diambil dalam penelitian ini yaitu dengan menerapkan model pembelajaran think pair share yang diharapkan dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan akan membawa dampak positif untuk kedepannya. Hasil penelitian yang akan dipaparkan dalam bab ini merupakan hasil penelitian pada siklus I, dan siklus II. Hasil penelitian siklus I dan siklus II merupakan hasil tes dan hasil non tes siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri Kabupaten Kendal dalam kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi pada mata pelajaran komunikasi setelah siswa menerapkan model think pair share.

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus I

Penelitian siklus I merupakan penelitian yang memberlakukan tindakan awal dengan menerapkan model think pair share. Penelitian siklus I bertujuan untuk memperbaiki dan memecahkan permasalahan yang muncul selama pembelajaran menerima dan menyampaikan informasi pada mata pelajaran komunikasi. Pada siklus I kegiatan pembelajaran dilakukan dengan beberapa tahap, tahapan-tahapan tersebut meliputi :

4.1.3.1 Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru menyusun rencana pembelajaran, lembar aktivitas siswa, lembar aktivitas guru, serta topik atau tema materi yang akan diberikan kepada siswa untuk kemudian didiskusikan, serta lembar penilaian keterampilan berkomunikasi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tertulis dan pos tes evaluasi hasil belajar.

4.1.3.2 Pelaksanaan

Tahap tindakan yang dilakukan guru selama proses pembelajaran pada siklus I yaitu mengkondisikan siswa agar siap mengikuti proses pembelajaran. Guru memberikan apresiasi sebagai upaya memberikan rangsangan kepada siswa agar siap dalam mengikuti proses pembelajaran dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan pada siklus I. Kegiatan selanjutnya, guru menjelaskan poin-poin materi yang diajarkan yaitu materi menerima dan menyampaikan informasi, selanjutnya proses pembelajaran dilanjutkan dengan menerapkan model pembelajaran think pair share. Langkah awal dari pembelajaran menggunakan model think pair share adalah berfikir think siswa berfikir secara individu mengenai topik pembahasan yang telah diberikan sebelum berdiskusi atau berpasangan, kemudian bertukar pair siswa berpasangan dengan teman yang sudah ditentukan secara acak untuk berdiskusi dan mengidentifikasi topik yang telah diberikan guru. Setiap kelompok yang sudah diidentifikasi secara individu sebelumnya, sehingga siswa dapat bertukar informasi dengan pasangan dan mengolah informasi tersebut. Setelah siswa berdiskusi dan telah mendapatkan informasi dengan saling bertukar informasi maka langkah yang terakhir adalah berbagi share yaitu siswa dituntut untuk menyampaikan informasi yang telah diperoleh di depan kelas yang berupa mempresentasikan informasi tersebut atas pemikiran dan hasil diskusi masing- masing pasangan didepan kelas. Disini guru berperan untuk membimbing siswa mengemukakan ide dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi dari pasangan yang sudah mempresentasikan hasil diskusinya. Ketika proses tanya jawab berlangsung, masih ada beberapa kelompok yang belum aktif dan kurang memperhatikan saat teman kelompok lain sedang mempresentasikan informasi yang telah diperoleh. Kegiatan ini masih terlihat beberapa siswa yang mengobrol dengan siswa lain. Setelah diskusi tanya jawab selesai, guru dan siswa melakukan konfirmasi dengan menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

4.1.3.3 Pengamatan

Tahap pengamatan ini dilakukan untuk memantau pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan dan dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan aktivitas meliputi aktivitas siswa dan guru. Pengamatan siklus I diperoleh hasil sebagai berikut :

4.1.3.3.1 Keterampilan Komunikasi Siswa Siklus I

Hasil tes keterampilan komunikasi siswa merupakan tes dalam hal psikomotorik dalam hal berkomunikasi, disini peneliti akan menjabarkan hasil tes psikomotorik siswa dalam komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi. Hasil keterampilan komunikasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Data Keterampilan Komunkasi Siswa Siklus I dalam Ranah Psikomotorik Kompetensi Dasar Menerima dan Menyampaikan Informasi No Aspek Penilaian Skor A B C D

A. Keterampilan Berbicara

1 Kelancaran berbicara 9 22,5 17 42,5 11 27,5 3 7,5 2 Ketepatan pilihan kata dan tata bahasa 5 12,5 18 45 13 32,5 4 10 3 Ketepatan penekanan suara, nada dan irama 1 2,5 13 32,5 16 40 10 2,5 4 Ketepan volume dan suara 16 40 19 47,5 5 12,5 5 Sikap tenang dan tidak kaku 19 47,5 18 45 3 7,5 6 Cara berdiri dan sikap badan 1 2,5 29 72,5 9 22,5 1 2,5 7 Gerakan kepala 2 5 15 37,5 19 47,5 4 10 8 Ekspresi muka 3 7,5 17 42,5 16 40 4 10 9 Pandangan mata 7 17,5 12 30 18 45 3 7,5 10 Gerak tangan Gesture 6 15 22 55 10 25 2 5 Jumlah 34 8,5 180 45 149 37,5 37 9,25

B. Keterampilan Mendengarkan

1 Memberikan kesempatan berbicara kepada orang lain 12 30 16 40 12 30 2 Fokus dan memperhatikan orang yang berbicara 8 20 26 65 6 15 Jumlah 20 25 42 52,5 18 22,5 C. Keterampilan Menulis 1 Kerapian dan kejelasan tulisan 17 42,5 13 32,5 4 10 6 15 2 Penyampaian pesan 8 20 26 65 4 10 2 5 3 Sistematika Penulisan 9 22,5 22 55 5 12,5 4 10 Jumlah 34 28,33 61 50,83 13 10,83 12 10 Sumber: Data Keterampilan Komunikasi berdasarkan ranah Psikomotorik Siswa Siklus I, 2013 Keterangan : A adalah skor 4 C adalah skor 2 B adalah skor 3 D adalah skor 1 Tabel diatas menunjukan bahwa kriteria penilaian keterampilan komunikasi yaitu meliputi keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan dan keterampilan menulis. Kriteria tersebut sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan yaitu menerima dan menyampaikan informasi mata pelajaran komunikasi. Peneliti telah melakukan tes psikomotorik, dalam penilaian keterampilan ini peneliti menekankan penilaian terhadap proses menuju keproses peningkatan komunikasi yang akan berdampak peningkatan hasil belajar siswa. Penjelasan mengenai penilaian komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut : A. Aspek keterampilan berbicara. 1. Pertama adalah penilaian terhadap kelancaran berbicara siswa, dalam penilaian siswa yang terlihat sangat lancar berbicara terlihat sebanyak 22,5 atau 9 siswa lancar dalam berbicara ketika presentasi, 42,5 atau 17 siswa lancar berbicara, 27,5 atau 11 siswa cukup lancar dalam berbicara, dan 7,5 yaitu 3 siswa terlihat kurang lancar dalam berbicara ketika presentasi. 2. Kedua adalah ketepatan pilihan kata dan tata bahasa dalam presentasi terlihat yang sangat terampil sebanyak 12,5 atau 5 dapat memilih kata dan menata bahasa dengan sangat baik terlihat teratur dan rapi saat presentasi, dan ada 45 yaitu 18 siswa terlihat baik dalam pemilihan kata dan bahasa, tersisa sebanyak 32,5 atau 13 siswa yang cukup baik dalam pemilihan kata dan tata bahasa, dan terakhir tersisa 10 atau 4 siswa yang terlihat kurang dapat memilih kalimat dan tata bahasa yang baik, sehingga terlihat rancu dan tidak rapi. 3. Ketiga adalah ketepatan penekanan suara, nada, dan irama pada saat presentasi dapat dilihat hanya sekitar 2,5 yaitu 1 siswa yang sangat mampu menyesuaikan suara, nada, dan irama saat presentasi dimana ada suatu penekanan penekan yang sesuai, sebanyak 32,5 atau 13 siswa yang mampu dalam aspek ini, 40 atau 16 siswa yang cukup mampu, dan sekitar 25 yaitu 10 siswa terlihat kurang mampu dalam penekanan- penekanan suara, nada dan irama. 4. Keempat adalah ketepatan volume dan suara dalam presentasi, terlihat dalam aspek sebagian besar siswa cukup mampu dalam menyesuaikan volume berbicara ketika presentasi, terlihat sebanyak 40 atau 16 siswa terlihat mampu, 47,5 atau 19 siswa cukup mampu, dan 12,5 yaitu 5 siswa terlihat kurang mampu dalam menyesuaikan volume suara saat presentasi. 5. Kelima adalah sikap tenang dan tidak kaku dimana siswa terlihat rileks dan tidak gerogi saat presentasi didepan kelas. Jika di presentasikan ada sekitar 47,5 yaitu sebanyak 19 siswa terlihat mampu, 45 yaitu sebanyak 18 siswa cukup mampu, dan 7,5 hanya 3 siswa terlihat kurang mampu tenang dan terlihat gerogi saat presentasi. 6. Keenam adalah cara berdiri dan sikap badan ketika presentasi didepan kelas, cara berdiri dan sikap badan dinilai dari ketenangan siswa saat presentasi adalah sikap siswa yang tegap, menghadap ke audiens, tidak melakukan gerakan-gerakan yang tidak sesuai. Dan aspek ini hanya sekitar 12,5 atau 5 siswa yang yang sangat mampu bersikap baik dan sesuai, 85 atau 34 siswa bersikap mampu, dan sisanya hanya 2,5 atau 1 siswa yang bersikap cukup baik dan sesuai. 7. Ketujuh adalah gerakan kepala dimana siswa dapat bersikap tegap posisi kepala lurus tidak menunduk, mendongak, ataupun menggeleng-gelengkan kepala ketika presentasi. Jika dilihat dalam persentase ada sekitar 2,5 atau 1 siswa yang bersikap sangat baik, 72,5 atau 29 siswa terlihat baik, sedangkan sebanyak 22,5 atau 9 siswa cukup baik, dan sisanya hanya 2,5 atau 1 siswa kurang baik dalam bersikap saat presentasi. 8. Kedelapan adalah ekspresi muka, ekspresi muka atau biasa disebut mimik wajah merupakan suatu ekspresi yang mampu berbicara dan meyakinkan bahwa hal yang dibicarakan memang benar dan sesuai agar orang dapat yakin dengan apa yang kita bicarakan. Dalam hal ini ekspresi muka termasuk dalam penilaian komunikasi. Dalam aspek ini jika dilihat dalam bentuk persentase sekitar 7,5 atau sebanyak 3 siswa yang sangat mampu dalam menunjukan ekspresi muka atau mimik wajah yang sesuai dengan apa yang dibicarakan, dan 42,5 atau 17 siswa mampu, sedangkan 40 atau 16 siswa cukup mampu, dan sisanya hanya 10 atau 4 siswa terlihat kurang mampu menunjukan ekspresi muka yang sesuai dengan apa yang dibicarakan ketika presentasi didepan kelas. 9. Kesembilan adalah pandangan mata. Ketika presentasi siswa diwajibkan dapat mengatur pandangan mata yaitu pandangan mata yang menyeluruh kesemua audien, tidak hanya memandang pada satu titik pandang saja. Demikian persentase aspek ini adalah 17,5 atau 7 siswa menunjukan sikap yang sangat baik dalam memandang audien yaitu menyeluruh, 30 atau 12 siswa bersikap baik, sedangkan siswa yang cukup baik dalam mengatur pandangan mata ada sekitar 45 atau 18 siswa, dan sisanya hanya 7,5 yaitu 3 siswa kurang dapat megatur pandangan mata dan pandangannya hanya tertuju pada teks saja. 10. Kesepuluh adalah gerakan tangan atau gesture. Gerakan tangan merupakan gerakan refleks yang dilakukan oleh seseorang ketika berbicara atau presentasi, adanya gerakan tangan dapat memperindah gaya berbicara seseorang. Jika dilihat dalam persentase dalam aspek ini peneliti melihat 15 atau sebanyak 6 siswa sangat baik dalam melakukan presentasi dengan memberikan variasi gerakan tangan, dan 55 atau 22 siswa terlihat baik hanya sesekali melakukan gerakan tangan, sedangkan 25 yaitu 10 siswa yang hanya monoton tanpa ada variasi gerakan tangan atau termasuk dalam kategori cukup mampu dan 5 atau 2 siswa yang masuk dalam kategori kurang mampu. B. Aspek keterampilan mendengarkan 1. Pertama adalah memberikan kesempatan berbicara kepada orang lain. Aspek ini dinilai saat siswa bertindak sebagai audien dan tanya jawab, apakah siswa memberikan kesempatan berbicara kepada orang lain atau sebaliknya siswa selalu mendahului ketika orang lain sedang berbicara. Hal ini dapat dilihat dalam persentase bahwa ada 30 atau 12 siswa dapat bersikap sangat baik dalam memberikan kesempatan berbicara kepada orang lain, 40 atau 16 siswa bersikap baik, dan sedangkan 12 yaitu 30 siswa bersikap cukup baik. 2. Kedua adalah fokus dan perhatian siswa terhadap siswa lain yang sedang presentasi di depan kelas. Terlihat dalam persentase sebanyak 20 atau 8 siswa terlihat sangat fokus dalam mendengarkan materi yang disampaikan oleh siswa lain, dan 65 atau 26 siswa fokus dalam mendengarkan materi, sedangkan 15 atau 6 siswa terlihat cukup fokus dalam kegiatan pembelajaran mendengarkan materi yang diberikan oleh temannya. C. Aspek keterampilan menulis 1. Pertama adalah kerapian dan kejelasan tulisan. Aspek ini dinilai ketika siswa mengumpulkan laporan hasil diskusi yang telah dilakukan, kerapian dan kejelasan tulisan merupakan hal yang penting dalam kelancaran berkomunikasi. Dan jika dilihat dalam persentase ada sekitar 42,5 atau 17 siswa sangat rapi dan jelas menuliskan laporan hasil diskusi, sedangkan 32,5 atau sejumlah 13 siswa sudah rapi dan jelas dalam penulisan laporan hasil diskusi, dan 10 atau 4 siswa terlihat cukup rapi, sisanya sebanyak 15 atau 6 siswa yang menuliskan laporan hasil diskusi secara kurang rapi dan acak-acakan. 2. Kedua adalah penyampaian pesan. Dalam penulisan materi informasi harus jelas termasuk adanya pesan yang disampaikan dapat dilihat dengan persentase sebanyak 20 atau 8 siswa yang dapat memberikan pesan sangat bagus sesuai dengan materi informasi yang didiskusikan, 65 atau 26 siswa sudah baik dalam memberikan pesan, sedangkan 10 atau 4 siswa cukup baik, dan sisanya hanya 5 atau 2 siswa yang kurang memberikan pesan di laporan hasil diskusinya. 3. Ketiga adalah penalaran isi tulisan. Dalam penulisan informasi kata atau kalimat yang ditulis haruslah masuk akan dan dapat dinalar sehingga seseorang yang membaca pesan akan mudah memahami isi informasi. Dalam ranah aspek keterampilan menulis ini jika dilihat dalam persentase ada sekitar 22,5 atau 9 siswa sudah sangat mampu dalam memberikan tulisan yang sesuai dengan logika atau mudah dinalar, sekitar 55 atau 22 siswa sudah mampu, sedangkan 12,5 atau 5 siswa cukup mampu, dan sisanya hanya 10 atau 4 siswa kurang dapat menulis isi informasi yang sesuai dan masuk akal. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan pada semua aspek keterampilan sebagai berikut : Aspek pertama yaitu aspek keterampilan berbicara siswa yang sangat terampil dalam proses presentasi atau keterampilan berbicara 8,5, 45 siswa sudah terampil dalam berbicara, 37,5 siswa cukup terampil, dan sisa 9,25 siswa tidak kurang dalam aspek berbicara atau presentasi di depan kelas. Aspek yang ketiga yaitu keterampilan mendengarkan tercatat 25 siswa sudah sangat terampil dalam mendengarkan dan fokus kepada pembicara, 52,5 terlihat sudah terampil, 22,5 siswa cukup terampil dalam hal mendengarkan. Aspek yang ketiga yaitu keterampilan menulis terlihat sebagian siswa sudah terampil dalam aspek ini, hal ini dapat dilihat dari hasil laporan hasil diskusi yang telah dikumpulkan, penilaian yang meliputi kerapian dan kejelasan tulisan, penyampaian pesan, dan penalaran isi tulisan, terlihat 28,33 siswa sangat terampil dalam penulisan, 50,83 siswa sudah terampil, 10,83 cukup terampil, dan 10 siswa kurang terampil dalam aspek keterampilan menulis. Keterampilan siswa dalam komunikasi dapat dilihat secara kmulatifsebagai berikut akan dijelaskan dalam tabel 4.2 berikut : Tabel 4.2 Keterampilan Komunikasi Siswa Kumulatif Siklus I dengan Menggunakan Model Think Pair Share No Kategori Rentang Frekuensi Bobot Persentase Nilai Skor Kumulatif 1 Sangat Mampu 81,25 - 100 7 581,66 17,5 X = 2 Mampu 62,50 - 81,24 19 1373,33 47,5 3 Cukup Mampu 43,74 - 62,49 14 721,66 35 66,91 4 KurangMampu 25 - 43,73 Mampu Jumlah 40 2676,66 100 Sumber : Data yang diolah 2013 Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa dalam pembelajaran siklus I sebagian besar siswa sudah sangat mampu dalam keterampilan komunikasi. Dalam persentasenya dapat diketahui bahwa 17,5 siswa sudah sangat mampu, 47,5 siswa masuk dalam kategori mampu, dan 35 siswa cukup mampu. Dengan jumlah persentase kumulatif yaitu 66,91 yang termasuk dalam kategori mampu. Berdasarkan hasil penilaian keterampilan komunikasi yang diperoleh maka dapat disimpulkan sebagai tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3 Kemampuan Berkomunkasi Kelas Jumlah Siswa Keterampilan Komuniksi Sangat Mamapu Mampu Cukup Mampu Kurang Mampu X AP 40 7 19 14 Sumber : Data hasil penelitian 2013 Pembelajaran komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi dalam kelas X AP SMK Muhammadahyah 1 Weleri suudah ada perubahan yaitu meningkatnya keterampilan komunikasi setelah menerapkan model pembelajaran think pair share dibandingkan sebelum menggunakan model pembelajaran ini. Dapat dilihat pada tabel ada 7 anak yang sudah sangat mampu dalam berkomunikasi, 19 siswa sudah mampu, dan 14 siswa terlihat cukup mampu. Karena itu, keterampilan komunikasi harus dapat lebih ditingkatkan kembali agar semua siswa mampu berkomunikasi dengan baik. Dalam penelitian ini peneliti mentargetkan 75 siswa dari 40 siswa AP dapat berkomunikasi dengan baik dan benar, sehingga akan menimbulkan dampak positif terhadap hasil belajar maupun bekal masa depan siswa. Maka dari itu hasil pada siklus I ini perlu dilakukan perbaikan kembali agar terlihat peningkatan keterampilan yang sesuai dengan yang diharapkan, oleh karenanya peneliti akan melakukan proses siklus II.

4.1.3.4 Aktivitas Siswa Siklus I Melakukan Think Pair Share

Hasil pengamatan siklus I dicatat dalam lembar observasi aktivitas siswa yang telah di persiapkan. Hasil observasi aktivitas siswa berdasarkan kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Data Aktivitas Siswa Siklus I Think Pair Share N o Kegiatan Skor A B C D A. Afektif 1 Siswa tertarik mendengarkan penjelasan materi dengan menggunakan model Think Pair Share 3 7,5 21 52,5 16 40 2 Siswa merespon materi yang diberikan dengan model Think Pair Share 1 2,5 21 52,5 17 42,5 1 2,5 3 Siswa mampu berfikir secara individu dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share 4 10 17 42,5 16 40 3 7,5 4 Siswa dalam kondisi tenang saat berpasangan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share 7 17,5 16 40 17 42,5 5 Siswa terlihat saling bekerjasama dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share 3 7,5 17 43 17 43 3 7,5 Jumlah 18 9 92 46 83 41 10 3,5 B. Kognitif 1 Siswa mengumpulkan hasil diskusi kelompok dengan tepat waktu 34 85 5 12,5 1 2,5 2 Siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan baik dan tertib 11 27,5 9 22,5 15 37,5 5 12,5 3 Siswa berani mengajukan pertanyaan 2 5 7 17,5 16 40 15 37,5 4 Siswa berani menjawab pertanyaan dan memberikan tanggapan 1 2,5 7 17,5 23 57,5 9 22,5 5 Siswa dapat menyimpulkan materi yang telah dibahas 12 30 22 55 5 12,5 1 2,5 Jumlah 60 30 50 25 60 30 30 15 Sumber : Data Aktivitas Siswa Siklus I Sesudah TPS Keterangan : A adalah skor 4 C adalah skor 2 B adalah skor 3 D adalah skor 1 Berdasarkan tabel diatas pengamatan aktivitas siswa berdasarkan kegiatan pembelajaran didalam kelas pada siklus I sesudah think pair share dapat dijelaskan sebagai berikut : A. Aspek Afektif 1. Pertama adalah, ketertarikan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru yang menggunakan model think pair share dapat dilihat bahwa kondisi kelas terlihat cukup tenang dan sebagian besar siswa dapat fokus memperhatikan guru dalam menjelaskan materi. Jika dipersentasekan terlihat 7,5 sebanyak 3 siswa terlihat sangat memperhatihan penjelasan guru, 52,5 sebanyak 21 siswa terlihat memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru, dan sisanya sebanyak 40 adalah 16 siswa terlihat cukup memperhatikan penjelasan guru. 2. Kedua adalah, mengenai respon siswa terhadap materi yang diberikan guru. Dalam proses pembelajaran dapat dilihat bahwa siswa cukup mampu merespon materi yang diberikan oleh guru ataupun saat kegiatan presentasi yang dilakukan oleh temannya, mereka yang bertindak sebagai audien dapat memberikan umpan balik atau respon mengenai materi yang disampaikan. Jika dilihat dari persentasenya yaitu 2,5 atau 4 siswa terlihat sangat merespon materi, 52,5 atau 21 siswa terlihat merespon materi, 42,5 atau 16 siswa yang terlihat cukup merespon materi, dan tersisa 7,5 sebanyak 3 siswa kurang merespon materi. 3. Ketiga adalah kemampuan berfikir siswa secara individu dalam kegiatan pembelajaran terlihat siswa cukup mampu berfikir dan mengumpulkan informasi secara individu, melalui beberapa media sumber informasi yang di gunakan. Jika dilihat dalam persentasenya terlihat 10 adalah 7 siswa yang sangat aktif dalam mencari dan berfikir secara individu, 42,5 sebanyak 17 siswa terlihat aktif, sisanya sebanyak 40 sebanyak 16 siswa cukup aktif berfikir secara individu dan kebanyakan mereka hanya menjiplak materi dari temannya, dan sedangkan 7,5 atau 3 siswa terlihat kurang berfikir sendiri dengan materi yang telah diberikan. 4. Keempat adalah kondisi kelas yang terlihat tenang saat pembelajaran menggunakan model Think Pair Share hal tersebut terlihat ketika kegiatan pembelajaran berlangsung kondisi kelas telihat cukup tenang dan tidak ramai ketika berpasangan satu individu dan individu lain karena pasangan masing-masing adalah rekan sebangku, namun masih ada beberapa siswa yang kurang bisa tenang dalam kegitan ini. Jika di persentasekan dapat dilihat bahwa sebanyak 17,5 atau 7 siswa terlihat sangat tenang dalam berpasangan, tidak banyak berbicara atau bertingkah, 40 sebanyak 16 siswa terlihat tenang dalam berpasangan, dan siswanya sebanyak 42,5 sebanyak 17 siswa terlihat cukup tenang dan berbicara dengan teman yang lainnya. 5. Kelima adalah kejasama atau diskusi kelompok masing-masing di dalam kelas saat kegiatan pembelajaran berlangsung terlihat sebagian besar siswa dapat saling berdiskusi dengan baik dan saling bertukar informasi yang telah mereka dapatkan secara individu. Jika dilihat dari persentasenya adalah terlihat 7,5 adalah 3 siswa terlihat sangat aktif dalam berdiskusi, 43 sebanyak 17 siswa aktif dalam diskusi dan bertukar informasi, 43 sebanyak 17 siswa cukup aktif dalam berdiskusi kelompok atau bertukar informasi satu sama lain mereka hanya mengandalkan teman atau patner kelompoknya yang mencari informasi sendiri, dan sisanya sebanyak 7,5 atau 3 siswa yang kurang aktif dalam berdiskusi mereka cenderung diam dan apa adanya dalam menyajikan informasi dalam materi yang diberikan. B. Aktivitas aspek kognitif 1. Pertama adalah ketepatan waktu dalam mengumpulkan laporan hasil diskusi kelompok sudah terlihat bagus, sebanyak 85 atau 34 siswa dapat mengumpulkan laporan secara sangat tepat waktu, sebanyak 12,5 atau 5 siswa tepat waktu, dan sisanya hanya 2,5 atau 1 siswa cukup mengumpulkan laporan tepat waktu. 2. Kedua adalah kemampuan siswa dalam mempresentasikan laporan hasil diskusi yang telah dikerjakan secara baik dan tertib, terlihat dalam aspek ini siswa sudah cukup baik dan tertib dalam mempresentasikan laporan hasil diskusi yang dikerjakan walaupun masih ada beberapa siswa yang terlihat kurang baik dalam presentasi. Jika di persentasekan terlihat 27,5 atau 11 siswa terlihat sangat baik dan tertib dalam presentasi, sedangkan 22,5 adalah 9 siswa baik dan tertib dalam presentasi, sisanya sebanyak 37,5 atau 15 siswa cukup baik dan tertib, dan 12,5 atau 5 siswa terlihat kurang baik dan kurang tertib dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas. 3. Ketiga adalah keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan kepada teman yang telah mempresentasikan informasi hasil diskusi kelompok didepan kelas. Dalam aspek ini terlihat siswa masih banyak yang kurang berani dalam bertanya atau memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan, persentasenya adalah 5 atau 2 siswa yang sangat berani bertanya dan mengoreksi informasi yang disampaikan oleh temannya didepan kelas, sedangkan sebanyak 17,5 atau 7 siswa terlihat berani bertanya, sisanya sebanyak 40 adalah 16 siswa cukup berani bertanya, dan 37,5 atau 15 siswa hanya diam dan kurang berani bertanya maupun memberikan pendapat mengenai materi yang telah dipresentasikan oleh temannya. 4. Keempat adalah keberanian siswa saat menjawab pertanyaan yang diberikan audien mengenai materi yang telah dipresentasikan. Dalam aspek ini terlihat kebanyakan siswa kurang memahami materi yang telah dipresentasikan, mereka hanya menghafal kalimat-kalimat yang akan dibicarakan ketika didepan kelas, karena hal ini terlihat ketika ada beberapa pertanyaan yang diberikan audien mengenai materi yang dipresentasikan kebanyakan siswa tidak mampu menjawab dengan baik dan benar dan hanya 2,5 siswa atau 1 siswa yang sangat berani menjawab pertanyaan dengan baik dan jawaban sesuai dengan pertanyaannya, sebanyak 17,5 atau 7 siswa mampu dan berani menjawab pertanyaan, 57,5 atau 23 siswa cukup mampu dalam menjawab pertanyaan, dan sisanya sebanyak 22,5 atau 9 siswa kurang mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dan mereka cenderung diam. 5. Kelima adalah sebelum proses belajar berakhir guru dan siswa menyimpulkan materi secara bersama-sama, dan terlihat 30 yaitu 12 siswa ikut sangat aktif dalam menyimpulkan, 55 siswa atau 22 siswa mengikuti menyimpulkan materi, sedangkan 12,5 atau 5 siswa terlihat cukup bisa mengikuti untuk menyimpulkan materi hasil presentasi, dan hanya 2,5 atau 1 siswa yang terlihat kurang aktif dan hanya diam saat menyimpulkan materi hasil presentasi dilaksanakan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulan bahwa pada aspek pertama yaitu aspek afektif, siswa yang sangat aktif dalam pembelajaran menggunakan model think pair share hanya 9 dimana siswa dapat mengikuti, menerima, dan merespon pelajaran dengan sangat baik, sedangkan sebanyak 46 terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran, sisanya sebanyak 41 terlihat cukup aktif, dan 3,5 siswa terlihat kurang aktif ketika proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang kedua atau aspek kognitif siswa terlihat sangat aktif sebanyak 30, 25 terlihat aktif dimana siswa dapat mengumpulkan laporan hasil diskusi secara tepat waktu, mempresetasikan hasil diskusi, bertanya serta menjawab pertanyaan dengan baik, sedangkan 30 cukup aktif dalam pembelajaran, dan 15 siswa terlihat kurang aktif dalam proses pembelajara, hal tersebut terlihat ketika siswa banyak yang menyepelekan laporan hasil diskusi yang tidak tepat waktu dalam pengumpulan, dan saat presentasi maupun sesi tanya jawab berlangsung terlihat diam atau bahkan ramai sendiri, yang mengakibatkan kondisi kelas kurang tenang. Pengamatan aktivitas secara komulatif pada siklus I sesudah think pair share dapat dilihat dalam tabel 4.5 : Tabel 4.5 Aktifitas Kumulatif Siswa Siklus I dengan Model Think Pair Share No Kategori Jumlah Siswa Persentae 1 Sangat Aktif 3 7,5 2 Aktif 33 82,5 3 Cukup Aktif 4 10 4 Kurang Aktif JUMLAH 40 100 Sumber: Data yang diolah 2013 Tebel 4.5 menunjukan bahwa dalam pembelajaran siklus 1 sebagaian besar siswa terlihat kurang aktif. Dapat dilihat pada gambar siswa yang aktif hanya 7,5 saja sedangkan siswa yang cukup aktif terbilang sangat banyak mencapai 82,5 dan siswa yang kuang aktif mencapai 10.

4.1.3.3.3 Kinerja Guru

Data hasil observasi kinerja guru digunakan untuk mengetahui kinerja guru selama proses belajar mengajar dengan menggunakan model think pair share. Pembelajaran kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I dapat dilihat pada tabel beriku: Tabel 4.6 Kinerja Guru pada Pembelajaran Think Pair Share Siklus I No Kegiatan Penilaian Kategori Keterampilan membuka pelajaran 1 Menyampaikan apresiasi 4 Sangat Baik 2 Memotivasi Siswa 4 Sangat Baik 3 Kemampuan guru menyampaiakan tujuan dan indicator pembelajaran 2 Cukup Baik Kegiatan Inti Guru 4 Kemampuan guru menyampaiakan materi menggunakan model Think Pair Share 3 Baik 5 Interaksi guru dalam pembelajaran menggunakan model Think Pair Share 3 Baik 6 Kemampuan guru dalam membagi kelompok siswa secara acak dengan memperhatikan kemampuan siswa 3 Baik 7 Kemampuan guru dalam mengelola kelas agar tertib dan teratur 3 Baik 8 Kemampuan guru dalam membimbing jalannya diskusi kelompok kelas 2 Cukup Baik 9 Kemampuan guru dalam membimbing jalannya presentasi 2 Cukup Baik 10 Guru membantu berjalannya proses tanya jawab 2 Cukup Baik Kegiatan Penutup 11 Mengevaluasi hasil presentasi di pembelajaran menggunakan model Think Pair Share 3 Baik 12 Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil presentasi secara bersama yang telah dilakukan denganmenggunakan model Think Pair Share 4 Sangat Baik Penilaian = = = 72,79 Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa persentase kinerja guru dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model think pair share adalah sebesar 72,79. Pada siklus I, kemampuan guru dalam membuka pelajaran secara klasikal sudah dilaksanakan dengan baik karena relevan dengan materi dan memberikan apresiasi, sehingga siswa tampak memperhatikan penjelasan dari guru. Kemampuan dalam mengontrol jalannya diskusi sudah terlihat baik karena guru dapat mengontrol siswa, walaupun masih terlihat ramai namun masih dapat dikendalikan oleh guru. Guru juga dapat membimbing siswa dalam menentukan kelompok sehingga tidak ada perbedaan dengan murid lainnya. Namun guru kurang memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa kurang bersemangat dalam belajar dan kurang dalam membimbing siswa dalam mengerjakan tugas. Kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran think pair share agak kaku, hal tersebt terjadi karena model pembelajaran ini merupakan model yang belum pernah digunakan oleh guru, sehingga guru banyak mengalami kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran tersebut, dalam kondisi yang seperti ini maka guru perlu melakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Meskipun demikian guru dapat mengakhiri pembelajaran tepat waktu dan mengendalikan kelas kembali.

4.1.3.3.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I

Pelaksanaan siklus I dengan menggunakan model pembelajaran think pair share membahas materi tentang komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi. Hasil belajar pada siklus I diperoleh dari hasil tes evaluasi siklus I yang dikerjakan secara individu yang dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus I. Tes yang digunakan adalah tes tertulis sebanyak 22 soal pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. Data hasil belajar siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri kabupaten Kendal pada mata pelajaran komunikasi kompetesi dasar menerima dan menyampaikan informasi dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut : Tabel 4.7 Hasil Tes Evaluasi Siklus I No Hasil Tes Tes Evaluasi Siklus I 1 Nilai Tertinggi 94,5 2 Nilai Terendah 54 3 Rata-rata nilai 73,63 4 Jumlah siswa yang tuntas 23 5 Jumlah siswa yang tidak tuntas 17 6 Ketuntasan hasil belajar 57,5 Sumber : Data tes evaluasi siklus I Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi pada siswa kelas X AP SMK Muhammadiyan 1 Weleri melalui komponen dasar menerima dan menyampaikan informasi siklus I adalah 94,5 dan nilai terendah adalah 54 dengan nilai rata-rata 73,63. Hasil tes evaluasi siklus I diperoleh persentase ketuntuasan belajar klasikal sebesar 57,5 dengan jumlah siswa 23 sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 17 siswa yang jika di persentasekan adalah sebanyak 42,5. Pencapaian ketuntasan hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran Think Pair Share sudah cukup baik yakni sebesar 57,5 namun belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu sebesar 75, untuk itu perlu diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya yakni siklus II.

4.1.3.4 Refleksi

Berdasarkan hasil dari tes keterampilan komunikasi dan tes evaluasi pada siklus I target penelitian masih belum mencapai secara maksimal. Hal ini dapat diketahui dari hasil komulatif aspek tes keterampilan komunikasi siklus I mencapai nilai 73,16 yang termasuk kategori cukup mampu. Pencapaian hasil tes evaluasi siswa dapat dilihat berdasarkan hasil tes evaluasi akhir siklus I yaitu nilai ketuntasan hasil belajar mencapai 57,5. Hasil pada siklus I ternyata masih belum mampu mencapai nilai maksimal sesuai dengan indikator keberhasilan yakni 75 dan nilai ketuntasan KKM sebesar 75. Kegagalan yang terjadi pada siklus I dapat diuraikan sebagai berikut : a. Dalam proses pembelajaran menggunakan model think pair share ada beberapa siswa yang ramai dan kurang memperhatikan materi yang diberikan oleh guru. b. Ketika siswa diberikan kesempatan berfikir think untuk menentukan isi informasi yang akan didiskusikan masih banyak siswa yang mengikuti temannya dan hanya diam saja bahkan mereka cenderung mengobrol sendiri dengan teman yang lainnya. c. Ketika siswa berdiskusi dengan pasangan pair, masih banyak siswa yang terlihat mengobrolkan pembicaraan yang tidak sesuai dengan topik yang diberikan dengan pasangan diskusinya. d. Ketika siswa berbagi shere didepan kelas, siswa masih terlihat kaku dan kurang percaya diri. e. Dimana siswa yang berperan sebagai audien yang seharusnya memperhatikan temannya presentasi malah siswa terlihat mengobrol dan bercanda dengan teman yang lain. f. Siklus I ini masih terlihat kekurangan pada keterampilan berbicara, dimana hasil rata-rata kumulatif skor kelas terlihat paling rendah yaitu 62,93, sedangkan untuk keterampilan yang lain seperti keterampilan mendengarkan mencapai 75,62 dan untuk keterampilan menulis mencapai 74,37. Solusi pembelajaran siklus I, akan diatasi dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Lebih jelas dalam menjelaskan tema atau topik diskusi, agar siswa lebih dapat memahami topik atau tema diskusi. b. Menjelaskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa selama aktivitas pembelajaran menerima dan menyampaikan informasi dengan model think pair share, yaitu belum mampunya siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas, dan kesalahan yang sering muncul adalah kurang percaya dirinya mereka ketika berbicara didepan kelas. c. Memberikan solusi atas kesulitan-kesulitan yang ditemui siswa selama mengikuti pembelajaran, yaitu dengan mengajak siswa untuk lebih serius lagi dalam mempresentasikan informasi hasil diskusi. d. Guru memberikan variasi pembelajaran agar siswa tidak terlihat bosan atau sibuk dengan hal lain yang bermanfaat dalam pembelajaran, seperti menambahkan media atau variasi pembelajaran lainnya. e. Guru mengacak kelompok siswa dan berbeda dari kelompok pada saat siklus I. Guru memilih antara siswa yang mendapat skor baik, sedang, dan kurang pada siklus I, hal ini bertujuan agar siswa yang mendapat nilai baik dapat berdiskusi dan bertukar pikiran dengan siswa yang mendapat skor sedang, agar semua siswa paham dan dapat lebih percaya diri dengan apa yang akan disampaiakan dalam presentasi. f. Mengkondisikan siswa dengan sebaik-baiknya selama pembelajaran berlangsung Pada tahapan refleksi siklis I dijadikan sebagai acuan untuk pelaksanaan siklus II dengan harapan hasilnya lebih baik dari sebelumnya. Dari kompnen aktivitas siswa, keterampilan komunikasi, kinerja guru, hingga evaluasi hasil belajar pada siklus I yang belum optimal, dan dengan adanya refleksi pada siklus I ini diharapkan pada siklus II hasilnya akan lebih dapat dioptimalkan.

4.1.4 Hasil Penelitian Siklus II

Hasil tes kemampuan komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi pada siklus II merupakan hasil perbaikan dari siklus I. Penilaian keterampilan komunikasi pada siklus II dilakukan dengan cara dan urutan yang sama dengan pelaksanaan penelitian pada siklus I. Kegiatan siklus II meliputi : refleksi hasil siklus I, perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 08 Mei dan Jumat, 10 Mei 2012 dengan alokasi waktu masing-masing 2 x 45 menit. 4.1.4.1 Perencanaan Pelaksanaan siklus II didasarkan pada siklus I, dilaksanakannya siklus II bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan maksimal dibanding siklus I. Tahap perencanaan guru melakukan langkah-langkah yaitu merumuskan tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran yaitu meningkatkan keterampilan komunikasi yang akan berdampak terhadap peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa. Adapun tujuan akademik difokuskan agar siswa dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal KKM yaitu 75 dan ketuntasan klasikal sebesar 75. Kegiatan yang dilakukan antara lain yaitu guru menyusun rencana pelaksanaaan pembelajaran RPP, lembar aktivitas siswa, lembar aktivitas guru, serta topik atau tema materi yang akan diberikan kepada siswa untuk kemudian di diskusikan, lembar penilaian keterampilan berkomunikasi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tertulis, serta soal post tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari, tes berupa soal pilihan ganda sebanyak 22 butir soal. Guru berusaha untuk lebih menguasai model pembelajaran think pair share dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I.

4.1.4.2 Pelaksanaan

Tahap tindakan pada siklus II ini yang dilakukan guru selama proses pembelajaran yaitu mengkondisikan siswa agar siap mengukuti proses pembelajaran. Guru bertindak memberikan apresiasi kepada siswa supaya memberikan rangsangan kepada siswa agar siap dalam mengikuti proses pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pancingan yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan pada siklus II. Selanjutnya guru menjelaskan materi komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi, dan untuk selanjutnya proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model think pair share. Langkah awal dari pembelajaran menggunakan model think pair share adalah berfikir think siswa berfikir secara individu mengenai topik pembahasan yang telah diberikan sebelum berdiskusi atau berpasangan, kemudian bertukar pair siswa berpasangan dengan teman yang sudah ditentukan oleh guru yang sesuai dengan kemampuan siswa untuk berdiskusi dan mengidentifikasi topik yang telah diberikan guru yang sudah diidentifikasi secara individu sebelumnya, sehingga siswa dapat bertukar informasi dengan pasangan dan mengolah informasi tersebut. Setelah siswa berdiskusi dan telah mendapatkan informasi dengan saling bertukar maka langkah yang terahir adalah berbagi share yaitu siswa dituntut untuk menyampaikan informasi yang telah diperolah didepan kelas yang berupa mempresentasikan informasi tersebut atas pemikiran dan hasil diskusi masing- masing pasangan didepan kelas. Kondisi ini guru berperan sebagai pembimbing siswa dalam mengemukakan ide dan memberikan kesempatan kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi temannya. Ketika presentasi telah selesai dilakukan akan diadakan proses tanya jawab antar siswa dengan siswa yang lainnya, dimana siswa yang bertindak sebagai audien berhak memberikan pertanyaan maupun tanggapan pada siswa yang telah melakukan presentasi, dan siswa yang telah mempresentasikan informasi hasil diskusi dituntut dapat menjawab ketika diberikan pertanyaan. Setelah proses tanya jawab berakhir maka guru dan siswa melakukan konfirmasi dengan menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

4.1.4.3 Pengamatan

Tahap pengamatan merupakan fase yang bertujuan memperoleh data pengamatan terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru.

4.1.4.3.1 Keterampilan Komunikasi Siswa Siklus II

Hasil tes keterampilan komunikasi siswa merupakan tes psikomotorik dalam hal berkomunikasi, disini peneliti akan menjabarkan hasil tes psikomotorik siswa dalam komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi. Hasil keterampilan komunikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut : Tabel 4.8 Data Keterampilan Komunkasi Siswa Siklus II dalam Ranah Psikomotorik Kompetensi Dasar Menerima dan Menyampaikan Informasi No Aspek Penilaian Skor A B C D

A. Keterampilan Berbicara

1 Kelancaran berbicara 13 32,5 20 50 7 17,5 2 Ketepatan pilihan kata dan tata bahasa 10 25 22 55 8 20 3 Ketepatan penekanan suara, nada dan irama 11 27,5 21 52,5 8 20 4 Ketepan volume dan suara 13 32,5 20 50 6 15 1 2,5 5 Sikap tenang dan tidak kaku 10 25 18 45 12 30 6 Cara berdiri dan sikap badan 12 30 18 45 10 25 7 Gerakan kepala 10 25 21 52,5 8 20 1 2,5 8 Ekspresi muka 9 22,5 20 50 9 22,5 2 5 9 Pandangan mata 12 30 23 57,5 4 10 1 2,5 10 Gerak tangan Gesture 13 32,5 18 45 7 17,5 2 5 Jumlah 113 28,25 201 50,25 79 19,75 7 1,75

B. Keterampilan Mendengarkan

1 Memberikan kesempatan berbicara kepada orang lain 6 15 30 75 4 10 2 Fokus dan memperhatikan orang yang berbicara 16 40 23 57,5 1 2,5 Jumlah 22 27,5 53 66,25 5 6,25

C. Keterampilan Menulis

1 Kerapian dan kejelasan tulisan 19 47,5 19 47,5 2 5 2 Penyampaian pesan 21 52,5 19 47,5 3 Sistematika Penulisan 20 50 19 47,5 1 2,5 Jumlah 60 50 57 47,5 3 2,5 Sumber: Data Keterampilan Komunikasi berdasarkan ranah Psikomotorik Siswa Siklus I, 2013 Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kriteria penilaian keterampilan komunikasi yaitu meliputi keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan dan keterampilan menulis. Kriteria tersebut sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan yaitu menerima dan menyampaikan informasi mata pelajaran komunikasi. Peneliti telah melakukan tes psikomotorik, dalam penilaian keterampilan ini peneliti menekankan penilaian terhadap proses menuju peningkatan komunikasi yang akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Penjelasan mengenai penilaian komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut: A. Aspek keterampilan berbicara 1. Pertama adalah kelancaran berbicara, dalam berkomunikasi berbicara adalah hal yang sangat utama oleh karena itu kelancaran berbicara merupakan penilaian yang utama dalam keterampilan komunikasi, dalam kenyataan pada siklus II siswa yang sudah sangat lancar dalam berbicara adalah sebanyak 32,5 yaitu 13 siswa yang sangat lancar dalam berbicara, sedangkan 50 atau 20 siswa lancar berbicara, dan sisanya 17,5 atau 7 siswa terlihat cukup lancar dalam berbicara. 2. Kedua adalah ketepatan dalam pemilihan kata dan tata bahasa yang baik dan benar. Dalam aspek ini siswa dituntut untuk lancar dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar terlihat 25 yaitu sebanyak 10 siswa sangat terampil dalam pemilihan kata dan kalimat yang sesuai, sedangkan 55 sebanyak 22 siswa terampil, dan 20 atau hanya 8 siswa terlihat cukup terampil dalam pemilihan ketepatan kata dan kalimat yang sesuai. 3. Ketiga adalah ketepatan dalam penekanan suara, nada dan irama dan berbicara. Dapat dilihat dalam bentuk persentase sekitar 27,5 atau 11 siswa sangat mampu memberikan jeda atau intonasi nada berbicara yang sesuai, sedangkan 52,5 yaitu 21 siswa masuk dalam kategori mampu, dan sisanya sekitar hanya 20 atau 8 siswa yang cukup terampil dalam memberikan intonasi jeda pada pembicaraannya. 4. Keempat adalah ketepatan volume dan suara, dalam aspek ini sudah ada peningkatan bahwa sebagian siswa sudah mulai terlihat percaya diri ketika presentasi dilakukan. Dapat dilihat dalam persentase sekitar 32,5 yaitu 13 siswa sudah sangat mampu mengatur volume berbicara yang sesuai dengan kondisi kelas, sedangkan 50 atau 20 siswa yang mampu, dan hanya 15 atau 6 siswa yang terlihat cukup mampu dalam mengatur volume suara ketika presentasi, sedangkan sisanya hanya 2,5 atau 1 siswa yang terlihat kurang mampu. 5. Kelima adalah adanya sikap tenang dan tidak kaku pada siswa saat presentasi dilakukan, pada aspek ini di siklus II siswa sudah mulai terlihat tidah gerogi lagi ketika shering di depan kelas siswa yang sangat luwes atau tenang yaitu sebanyak 25 atau 10 siswa, dan sebanyak 45 atau 18 siswa mampu, sedangkan 30 atau hanya 12 siswa terlihat cukup mampu dan masih terlihat kaku dalam presentasi di depan kelas. 6. Keenam adalah cara berdiri dan sikap badan siswa ketika presentasi didepan kelas, dalam bersikap sebagian siswa sudah terlihat sangat baik ketika tampil didepan kelas, dan jika dilihat dalam persentase sebanyak 30 atau 12 siswa terlihat sangat baik dalam menampilkan diri didepan kelas, sedangkan 45 atau 18 siswa yang temasuk dalam baik, dan hanya 25 atau 10 siswa terlihat cukup baik dalam penampilan ketika presentasi didepan kelas. 7. Ketujuh adalah gerakan kepala yang sesuai dalam presentasi yang dilakukan, gerakan kepala merupakan gaya khas seseorang dalam berbicara yang akan menambah indahnya penampilan seseorang ketika menjadi seorang pembicara. Dalam aspek ini terlihat dalam bentuk persentase sebanyak 25 atau 10 siswa terlihat sudah sangat baik dalam memberikan variasi gerakan kepala dalam berbicara, sedangkan 25,5 atau 21 siswa termasuk dalam kategori baik, dan sisanya hanya 20 atau 8 siswa yang masuk dalam kategori cukup dalam memvariasi gaya berbicaranya, dan tersisa 2,5 atau 1 siswa yang terlihat kurang mampu. 8. Kedelapan adalah ekspresi muka ketika dalam berbicara, terlihat dalam bentuk persentase 22,5 atau 9 anak yang sudah sangat mampu memberikan ekspresi muka yang sesuai dengan apa yang dibicarakan sehingga dapat memberikan kepercayaan kepada audian terhadap informasi yang disampaikan, sedangkan 50 yaitu sebanyak 20 siswa sudah baik, dan sisanya hanya 22,5 atau 9 siswa yang terlihat cukup mampu, dan sisanya hanya 5 atau 2 siswa yang masuk dalam kategori kurang mampu dalam memberikan ekspresi wajah ketika berbicara. 9. Kesembilan adalah pandangan mata ketika berbicara, dalam aspek ini pandangan mata dituntut untuk dapat memandang keseluruh audien agar semua audien dapat menerima informasi yang disampaikan, terlihat dalam persentase sebanyak 30 atau 12 siswa yang sangat baik dalam memandang audian dan terlihat menyeluruh, sedangkan 57,5 atau sebanyak 23 siswa masuk dalam kategori mampu, dan sisanya hanya 10 atau 4 siswa yang masuk dalam kategori cukup dan 2,5 atau 1 siswa yang terlihat kurang mampu dalam mengatur pandangan keaudien. 10. Kesepuluh adalah gerakan tangan atau gesture dalam presentasi, aspek ini dinilai karena gerakan tangan seseorang dalam berbicara juga merupakan gaya berbicara yang dapat meyakinkan dan memperindah tampilan seseorang ketika presentasi didepan umum. Terlihat dalam bentuk presentase 32,5 atau 13 siswa sangat bagus dalam melakukan gerakan tangan yang sesuai dengan apa yang dibicarakan, sedangakan 45 atau 18 siswa masuk dalam kategori baik, dan 17,5 atau 7 siswa telihat cukup baik, kemusian sisanya hanya 5 atau 2 siswa yang kurang mampu dalam presentasi menyampaikan informasi. B. Aspek Keterampilan Mendengarkan 1. Pertama adalah memberikan kesempatan berbicara kepada orang lain, aspek ini merupakan aspek yang sangat penting dalam komunikasi karena kita memberikan kesempatan orang lain berbicara merupakan suatu penghargaan kepada pembicara dan keuntungannya kita akan lebih memahami apa yang dibicarakannya. Pada aspek ini sudah sebagian besar siswa dengan sangat baik dapat memberikan kesempatan berbicara pada orang lain dengan persentase 15 atau 6 siswa, sedangkan sebanyak 75 atau 30 siswa terlihat masuk dalam kategori baik, dan sisanya hanya 10 atau 4 siswa yang terlihat cukup baik dalam bersikap meskipun mereka cenderung lebih sering menggoda temannya yang sedang presentasi didepan kelas. 2. Kedua adalah fokus dan memperhatikan yang sedang berbicara, dalam aspek ini siswa dituntut untuk dapat lebih fokus dan tenang ketika berperan sebagai audien sehingga tidak akan mengganggu siswa yang lain ketika presentasi. Dapat dilihat dalam persentase sebanyak 40 yaitu 16 siswa sudah sangat fokus ketika proses presentasi berlangsung, dan sedangkan 57,5 atau 23 siswa dapat fokus dalam proses presentasi berlangsung, dan sisanya hanya 2,5 atau 1 siswa yang cukup fokus dalam kegiatan pembelajaran. C. Aspek Keterampilan Menulis 1. Pertama adalah kerapian dan kejelasan tulisan ini dinilai dari hasil laporan diskusi siklus II yang terlihat siswa sudah sangat rapi dalam penulisan laporan sebanyak 47,5 atau 19 siswa sangat rapi dalam mengumpulkan laporan hasil diskusi, sedangkan 47,5 aau 19 siswa dapat menulis dengan rapi, dan sisanya hanya 5 yaitu 2 siswa yang cukup rapi dapat menulis dengan rapi. 2. Kedua adalah penyampaian pesan dan isi laporan yang sesuai dengan topik diskusi, dalam aspek ini terlihat siswa sudah sebagian besar paham dengan apa yang dimaksud sehingga terlihat dalam persentase sebanyak 52,5 yaitu 21 siswa yang sangat terampil menuliskan pesan yang sesuai dengan topik, dan sisanya 47,5 yaitu 19 siswa yang terampil dalam menulis. 3. Ketiga adalah sistematika penulisan dalam laporan hasil diskusi yang dikumpulkan, dalam sistematika penulisan merupakan penilaian yang dilakukan agar siswa dapat menulis dengan baik sehingga informasi yang diberikan akan tertata rapi dan sitematis agar dapat memudahkan pembaca dalam membaca tulisan tersebut. Dalam aspek sebagian ini siswa sudah cukup baik dalam penulisan yang sesuai dengan sistematika terlihat dalam persentase sebanyak 50 yaitu 20 siswa sangat terampil, dan 47,5 atau 19 siswa yang terampil dalam penulisan laporan hasil diskusi yang telah dikumpulkan, dan sisanya hanya 2,5 atau 1 siswa yang termasuk dalam kategori cukup terampil. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada aspek pertama yaitu aspek keterampilan mendengarkan, siswa yang sangat mampu adalah sebanyak 28,25, dan 50,25 merupakan siswa yang mampu, sedangkan 19,75 siswa terlihat cukup mampu, dan terakhir tersisa 1,75 siswa kurang mampu dalam keterampilan berbicara pada mata pelajaran komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi. Aspek kedua dalam keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan mendengarkan, dalam keterampilan mendengarkan sebagian besar siswa sudah mampu mencapai skor yang baik sehingga berdampak kepada penilaian dan disisi lain juga menguntungakan kondisi kelas yang bias tenang dan tetap fokus ketika pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share berlangsung. Jika dilihat dari hasil penelitian, terlihat sekitar 27,5 siswa sudah sangat mampu dalam aspek ini, 66,25 siswa mampu dengan, dan sesanya 6,25 siswa yang cukup mampu dalam aspek keterampilan mendengarkan. Aspek ketiga adalah keterampilan menulis, dalam menulis siswa dituntut kerapian, pesan dan isi tulisan, dan sistematika tulisan dengan tujuan agar siswa dapat menuliskan informasi yang baik dengan tulisan yang baik agar dapat memudahkan pembaca dalam membaca tulisannya sehingga informasi yang diterima akan mudah dipahami pembaca. Dalam aspek ini sebagian siswa sudah cukup mampu dalam keterampilan mulis, terlihat 50 siswa mampu menulis dengan rapi, baik dan benar. 47,5 siswa terlihat mampu dengan, dan 2,5 siswa cukup mampu dalam menulis dengan rapi, baik dan benar. Keterampilan siswa dalam komunikasi dapat dilihat secara kumulatif sebagai berikut akan di jelaskan dalam tabel 4.9 Tabel 4.9 Keterampilan Komunikasi Siswa Kumulatif Siklus II dengan Menggunakan Model Think Pair Shar No Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persentase Komulatif 1 Sangat Mampu 100 - 81,25 19 1616,67 47,5 X = 2 Mampu 81,24 - 62,50 14 1105 35 3 Cukup Mampu 62,49 - 43,74 7 426,66 17,5 79 4 Kurang Mampu 43,74 - 25 Mampu Jumlah 40 3148,33 100 Sumber : Data yang diolah 2013 Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukan bahwa dalam pembelajaran siklus II sebagian besar siswa sudah sangat mampu dalam keterampilan komunikasi. Dalam presentasenya dapat diketahui bahwa 47,5 siswa sudah sangat mampu, 35 siswa masuk dalam kategori mampu, dan sisanya 17,5 siswa terlihat mampu. Kumulatif rerata pada siklus II dapat diperoleh sebesar 79 yang masuk dalam kategori mampu. Berdasarkan hasil penilaian keterampilan komunikasi yang diperoleh maka dapat disimpulkan sebagai tabel 4.10 berikut : Tabel 4.10 Kemampuan Berkomunkasi Kelas Jumlah Siswa Keterampilan Komunikasi Sangat Mampu Mampu Cukup Mampu Kurang Mampu X AP 40 19 14 7 Sumber : Data hasil penelitian 2013 Pembelajaran komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi dalam kelas X AP SMK Muhammadahyah 1 Weleri sudah ada perubahan yaitu meningkatnya keterampilan komunikasi setelah menerapkan model pembelajaran think pair share dibandingkan sebelum menggunakan model pembelajaran ini. Dapat dilihat pada tabel ada 19 siswa yang dapat dimasukan dalam kategori sangat mampu, 14 siswa masuk dalam kategori mampu, dan sisanya 7 siswa terdapat pada kategori cukup mampu. Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa persentase keterampilan berkomunikasi mengalami peningkatan dari siklus I 66,83, menjadi naik pada siklus II sebesar 78,83. Sehingga kenaikan tersebut sudah memenuhi persentase klasikal yang ditargetkan dalam penelitian yaitu 75. Dengan tercapainya indikator yang ditargetkan dapat diartikan penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

4.1.4.3.2 Aktivitas Siswa Siklus II Melakukan Think Pair Share

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II yang telah dicatat dalam lembar obsevasi aktivitas siswa siklus II sesudah melakukan think pair share yang sudah dipersiapkan. Maka hasil dari observasi aktivitas siswa dapat lebih dijelaskan pada tabel 4.11 berikut : Tabel 4.11 Data Aktivitas Siswa Siklus II dengan Model Think Pair Share N o Kegiatan Skor A B C D A. Afektif 1 Siswa tertarik mendengarkan penjelasan materi dengan menggunakan model Think Pair Share 11 27,5 27 67,5 2 5 2 Siswa merespon materi yang diberikan dg model Think Pair Share 11 27,5 18 45 11 27,5 3 Siswa mampu berfikir secara individu dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share 12 30 18 45 10 25 4 Siswa dalam kondisi tenang saat berpasangan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share 20 50 13 32,5 6 15 1 2,5 5 Siswa terlihat saling bekerjasama dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan 9 22,5 24 60 7 17,5 model Think Pair Share Jumlah 53 31,5 100 25 36 18 1 0,5 B. Kognitif 1 Siswa mengumpulkan hasil diskusi kelompok dengan tepat waktu 35 87,5 4 10 1 2,5 2 Siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan baik dan tertib 19 47,5 14 35 7 17,5 1 3 Siswa berani mengajukan pertanyaan 12 30 14 35 13 32,5 1 2,5 4 Siswa berani menjawab pertanyaan dan memberikan tanggapan 6 15 18 45 16 40 5 Siswa dapat menyimpulkan materi yang telah dibahas 29 72,5 11 27,5 Jumlah 101 50,5 61 30,5 37 18,5 1 0,5 Sumber : Aktivitas siswa siklus II sesudah TPS Berdasarkan tabel diatas pengamatan aktivitas siswa berdasarkan ranah belajar pada siklus II sebelum Think Pair Share dapat dijelaskan sebagai berikut : A. Aspek afektif 1. Pertama adalah ketertarikan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran dengan menggunakan model think pair share. Dilihat dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa sebagian besar siswa sudah memiliki ketertarikan terhadap model pembelajaran ini, dapat diketahui dengan persentase sebanyak 27,55 atau 11 siswa yang sangat tertarik dengan model pembelajaran ini, dan 67,5 atau 27 siswa terlihat tertarik, sedangkan hanya 5 yaitu 2 siswa yang terlihat cukup tertaring dengan model pembelajaran ini. 2. Kedua adalah respon siswa terhadap materi yang diberikan guru dengan menggunakan model pembelajaran think pair share. Terlihat dalam persentase 27,5 atau 11 siswa sudah sangat mampu merespon materi, sedangkan 45 atau 18 siswa terlihat merespon, dan sebanyak 27,5 atau 11 siswa terlihat cukup merespon meteri yang diberikan oleh guru. 3. Ketiga adalah kemampuan berfikir siswa secara individu saat diberikan tema atau topik yang akan didiskusikan. Terlihat dalam persentase 30 atau 12 siswa sangat mampu berfikir secara individu, sedangkan 45 atau 18 siswa mampu berfikir secara individu, dan 25 yaitu 10 siswa terlihat cukup mampu berfikir secara individu dalam berfikir untuk mencari informasi dari topik yang telah diberikan. 4. Keempat adalah kondisi kelas yang tenang saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran think pair share. Dalam aspek ini sebagian siswa sudah dapat tenang saat proses pembelajaran berlangsung, jika dilihat dari tabel diatas dalam bentuk persentasenya ada 50 atau 20 siswa yang sangat tenang dan memperhatikan pelajaran dengan baik, sedangkan sebanyak 32,5 yaitu 13 terlihat dapat tenang saat proses pembelajaran, dan 15 yaitu 6 siswa tampak cukup bisa tenang dalam proses pembelajaran, sisanya hanya 2,5 yaitu 1 siswa yang kurang bisa tenang ketika proses pembelajaran berlangsung. 5. Kelima adalah kerjasama yang baik antar individu saat berdiskusi untuk mencari informasi berdasarkan topik yang telah ditentukan yang kemudian dipresentasikan didepan kelas. Sebagian siswa sudah dapat bekerja sama dengan baik saat berdiskusi, hal ini dapat dilihat dalam bentuk persentase bahwa ada 22,5 atau 9 siswa yang dapat bekerjasama dengan sangat baik, sedangkan 60 atau 24 siswa terlihat baik dalam bekerjasama, dan sisanya 17,5 atau 7 siswa cukup dapat bekerjasama dengan baik ketika berdiskusi mereka cenderung berceriata sendiri yang tidak susuai tema. B. Aspek Kognitif 1. Pertama adalah ketepatan waktu siswa dalam mengumpulkan laporan yang sudah didiskusikan. Dalam aspek ini siswa sudah tepat waktu dalam pengumpulan laporan, jika dipersentasikan ada sebanyak 87,5 atau 35 siswa yang sangat tepat waktu dalam mengumpulkan laporan, sedangkan 10 atau 4 siswa tepat waktu, dan sisanya hanya 2,5 atau 1 siswa yang cukup tepat waktu dalam mengumpulkan laporan hasil diskusi. 2. Kedua adalah presentasi laporan hasil diskusi. Dapat dilihat dalam persentase bahwa sebagian siswa sudah cukup baik dalam mempresentasikan laporan hasil diskusi, 47,5 atau 12 siswa sangat baik dalam mempresentasikan laporan hasil diskusi, sedangkan 35 yaitu 4 siswa baik dalam mempresentasikan, sadangkan sisanya 17,5 yaitu 7 siswa cukup baik dalam mempresentasikan laporan hasil diskusi. 3. Ketiga adalah keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan. Dalam proses bertanya terlihat siswa sudah sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan kepada rekan yang mempresentasikan laporannya. Terlihat dalam bentuk persentase sebanyak 30 atau 12 siswa sudah sangat baik dalam mengajuka pertanyaan, sedangkan 35 atau 14 siswa termasuk dalam kategori baik, 32,5 atau 13 siswa terlihat cukup baik dalam mengajukan pertanyaan, dan sisanya hanya 2,5 yaitu 1 siswa kurang berani mengajukan pertanyaan. 4. Keempat adalah keberanian siswa menjawab pertanyaan yang diberikan teman atau guru pada saat selesai mempresentasikan hasil diskusi. Sepertinya hal ini yang sangat sulit bagi siswa namun sebagian besar siswa sudah cukup mampu, terlihat dalam bentuk persentase hanya 15 yaitu 6 siswa yang sangat mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan padanya, sedangkan sebanyak 45 yaitu 18 siswa mampu dan baik dalam menjawab pertanyaan, dan 40 yaitu 16 siswa terlihat cukup mampu dalam menjawab pertanyaan. 5. Kelima adalah menyimpulan materi yang telah dibahas oleh guru dan siswa. Sebelum proses pembelajaran selesai guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, pada aspek ini sudah banyak siswa yang terlihat antusias dan aktif dalam menyimpulkan materi. Jika dipersentasekan sebanyak 72,5 yaitu 29 siswa sudah sangat aktif dalam menyimpulkan materi, dan sisanya 27,5 adalah 11 siswa yang aktif dalam menyimpulkan materi pembelajaran. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada aspek pertama yaitu aspek afektif siswa yang sangat aktif dalam proses pembelajaran berlangsung yaitu sekitar 26,5 siswa, 50 siswa terlihat aktif dalam proses pembelajaran komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share, dan 18 siswa terlihat cukup aktif, sedangkan sisanya sebesar 0,5 siswa terlihat kurang aktif ketika proses pembelajarn berlangsung. Aspek kedua adalah aspek kognitif siswa dalam proses pembelajaran komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi dengan menggunakan model pembelajaran think pair share, bahwa sekitar 50,5 siswa terlihat sangat aktif dalam proses pembelajaran, dan 30,5 siswa terlihat aktif. Sedangkan 18,5 siswa dalam aspek kognitif ini terlihat cukup aktif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran think pair share, dan sisanya sekitar 0,5 saja terlihat kurang aktif ketika dalam proses pembelajaran. Pengamatan aktivitas siswa yang telah dilakukan oleh peneliti dapat dilihat secara komulatif pada tabel 4.12 dibawah ini : Tabel 4.12 Aktivitas Kumulatif Siswa Siklus II dengan Model Think Pair Share No Kategori Jumlah Siswa Persentase 1 Sangat Aktif 27 67,5 2 Aktif 13 32,5 3 Cukup Aktif 4 Kurang Aktif JUMLAH 40 100 Sumber : Data yang diolah 2013 Berdasarkan tabel 4.12 diatas mengenai aktifitas siswa siklus II dengan model pembelajaran think pair share pada mata pelajaran komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi manunjukan bahwa dalam proses pembelajaran siklus II sebagian besar siswa sudah sangat aktif dalam mengikuti pembalajaran dengan menggunakan model think pair share. Dapat dilihat dalam tabel diatas bahwa siswa yang sangat aktif dan antusias dalam pembelajaran adalah sebanyak 67,5 siswa, sedangkan sisanya sebanyak 32,5 seswa aktif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model think pair share.

4.1.4.3.3 Kinerja Guru

Data hasil kinerja guru digunakan untuk mengetahui kinerja guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan model think pair share. Kinerja guru dalam pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut : Tabel 4.13 Kinerja Guru pada Pembelajaran Think Pair Share Siklus II No Kegiatan Penilaian Kategori Keterampilan membuka pelajaran 1 Menyampaikan apresiasi 4 Sangat Baik 2 Memotivasi Siswa 4 Sangat Baik 3 Kemampuan guru menyampaiakan tujuan dan indicator pembelajaran 3 Baik Kegiatan Inti Guru 4 Kemampuan guru menyampaiakan materi menggunakan model Think Pair Share 3 Baik 5 Interaksi guru dalam pembelajaran menggunakan model Think Pair Share 4 Sangat Baik 6 Kemampuan guru dalam membagi kelompok siswa secara acak dengan memperhatikan kemampuan siswa 4 Sangat Baik 7 Kemampuan guru dalam mengelola kelas agar tertib dan teratur 3 Baik 8 Kemampuan guru dalam membimbing jalannya diskusi kelompok kelas 4 Sangat Baik 9 Kemampuan guru dalam membimbing jalannya presentasi 3 Baik 10 Guru membantu berjalannya proses tanya jawab 3 Baik Kegiatan Penutup 11 Mengevaluasi hasil presentasi di pembelajaran menggunakan model Think Pair Share 3 Baik 12 Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil presentasi secara bersama yang telah dilakukan denganmenggunakan model Think Pair Share 4 Sangat Baik Penilaian = = = 87,5 Berdasarkan tabel 4.13 diatas diketahui bahwa persentase kinerja guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model think pair share adalah sebesar 87,5. Dapat dilihat pada siklus II kemampuan guru dalam membuka pelajaran secara klasikal sudah dilaksanakan dengan baik karena relevan dengan materi dan memberikan apresiasi maupun motivasi kepada siswa, sehingga siswa memperhatikan guru ketika guru menerangkan materi dengan menggunakan model think pair share. Kemampuan dalam mengontrol jalannya presentasipun sudah terlihat baik karena guru dapan mengontrol dan menenangkan siswa ketika siswa yang lain berperan sebagai audiens. Guru juga membimbing siswa dalam menentukan kelompok hingga tidak ada perbedaan kelompok satu dengan yamg lainnya. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran think pair share dalam kegiatan belajar mengajar sudah baik. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui hasil kinerja guru bahwa ada peningkatan sebesar 14,59 dari 72,91 pada siklus I menjadi 87,5 pada siklus II.

4.1.4.3.4 Hasil Belajar

Hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan dengan menggunakan model pembelajaran think pair share. Hasil tes evaluasi diperoleh setelah siswa mengerjakan tes evalusi pada siklus II. Hasil perhitungan nilai tes evaluasi pada siklus II dapat dilihat pada lampiran. Untuk mengetahui keberhasilan belajar pada tes evaluasi siklus II dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut : Tabel 4.14 Hasil Tes Evaluasi Siklus II No Hasil Tes Tes Evaluasi Siklus II 1 Nilai Tertinggi 95,45 2 Nilai Terendah 63,63 3 Rata-rata Nilai 79,54 4 Jumlah Siswa yang Tuntas 32 5 Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 8 6 Ketuntasan Hasil Belajar 80 Sumber : Hasil Pengolahan Data Peneliti 2013 Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat diketahui hasil tes evaluasi siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri Kabupaten Kendal mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Dapat lihat dari tabel bahwa nilai tertinggi pada mata pelajaran komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi adalah 95,45 dan nilai terendah 63,63 dengan nilai rata-rata mencapai 79,2. Pada siklus II ini siswa yang mendapat nilai ketuntasan mencapai 31 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah 9 siswa dengan persentase ketuntasan 77,5. Dengan demikian hasil evaluasi siklus II sudah memenuhi presentase ketuntasan klasikan dengan target keberhasilan sebesar 75.

4.1.4.4 Refleksi

Berdasarkan tes keterampilan tes evaluasi yang diperoleh pada siklus II menunjukan adanya peningkatan kearah positif. Penelitian pada siklus II telah memenuhi target penelitian yang diharapkan oleh peneliti. Hal ini terbukti dengan tercapai nya KKM yaitu sebesar 75 dan dan ketuntasan keterampilan sebesar 75. Berdasarkan penelitian siklus II, diketahui bahwa peningkatan keterampilan berkomunikasi sebesar 79 yang terdiri dari dari 19 siswa termasuk dalam kategori sangat mampu, 14 siswa tergolong dalam kategori mampu dan 7 siswa termasuk dalam kategori cukup mampu. Sedangkan dalam hasil tes evaluasi diketahui pencapaian nilai rata-rata klasikal sebesar 79,2, berdasarkan rata-rata klasikal pada siklus II, dapat diketahui adanya peningkatan sebsar 5,68 atau sekitar 14,2 dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I yang hanya mencapai nilai rata-rata klasikal sekitar 73,63. Gambaran secara umum pelaksanaan siklus II sudah berjalan dengan baik, berikut akan dipaparkan keberhasilan penerapan model belajar think pair share pada siklus II: a. Dalam pembelajaran terlihat sebagian besar siswa sudah dapat fokus dan memperhatikan penjelasan guru. b. Adanya penambahan media yang berupa media video, yang memperlihatkan video seorang pembicara dapat memotivasi siswa dan memberi gambaran pada siswa bahwa menjadi seorang pembicara yang baik ada seperti di video tersebut. c. Kombinasi pembgian kelompok dan yrutan presentasi sesuai dengan materi membatu siswa lebih mudah memahami materi atau informasi yang disampaikan. d. Ketika presentasi siswa sudah terlihat terampil dan lancar dalam berbicara menyampaikan informasi, bertanya, maupun menjawab pertanyaan yang di berikan. e. Siswa sudah terlihat lebih percaya diri dan luwes dalam mempresentasikan laporan hasil diskusi di depan kelas f. Siswa sudah terlihat terampil dalam berkomunikasi yang meliputi keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan, maupun keterampilan menulis. g. Siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran think pair share. h. Kondisi kelas sudah tampak tenang, adanya partisipasi siswa yang sudah lebih baik, dan siswa terlihat sungguh-sungguh dalam pengikuti pelajaran. i. Siswa tepat waktu dalam mengumpulkan laporan dan tepat waktu saat jalannya proses presentasi, dan sesi tanya jawab. j. Guru dalam proses pembelajaran sudah baik, dan guru juga sudah sedikit memahami konsep think pair share dan mampu mengatur jalannya proses diskusi, presentasi, dan tanya jawab. k. Perhatian guru terhadap siswa ketika berkelompok dan berdiskusi sudah lebih baik dibandingkan pada saat siklus I.

4.1.5 Perbandingan Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II

4.1.5.1 Keterampilan Kumunikasi Siswa Siklus I dan siklus II

Tabel 4.15 Perbandingan Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I dan Siklus II dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share Skor Keterampilan Siklus I Siklus II 4 Sangat Terampil 8,5 28,25 3 Terampil 45 50,25 2 Cukup Terampil 37,5 19,75 1 Kurang Terampil 9,25 1,75 Sumber: Data yang diolah 2013 Berdasarkan tabel 4.15 diatas dapat diketahui bahwa ada peningkatan keterampilan berbicara yang signifikan antara siklus I dan siklus II yang telah dilakukan oleh peneliti, dalam siklus I terlihat 8,5 siswa yang sangat terampil dalam keterampilan berbicara dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 28,25, kemudian pada kategori terampil siklus I terlihat siswa sebanyak 45 dan meningkat pada siklus II menjadi 50,25, sedangkan pada kategori cukup terampil ada sekitar 37,5 pada siklus I dan 19,75 pada siklus II, dan pada siklus I kategori kurang terampil hanya 9,25 dan pada siklus II mengalami penurunan menjadi 1,75. Tabel.4.16 Perbandingan Peningkatan Keterampilan Mendengarkan Siswa Siklus I dan Siklus II dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share Skor Kategori Siklus I Siklus II 4 Sangat Terampil 25 27,5 3 Terampil 52,5 66,25 2 Cukup Terampil 22,5 6,25 1 Kurang Terampil Sumbe : Data Penelitian 2013 Berdasarkan tabel 2.16 diatas dapat disimpulkan bahwa ketrampilan mendengarkan pada siklus I dan siklus II mengalami perubahan yang positif, dalam tabel dijelaskan bahwa pada keterampilan berbicara terlihat pada siklus I 25 siswa terlihat sangat terampil dan mengalami peningkatan pada siklus II sebanyak 27,5, kemudian pada kategori terampil pada siklus I mencapai 52,5 yang pada siklus II mengalami perubahan menjadi 53, sedangkan untuk kategori cukup terampil pada siklus I ada sekitar 18 dan pada siklus II hanya 6,25. Tabel 4.17 Pebandingan Peningkatan Keterampilan Menulis Siswa Siklus I dan Siklus II dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share Skor Keterangan Siklus I Siklus II 4 Sangat Terampil 28,3 50 3 Terampil 50,83 47,5 2 Cukup Terampil 10,83 2,5 1 Kurang Terampil 10 Sumber : Data penelitian 2013 Berdasarkan tabel 4.17 diatas dapat dilihat bahwa keterampilan menulis pada siswa mengalami perunahan yang positif, keterampilan menulis siswa yang sangat terampil sebesar 28,3 pada siklus I dan 50 pada siklus II, siswa yang tergolong terampil sebesar 50,83 pada siklus I dan 47,5 pada siklus II, sedangkan bagi siswa yang cukup terampil pada siklus I ada 10,83 dan 2,5 pada siklus II, dan terahit kategori kurang terampil mencpai 10 dan mengalami perubahan positif pada siklus II menjadi 0.

4.1.5.2 Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II dengan Model Think Pair

Share. Tabel 4.18 Perbandingan Aktivitas Afektif Siswa pada Siklus I dan II Skor Kriteria Siklus I Siklus II 4 Sangat Aktif 9 31,5 3 Aktif 46 25 2 Cukup Aktif 41 18 1 Kurang Aktif 4 0,5 Sumber : Data Observasi Siswa 2013 Berdasarkan tabel 4.18 diatas diketahui bahwa hasil observasi mengenai aktivitas afektif siswa mengalami perubahan yang positif terlihat siswa yang sangat aktif pada siklus I adalah 9 dan pada siklus ke sebesar 31,5, kemudian untuk kategori siswa yang aktif terlihat pada siklus I sebesar 46 dan pada siklus II 25, sedangkan pada kategori siswa yang cukup aktif terlihat pada siklus I sebesar 41 dan mengalami penurunan pada siklus II menjadi 18, dan untuk kategori siswa yang kurang aktif pada siklus I terlihat 4 dan turun menjadi 0,5. Tabel 4.19 Perbandingan Aktivitas Kognitif Siswa pada Siklus I dan Siklus II Skor Kategori Siklus I Siklus II 4 Sangat Aktif 30 50,5 3 Aktif 25 30,5 2 Cukup aktif 30 18,5 1 Kurang Aktif 15 0,5 Sumber : Data observasi siswa 2013 Berdasarkann tabel 4.19 diatas yang menjabarkan tentang perbandingan aktivitas siswa secara kognitif dapat disimpulkan bahwa ada perubahan yang positif antara siklus I dengan siklus II, sehingga dapat dijelaskan sebagai berikut bahwa siswa yang sangat aktif pada siklus I sekitar 30 dan pada siklus II sekitar 50,5, aktivitas siswa yang aktif hanya 25 sedangkan pada siklus II mencapai 30,5, kemudian untuk aktivitas siswa yang cukup aktif dalam pembelajaran mencapai 30 pada siklus I dan mengalami perubahan positif pada siklus II sebesar 18,5, sedangkan untuk siswa yang kurang aktif pada siklus I yaitu 15 dan pada siklus II 0,55

4.1.5.3 Hasil Evaluasi Siklus I dan Siklus II

Tabel 4.20 Perbandingan Hasil Evaluasi Siklus I dan Siklus II No Hasil Tes Siklus I Siklus II 1 Nilai Tertinggi 94,45 94,45 2 Nilai Terendah 54 63,63 3 Rata-rata Nilai 73,63 79,45 4 Jumlah Siswa yang Tuntas 23 32 5 Jumlah Siswa yang tidak Tuntas 17 8 6 Ketuntasan hasil belajar 57,5 80 Sumber : Hasil pengelolaan data peneliti 2013 Berdasarkan hasil perbandingan tes evaluasi diatas dapat dilihat bahwa adanya peningkatan yang cukup signifikan dari siklus I ke siklus II. Nilai tertinggi pada siklus I adalah 94,45 dan siklus ke II adalah 94,45, untuk nilai terendahnya adalah 54 pada siklus I dan mengalami peningkatan adalah 63,63. Kemudian untuk rata-rata nilai pada siklus I sebesar 73,63 yang mengalami peningkatan paa siklus II menjai 79,45. Sedangkan untuk jumlah siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 23 siswa dan siklus ke II 32 siswa, untuk jumlah siswa tidak tuntas sebanyak 17 siswa pada siklus I dan 8 siswa pada siklus II. Terahir untuk ketuntasan klasikal hasil belajar pada siklus I sebanyak 57,5 yang mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80.

4.1.5.4 Kinerja Guru

Kinerja guru selama proses pembelajaran siklus I guru terlihat tidak mengalami kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran think pair share, walaupun guru kadang masih terlihat agak kesulitan dalam mengajar karena model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran baru bagi guru. Dapat diketahui kinerja guru pada siklus I mencapai 72,91, hal ini menunjukan pembelajaran yang berlangsung yang dilakukan guru termasuk dalam kriteria baik. Dalam siklus I kesulitan yang dialami guru yaitu mengkondisikan siswa ketika berkelompok. Sedangkan pada siklus II aktivitas guru terlihat meningkat, peningkatan yang dialami sebanyak 14,59, sehingga menjadi 87,5

4.2 Pembahasan