PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI PADA KOMPETENSI DASAR MENERIMA DAN MENYAMPAIKAN INFORMASI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 WELERI

(1)

i

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI PADA KOMPETENSI DASAR

MENERIMA DAN MENYAMPAIKAN INFORMASI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 WELERI

SKRIPSI

Untuk Gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Semarang

Latifah Milatillah 7101409113

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGARI SEMARANG

2013


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Murwatiningsih, M. M Nina Oktarina, S. Pd. M. Pd.

NIP. 195201231980032001 NIP. 19810072003122002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

Dra. Nanik Suryani, M. Pd. NIP. 195604211985032001


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depanSiiding Penelitian Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Drs. H. Muhsim, M. Si. NIP. 195411011980031002

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Murwatiningsih, M. M Nina Oktarina, S. Pd. M. Pd.

NIP. 195201231980032001 NIP. 19810072003122002

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. S. Martono, M. Si NIP. 196603081989011001


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa tulisan di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya tulisan orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat pada skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Juli 2013

Latifah Milatillah NIM. 7101409113


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO:

Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal, yaitu kepercayaan, cinta, dan rasa hormat. (Sayidina Ali bin Abi Thalib).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Kepada Almarhum Abah saya,

yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan nasehat.

2. Kepada Ummi saya yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi.

3. Kepada ketiga kakak saya dan keluarga atas segala dukungan. 4. Almamaterku UNNES


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis penjatkan kehadirat Allah AWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Penerapan Model Think Pair Share untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi pada Kompetensi Dasar Menerima dan Manyampaikan Informasi di SMK Muhammadiyah 1 Weleri” dalam rangka menyelesaikan studi Stata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung, maka dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi stata satu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. S. Martono, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

3. Dra. Nanik Suryani, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. Murwatiningsih, M. M., Dosen Pembimbing I yang dalam penuh kesabaran membimbing, membantu dan memberi dorongan dalam penulisan skripsi ini.

5. Nina Oktarina, S. Pd. M. Pd., Dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

6. Drs. H. Muhsin, M. Si., Dosen Penguji yang yang telah memberikan pertanyaan, saran, serta masukan pada skripsi ini.

7. Drs. Wahid Asy’ari Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 1 Weleri yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

8. Andaru Werdayanti, S. Pd., Guru mata pelajaran komunikasi yang telah membatu dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini


(7)

vii

9. Sahabat-sahabat mahasiswa yang telah member motivasi dan membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT member balasan atas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis yang lain pada kususnya dan bagi pembaca atau pihak-pihak yang berkepentingan pada skripsi ini pada umumnya.

Semarang, Juli 2013

Latifah Milatillah 7101409113


(8)

viii

SARI

Latifah Milatillah. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share dalam Meningkatkan Keterampilan Komunikasi pada Kompetensi Dasar Menerima dan Menyampaikan Informasin di SMK Muhammadiyah 1 Weleri kelas X AP. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Dr. Murwatiningsih, M. M. Pembimbing II. Nina Oktarina S, Pd. M, Pd. 203 lembar.

Kata kunci : Think Pair Share, Keterampilan Komunikasi.

Pelaksanaan pembelajaran kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri kurang maksimum. Siswa terlihat kurang aktif dalam pelaksanaan pembelajaran. Siswa terlihat kurang terampil dan terlihat kaku dalam presentasi. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah dengan model Think Pair Share dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri? Tujuan prnrlitian untuk mengetahui penerapan model Think Pair Share dalam meningkatkan keterampilan komunikasi siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri yang berjumlah 40 siswa. Data keterampilan diperoleh dari tes keterampilan komunikasi yang dilaksanakan pada setiap siklus. Data keakifan siswa dan kinerja guru dari lembar observasi. Siswa dinyatakan terampil dalam berkomunikasi apabila siswa mendapat skor sejumlah dalam persentase 81,24% - 62,50%.

Hasil penelitian bahwa penggunaan model Think Pair Share dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri. Dilihat pada siklus I persentase kumulatif keterampilan komunikasi siswa mencapai 66,91% yang masuk dalam kategori mampu, dan untuk ketuntasan hasil belajar yaitu 57,5%. Sedangkan suklus II persentase kumulatif keterampilan komunikasi mengalami peningkatan menjadi 79% yang masuk dalam kategori mampu, dan untuk ketuntasan hasil belajarnya yaitu 80%.

Simpulannya terdapat peningkatan keterampilan komunikasi siswa, aktifitas siswa, kinerja guru, dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Think Pair Share, maka penulis dapat mengajukan saran sebagai berikut:1) bagi siswa diharapkan bias lebih tenang dalam kegiatan proses pembelajaran, 2). Bagi guru dapat memberikan variasi model pembelajaran lain pada mata pelajaran komunikasi di kompetensi dasar berikutnya, 3). Bagi sekolah dapat mengembangkan model pembelajaran lainnya yang sesuai, 4). Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat diajadikan sebagai acuan dalam melakukan menelitian selanjutnya dengan menambah variasi dalam penggunakan model pembelajaran dan menambah media atau alat batu.


(9)

ix ABSTRACT

Milatillah Latifah. 2013. Application of Think Pair Share Learning Model to Improve Communication Skills in the Basic Competence Receiving and Delivering Informasin at SMK Muhammadiyah 1 Weleri class X AP. Final project. Department of Economic Education. Semarang State University. First Advisor Dr..Murwatiningsih, M. M. Second Advisor Nina Oktarina S, Pd. M, Pd. 203 pages.

Keywords: Think Pair Share, Communication Skills

Implementation of learning basic competence to receive and give information off class X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri less maximum. The students less active in the implementation of learning. The students were less skilled and looks stiff when presentation. The problem of thr research is whhat is the Think Pair Share models can improve the communication skills of the skill of the students class X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri? The object of the research to determine the application of Think Pair Share models in improving the communication skills of the students class X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri.

The classroom research consist of two cycles. Each of cycle has four phases: are planning, implementation, observation and reflection. Subjects of the research is the students class X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri consist of 40 students. The result obtained from communication skills test are executed in every cycles. The result of students active and teacher performance from observation sheet. The Students expressed active in communicating if thr student get score of 81.24% - 62.50%.

Based on the results of research that uses models Think Pair Share can improve the communication skills of students of class X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri. Seen in the first cycle of communication skills cumulative percentage reached 66.91% of students who fall into the category capable of, and for mastery of learning outcomes is 57.5%. While the cumulative percentage suklus II communication skills increased to 79% in the category of able, and for mastery of learning outcomes is 80%.

The conclusion there is an increase in communication skills of students, student activities, teacher performance, and student learning through the application of Think Pair Share models of learning, then the writer can submit suggestions as follows: 1) for the expected bias quieter students in learning activities, 2). For teacher learning model can provide another variation on the subjects of communication in the following core competencies, 3). For schools to develop other appropriate learning model, 4). For researchers the results of this study can be used as a reference in future studies to increase the variation in the use of teaching models and adds the media or stone tools.


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERTANYAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... . 1

1.2Rumusan Masalah ... 10

1.3Tujuan Penelitian ... 11

1.4Manfaat Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Belajar ... 13

2.1.1 Pengertian Belajar ... 13


(11)

xi

2.2 Pengertian Hasil Belajar ... 18

2.3 Penelitian Tindakan Kelas ... 20

2.3.1 Model Kooperatif ... 21

2.3.2 Model Pembelajaran Think Pair Share ... 22

2.3.3 Metode Pembelajaran ... 24

2.4 Penelitian Terdahulu ... 25

2.5 Teori Komunikasi … ... 28

2.6 Kurikulum dan Kompetensi Dasar ... 30

2.7 Kerangka Berfikir ... 34

2.8 Hipotesis … ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subyek Penelitian ……… 39

3.2 Faktor yang Diteliti ………. 40

3.3 Rencana Penelitian ... 40

3.3.1 Prosedur Pelaksanaan Siklus I ……….………. 41

3.3.1.1 Perencanaan ………...….. 41

3.3.1.2 Pelaksanaan ... 42

3.3.1.3 Pengamatan ………...… 43

3.3.1.4 Refleksi ………..……….. 44

3.3.2 Prosedur Pelaksanaan Siklus II ……….…… 44

3.3.2.1 Perencanaan ………..……… 44

3.3.2.2 Pelaksanaan ... 44


(12)

xii

3.3.2.4 Refleksi ……….……….. 45

3.4 Metode Pengumpulan Data ……….. 45

3.4.1 Metode Dokumentasi ………..……… 45

3.4.2 Metode Tes ………..……… 46

3.4.3 Metode Observasi ………..……….. 46

3.5 Uji Kualitas Instrumen ………...………. 46

3.5.1 Validitas ………...……… 47

3.5.2 Reliabilitas ……….………..… 48

3.5.3 Tingkat Kesukaran ………. 49

3.5.4 Analisis Daya Pembeda ……….. 51

3.6 Metode Analisis Data ……….…………. 52

3.6.1 Analisis Data Kualitatif ……….………….. 53

3.6.2 Analisis Data Kualitatif ……….……….. 53

3.7 Indikator Keberhasilan ……….…..……….. 55

BAB IV HASIL PENELITIAB DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ………. 57

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ………. 57

4.1.2 Kondisi Awal Siswa ……… 58

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus I ………...……… 60

4.1.3.1 Perencanaan...……….…… 60

4.1.3.2 Pelaksana...……… 60

4.1.3.3 Pengamatan...………..……….. 62


(13)

xiii

4.1.3.3.2 Aktivitas Siswa Siklus I ………... 72

4.1.3.3.3 Kinerja Guru Siklus I ………...… 80

4.1.3.3.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I ………. 83

4.1.3.4 Refleksi ………..…… 84

4.1.4 Hasil Penelitian siklus II ………..………… 86

4.1.4.1 Perencanaan ………...………. 87

4.1.4.2 Pelaksanaan ………...……….. 87

4.1.4.3 Pengamatan ………. 89

4.1.4.3.1 Keterampilan Komunikasi Siswa Siklus II ………. 89

4.1.4.3.2 Aktivitas Siswa Siklus II ……….………..…… 99

4.1.4.3.3 Kinerja Guru Siklus II…. ... 106

4.1.4.3.4 Hisil Belajar Siswa Siklus II ... 108

4.1.4.4 Refleksi ………...……….. 109

4.1.5 Perbandingan Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II …………. 111

4.1.5.1 Keterampilan Komunikasi Siswa Siklus I dan Siklus II.... 111

4.1.5.2 Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II ………...… 113

4.1.5.3 Hasil Evaluasi Siklua I dan Siklus II ………. 115

4.1.5.4 Kinerja Guru Siklus I dan Siklus II ... 115

4.2 Pembahasan ... 116

4.2.1 Keterampilan Komunikasi ... 118

4.2.2 Aktivitas Siswa ... 120

4.2.3 Kinerja Guru ... 122


(14)

xiv BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ... 125

5.2 Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kemampuan Berkomunikasi ... 2

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 26

Tabel 3.1 Uji Coba Validitas Instrumen Penelitian ... 47

Tabel 3.2 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal ... 50

Tabel 3.3 Hasil Analisis Daya Beda ... 52

Tabel 4.1 Data Kemampuan Keterampilan Komunikasi ... 63

Tabel 4.2 Keterampilan Komunikasi Kumulatif Siklus II ... 71

Tabel 4.3 Data Kemampuan Berkomunikasi Siklus I ... 71

Tabel 4.4 Data Aktivitas Siswa Siklus I ... 73

Tabel 4.5 Aktivitas Kumulatif Siswa Siklus I ... 80

Tabel 4.6 Kinerja Guru Siklus I ... 81

Tabel 4.7 Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 83

Tabel 4.8 Data Keterampilan Komunikasi Siklus II ... 90

Tabel 4.9 Keterampilan Komunikasi Kumulatif Suklus II ... . 98

Tabel 4.10 Data Kemampuan Berkomunikasi Siklus II ... 98

Tabel 4.11 Data Aktivitas Siswa Siklus II ... 100

Tabel 4.12 Aktivitas Kumulatif Siswa Siklus II ... 105

Tabel 4.13 Kinerja Guru Siklus II ... 106

Tabel 4.14 Hasil Tes Evaluasi Siklus II ... 109 Tabel 4.15 Perbandingan Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I dan Siklus II 111 Tabel 4.16 Perbandingan Keterampilan Mendengarkan Siswa Siklus I dan


(16)

xvi

Siklus II ... 112 Tabel 4.17 Perbandingan Keterampilan Menulis Siswa Siklus I dan Siklus II 113 Tabel 4.18 Perbandingan Aktivitas Afektif Siswa Siklus I dan Siklus II ... 113 Tabel 4.19 Perbandingan Aktivitas Kognitif Siswa Siklus I dan Siklus II ... 114 Tabel 4.20 Perbandingan Hasil Evaluasi Siklus I dan Siklus II …………...… 115 Tabel 4.21 Hasil Peningkatan Keterampilan Komunikasi Siklus I


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 39 Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas ... 41


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nama Siswa ... 130

Lampiran 2 Silabus… ... 132

Lampiran 3 Materi Pembelajaran ... 133

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 141

Lampiran 5 Daftar Kelompok Siklus I ... 146

Lampiran 6 Daftar Topik Diskusi Siklus I ... 147

Lampiran 7 Soal Evaluasi Siklus I ... 148

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ... 152

Lampiran 9 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 153

Lampiran 10 Lembar Pedoman Observasi Guru Siklus I ... 154

Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 156

Lampiran 12 Daftar Kelompok Siklus II ... 162

Lampiran 13 Daftar Topik Diskusi Siklus II ... 163

Lampiran 14 Soal Evaluasi Siklus II ... 164

Lampiran 15 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 168

Lampiran 16 Lembar Observasi Aktivtas Siswa Siklus II ... 169

Lampiran 17 Lembar Pedoman Observasi Guru Siklus II ... 170

Lampiran 18 Tabulasi Data Aktivitas Siswa Siklus I ... 172

Lampiran 19 Tabulasi Data Aktivitas Siswa Siklus II ... 174

Lampiran 20 Data Aktivitas Per Aspek Siklus I dan Siklus II ... 176


(19)

xix

Lampiran 22 Data Tabulasi Keterampilan Komunikasi Siklus I ... 178

Lampiran 23 Data Tabulasi Keterampilan Komunikasi Siklus II ... 180

Lampiran 24 Keterampilan Komunikasi Rata-rata Kumulatif Siklus I dan Siklus II ... 182

Lampiran 25 Keterampilan Komunikasi Per Aspek Siklus I ... 183

Lampiran 26 Keterampilan Komunikasi Per Aspek Siklus II ... 184

Lampiran 27 Keterampilan Berbicara Siklus I ... 185

Lampiran 28 Keterampian Mendengar Siklus I ... 187

Lampiran 29 Keterampilan Menulis Siklus I ... 189

Lampiran 30 Keterampilan Berbicara Siklus II ... 191

Lampiran 31 Keterampilan Mendengar Suklus II ... 193

Lampiran 32 Keterampilan Menulis Siklus II ... 195

Lampiran 33 Daftar Nilai Siklus I ... 197

Lampiran 34 Daftar Nilai Siklus II ... 199

Lampiran 35 Tabel Analisis Data Perhitungan Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, Reliabilitas Soal Uji Coba Instrumen ... 201


(20)

1 1.1 Latar Belakang

Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan merupakan tenaga profesional. Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesioanal mempunyai visi terwujud penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama sebagai setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.

Pendidikan berasal dari bahasa yunani “paedagogik”yang terbentuk dari kata “pais”yang bearti anak dan ”again” yang bearti membimbing. Maka dari itu arti kata dapat didefinisikan secara laksial bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa secara sengaja agar anak menjadi dewasa. Dalam pengertian ini maka pendidikan adalah sarana pewarisan keterampilan hidup sehingga keterampilan yang telah ada pada satu generasi dapat dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi sesudahnya sesuai dengan dinamika tantangan hidup yang dihadapi oleh anak (Purwanto, 2013:19). Menurut Tim Dosen FIP IKIP Malang, dalam Purwanto (2013:19) menyatakan bahwa pendidikan adalah “usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakan dan kebudayaan”. Menurut Zainal Aqib (2009:13) menyatakan bahwa “penelitaian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu


(21)

pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas”.

Selama ini pembelajaran komunikasi disekolah masih terkesan konvensional. Guru masih menggunakan metode ceramah dan penugasan secara tertulis. Kenyataan dilapangan tersebut, menjadi salah satu kendala dan hambatan bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan berkomunikasi secara maksimal. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara guru dan siswa dalam pengolahan kelas karena proses pembelajaran tidak akan lepas dari peran guru dan siswa, sehingga siswa dapat berkomunikasi sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan pada mata pelajaran menerima dan menyampaikan informasi, peneliti memperoleh data kemampuan berkomunikasi dalam mata pelajaran komunikasi yang telah peneliti rekap pada tabel berikut :

Tabel 1.1

Data Kemampuan Berkomunikasi

Kelas Jumlah Siswa

Keterampilan Berbicara Sangat

Mampu Mampu

Cukup Mampu

Kurang Mampu

X AP 40 2 3 17 19

Sumber (Data Hasil Observasi, 2013)

Pembelajaran komunikasi, dalam kelas masih banyak siswa yang kurang terampil dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Karena mereka sudah terbiasa menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka merasa kaku dan rancu dalam penggunaan bahasa Indonesia yang formal. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa hanya sedikit siswa


(22)

yang mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Dari tabel diatas dapat diketahui hanya ada 2 siswa yang termasuk dalam katerogi sangat mampu, dan hanya ada 3 siswa yang mampu berkomunikasi dengan baik, 17 siswa cukup mampu, dan 19 siswa tidak mampu. Karena itu, keterampilan menerima dan menyampaikan informasi pada siswa harus ditingkatkan agar hasil belajar siswa juga dapat meningkat.

Keterampikan berkomunikasi merupakan keterampilan dasar yang harus dipraktikkan. Titik tumpu pembelajaran bahasa bukan pada pengetahuan bahasa, melainkan pada kemampuan menggunakan bahasa untuk keperluan komunikasi. Dengan demikian, siswa dapat menerapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Faktor pengajar (guru) memegang peranan penting dalam pembelajaran. Fungsi dan kedudukan pengajar didalam kelas tidak dapat digantikan oleh media lain seperti televisi, internet, radio, dan lain-lain. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak sepenuhnya dapat menggantikan kedudukan pengajar, tetapi sangat menunjang proses pembelajaran. Dengan kata lain, peran pengajar masih dominan dalam kegiatan interaksi dikelas.

Pengajar bertugas sebagai fasilitator dan motivator belajar. Sebagai fasilitator, pengajar berperan untuk memberi kemudahan belajar bagi siswa. Tugas pengajar sebagai motivator, yaitu pengajar tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran, tetapi juga membimbing dan memberi motivasi siswa. Siswa hendaknya selalu dirangsang untuk bertanya, berfikir kritis, dan mengemukakan pendapat. Guru harus mampu mendorong siswa berfikir dan menciptakan situasi agar siswa terdorong dan bersedia berbicara. Guru harus dapat menciptakan


(23)

lingkungan kelas yang kondusif dan menyenangkan, sehingga siswa merasa nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran.

Kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi memerlukan suatu keterampilan berbahasa dan berbicara, mendengar,menulis, dan membaca. Dalam keterampilan tersebut yang diperhatikan adalah pilihan kata dan santun berbahasa, kefokusan, kerapian tulisan dan sistematika yang jelas, serta ketelitian dalam membaca yang mengakibatkan kelancaran dalam berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain. Namun disini peneliti akan menfokuskan pada keterampilan bicara pada siswa. Dalam hal ini diperlukan faktor penunjang efektifitas berbicara, yaitu faktor kebahasaan (verbal) dan nonkebahasaan (nonverbal). Faktor kebahasaan (verbal) meliputi ketepatan ucapan, pilihan kata, ketepatan sasaran pembicara, serta kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi. Faktor nonkebahasaan (nonverbal) meliputi sikap, pandangan, kesediaan menghargai pendapat, ketepatan gerak-gerak dan mimik wajah, kenyaringan suara, kelancaran,relevansi atau penalaran, dan penguasaan topik.

Kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi, ada beberapa indikator yang harus dicapai siswa. Indikator-indikator tersebut, adalah (1) prosedur dan format yang relevan dapat diindentifikasi, (2) Tulisan draf, disampaikan untuk mendapatkan persetujuan sesuai dengan batas watu, (3) mendapatkan bantuan atau umpan balik agar keterampilan berkomunikasi dapat dikembangkan. Penguasaan keterampilan berkomunikasi pada siswa kelas X di SMK Muhammadiyah 1 Weleri belum maksimal. Hal itu sesuai dengan


(24)

keterangan yang diperoleh dari guru kelas X yang menyatakan bahwa tiap-tiap indikator dalam kompetensi tersebut terdapat beberapa kelemahan.

Indikator yang pertama, yaitu siswa dituntut mampu mengidentifikasi prosedur dan format yang relevan. Pada indikator ini, kelemahan yang dialami siswa yaitu, kesulitan dalam memahami prosedur dan format yang benar dalam suatu informasi. Siswa terkadang hanya mendengarkan atau membaca sekilas mengenai informasi yang diberikan. Sehingga informasi yang didapatkan siswa kurang menyeluruh kurang sesuai dengan informasi sebenarnya.

Indikator yang kedua, yaitu tulisan draf disampaikan untuk mendapatkan persetujuan sesuai dengan batas waktu. Pada indikator ini, kelemahan yang dialami siswa, yaitu kurangnya menguasai topik informasi sehingga saat menuliskan suatu informasi banyak yang mengalami kesulitan disamping itu juga sumber informasi yang kurang beragam membuat siswa kurang referensi informasi mengenai topik yang akan dibahas. Selain itu juga masih banyak terlihat siswa yang meniru pekerjaan temannya.

Indikator yang ketiga, siswa mendapatkan bantuan atau umpan balik agar keterampilan berkomunikasi dapat dikembangkan. Kelemahan yang dialami siswa pada indikator ini, yaitu kurang menguasai topik atau tema yang diberikan dan kesulitan dalam mengungkapkan masalah dengan menggunakan bahasa Indonesia seutuhnya karena pergaulan dirumah maupun disekolah, siswa yang bersangkutan terbiasa menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu ketika memberikan umpan balik siswa juga sering meniru komentar yang disampaikan oleh temannya. Selain lemahnya siswa dalam pencapaian indikator, hal-hal yang


(25)

menyebabkan rendahnya keterampilan komunikasi adalah kurangnya rasa percaya diri dan keberanian dalam mengungkapkan pendapat. Siswa lebih terbiasa mengungkapkan pendapatnya dengan cara menulis dari pada diungkapkan secara lisan. Kepercayaan diri dan keberanian tampil didepan kelas untuk berbicara bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun temurun. Namun, kemampuan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengetahuan atau bimbingan yang intensif. Dalam rangka mencapai kompetensi dasar ini, maka dalam penelitian tindakan kelas ini penulis menerapkan model pembelajaran think pair share dengan metode diskusi kelompok.

Model pembelajaran think pair share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berfikir, merespon, dan saling membantu satu sama lain. Kegiatan kelompok kooperatif atau kolaboratif melibatkan sesama siswa bekerja bersama-sama. Kerja kelompok akan mendorong keaktifan siswa dalam menghadapi secara langsung pokok bahasan yang diajarkan serta bagaimana memecahkan masalah yang ada (Trianto 2002:18).

Berdasarkan rincian yang sudah dijelaskan diatas diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran think pair share dapat menarik, memotivasi, dan meningkatkan keterampilan siswa dalam menanggapi suatu persoalan. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian mengenai peningkatan keterampilan berkomunikasi dalam menerima dan menyampaikan pendapat secara lisan dengan model pembelajaran think pair share pada siswa kelas X program


(26)

keahlian Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyan 1 Weleri Kabupaten Kendal.

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang dilakukan peneliti seperti yang sudah peneliti jelaskan diatas, banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut. Faktor yang mempengaruhi ada tiga, yaitu faktor guru, siswa, dan sekolah. Faktor dari guru, diantaranya model pembelajaran yang dipakai kurang menarik dan guru terlalu membatasi topik diskusi. Faktor dari siswa, antara lain kesulitan dalam pemilihan kata, kurangnya kepercayaan diri, kurangnya keberanian, dan kurang menguasai topik diskusi atau pembicaraan yang akan disampaikan. Faktor dari sekolah, antara yaitu fasilitas dan sarana pembelajaran yang kurang mendukung untuk melaksanakan pembelajaran komunikasi secara maksimal.

Faktor dari guru yang pertama, yaitu metode pembelajaran yang dipakai kurang menarik. Selama ini, guru masih menggunakan metode klasikal dalam pembelajaran komunikasi. Salah satunya adalah metode ceramah dan penugasan secara tertulis. Pada kenyataannya, metode tersebut kurang efektif dan tidak sesuai untuk pembelajaran komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi. Siswa tidak mendapatkan pengalaman belajar dan hanya mendapat teori, sehingga kompetensi yang diharapkan belum tercapai. Salah satu cara untuk mengatasinya, yaitu dengan memperbaiki teknik pembelajaran, karena keberhasilan sebuah pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kreatifitas guru dalam mengelola kelas. Guru hendaknya membuat kelompok-kelompok kecil agar siswa dapat berdiskusi mengenai apa yang akan mereka


(27)

sajikan didepan kelas, kemudian menyampaikan pendapatnya dengan nyaman dan berani tanpa rasa takut, malu, dan grogi.

Faktor dari guru yang kedua, yaitu guru membatasi topik diskusi. Seringkali guru membatasi topik diskusi atau pembicaraan pada siswa, walaupun tidak sesuai dengan minat siswa. Hasilnya, pembelajaran yang berlangsung kurang obtimal karena kurang memberi kebebasan kepada siswa untuk mengungkapkan dan mengekspresikan gagasannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan memberikan beragam pilihan yang tidak asing bagi siswa dan menarik untuk didiskusikan.

Faktor dari siswa yang pertama, yaitu siswa mengalami kesulitan dalam pemilihan kata. Hal ini terjadi karena siswa kurang terbiasa menggunakan bahasa Indonesia. Selama ini, siswa sudah terbiasa menggunakan bahasa Jawa saat berbicara dengan temannya. Oleh sebab itu, siswa harus dibiasakan berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan guru ataupun dengan teman-teman sebayanya. Minimal saat mata pelajaran bahasa Indonesia berlangsung, hal tersebut dimaksudkan agar melatih siswa agar lancar berbahasa Indonesia.

Faktor dari siswa yang kedua, yaitu kurangnya kepercayaan diri. Siswa merasa kurang percaya diri apabila ditunjuk untuk berbicara didepan kelas. Masalah ini terjadi karena siswa kurang berlatih. Siswa merasa malu dan takut untuk berbicara didepan kelas, sehingga guru harus menunggu sampai siswa tersebut bersedia maju walaupn dengan kondisi gerogi. Oleh karena itu, guru harus memotivasi dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih berbicara didepan kelas maupun dilingkungan sekitar dalam kehidupannya sehari-hari.


(28)

Faktor dari siswa yang terakir, yaitu kurangnya penguasaan topik yang didiskusikan. Selama ini, pembelajaran komunikasi dalam menerima dan menyampaikan informasi masih menggunakan metode ceramah. Oleh karena itu, siswa kurang berfikir kreatif, sehingga topik diskusi kurang dikuasai. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran dalam menyampaikan informasi. Dengan demikian, topik ini sangat penting bahkan merupakan faktor utama dalam penyampaian informasi.

Faktor dari sekolah, yaitu fasilitas dan sarana pembelajaran yang kurang dibenahi. Fasilitas pembelajaran komunikasi, seperti tersedianya LCD disekolah tetapi kondisinya kurang baik dan terbilang sangat terbatas. Sehingga fasilitas yang ada kurang mendukung pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, guru hendaknya kreatif dalam menciptakan kelas yang kondusif dan menyenangkan agar proses pembelajaran komunikasi tetap berjalan dengan baik. Dan pihak sekolah juga harus bersedia menganggarkan dana untuk perbaikan atau pembaruan fasilitas dan sarana prasarana sekolah untuk kepentingan media pembelajaran guna kelancaran proses belajar mengajar.

Kelemahan diatas merupakan suatu masalah strategi pembelajaran kelas yang penting dan mendesak untuk dipecahkan. Sehingga pemilihan strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan sub pokok bahasan pembelajaran dan karekteristik siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sebagai alternatif dapat diterapkan model pembelajaran think pair share.

Berdasarkan barbagai faktor penyebab yang muncul, maka permasalahan yang peneliti bahas dalam laporan hasil penelitian ini adalah faktor dari guru,


(29)

yaitu mengenai model pembelajaran yang digunakan. Rendahnya keterampilan komunikasi dalam menerima dan menyampaikan informasi pada kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Muhammadiyah 1 Weleri Kabupaten Kendal direncanakan dapat diatasi dengan menggunakan model pembelajaran think pair share.

Berdasarkan masalah diatas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Think Pair Share untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi pada Kompetensi Dasar Menerima dan Menyampaikan Informasi DI SMK Muhammadiyah 1 Weleri”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Adakah peningkatan keterampilan komunikasi dan hasil belajar siswa kelas X AP AMK Muhammadiyah 1 Weleri setelah mengikuti kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi mengunakan model pembelajaran think pair share ?

2. Adakah peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri setelah mengikuti kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi menggunakan model pembelajaran think pair share?


(30)

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui adakah peningkatan keterampilan komunikasi dan hasil belajar siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri setelah mengikuti kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi menggunakan model pembelajaran think pair share.

2. Untuk mengetahui adakah peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri setelah mengikuti kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi menggunakan model pembelajaran think pair share.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu : 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian pembelajaran komunikasi selanjutnya. Hasil yang dibahas dalam penelitian ini dapat menjadi gambaran secara konseptual terhadap guru untuk memberikan alternatif melaksanakan kegiatan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan bagi peserta didik.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat memberikan umpan balik bagi guru, siswa, sekolah, dan peneliti.


(31)

a. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk mengadakan perbaikan dalam pembelajaran komunikasi, sehingga pembelajaran dikelas lebih menarik dan menyenangkan. Selain itu, dapat juga memberikan masukan atau informasi untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi.

b. Bagi Siswa

Pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan model think pair share ini akan memicu motivasi siswa untuk lebih aktif dan percaya diri dalam menerima dan menyampaikan informasi didepan kelas, sehingga suasana kelas akan menjadi lebih menyenangkan.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini juga bermanfaat bagi sekolah, dengan adanya penelitian ini pihak sekolah dapat mengembangkan model pembelajaran think pair share untuk digunakan pada kompetensi dasar lainnya dan pada semua mata pelajaran, tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi disekolah. Model pembelajaran think pair share diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

d. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk melatih berfikir secara ilmiah dengan berdasarkan pada disiplin ilmu yang diperoleh di bangku kuliah khususnya yang berhubungan dengan penerapan model pembelajaran think pair share.


(32)

13 2.1 Konsep Dasar Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Pengertian belajar dikemukakan oleh Slameto (2010:2) yang menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Belajar bukan hanya mengingat, “belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar” (Mudjiono, 2006:295). Jadi belajar adalah suatu kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang belum dipelajari setiap individu, dan ada suatu perubahan pada individu tersebut. Sebelumnya tidak mengetahui dengan belajar jadi mengetahui.

Keterampilan motorik banyak berhubungan dengan kesanggupan menggunakan gerakan anggota badan, sehingga memiliki rangkaian urutan


(33)

gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancar. “Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keahlian untuk mencapai hasil tertentu” Reber dalam Muhibbin (2007:121). Karena keterampilan dibutuhkan keahlian dalam melakukan kemampuan yang dimiliki setiap individu, karena keterampilan tersebut harus menghilangkan karya yang tersusun rapi.

Melakukan gerakan mata dan tangan merupakan salah satu aspek belajar keterampilan. “Aspek utama belajar motorik adalah terciptanya otomatisme melakukan gerakan” (Sudjana, 2009:49). Belajar motorik merupakan kemahiran intelektual dan sikap, sebab dalam belajar motorik bukan hanya menggerakan anggota badan saja, tetapi sangat memerlukan pemahaman dan penguasaan yang benar sesuai dengan prosedur yang harus dilakukan. Kegiatan belajar keterampilan harus dilakukan secara tepat agar dapat memberikan hasil yang maksimal. Perencanaan suatu proses belajar sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar akan lebih menyenangkan.

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri seseorang sepanjang hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya (Arsyad, 2010:1).


(34)

2.1.2 Prinsip-prinsip Belajar

Setelah mempelajari uraian-uraian yang terdahulu, maka calon guru/ pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual.

Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (2010:27) dibedakan menurut situasi dan kondisi yang berbeda dan oleh setiap siswa secara individual dan susunan tersebut adalah :

a. Berdasarkan persyaratan yang diperlukan untuk belajar

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

3. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. 4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

b. Sesuai hakikat belajar

1. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.


(35)

3. Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.

c. Situasi materi/ bahan yang harus dipelajari

1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memilih struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

d. Syarat keberhasilan belajar

1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.

Menurut Gagne dalam Winkel (2007:111) terdapat lima kategori belajar yang disusun tidak berdasarkan suatu urutan hierarkis, dimana jenis belajar yang satu menjadi landasan bagi jenis barang lainnya. Kelima kategori belajar yang dikemukanan oleh Gagne adalah :

1. Informasi Verbal (Verbal Information)

Maksudnya ialah pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat digunakan dalam bentuk bahasa, lisan dan tertulis. Pengetahuan itu diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa juga, lisan atau tertulis.


(36)

2. Keterampilan Intelektual (Intellectual Skill)

Maksudnya ialah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkunagan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, kususnya konsep dan berbagai lambang/ simbol (huruf, angka, kata, gambar).

3. Pengetahuan Kegiatan Kognitif (Cognitive Strategy)

Kemampuan ini merupakan suatu kemahiran yang berbeda sifat dengan kategori kemahiran intelektual. Orang yang memiliki kemampuan ini, dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, kususnya jika sedang belajar dan berfikir.

4. Keterampilan Motorik (Motor Skill)

Orang yang memiliki keterampilan motorik, mampu melakukan serangkaian gerak-gerik jasmani dalam urusan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Ciri khas dari kemampuan motorik ialah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik tertentu.

5. Sikap (Atitude)

Sikap merupakan kemampuan intelektual yang berperan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang yang memiliki sikap, kelas mampu untuk memilih secara tegas diantara beberapa kemungkinan. Orang yang bersikap tertentu,


(37)

cenderung menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, berguna/ berharga baginya atau tidak.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ada lima hal yang berkaitan dengan belajar seseorang antara lain informasi ferbal, keterampilan intelektual, pengetahuan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. 2.2 Pengertian Hasil Belajar

Proses pembelajaran akan memberikan suatu perubahan pada siswa yang bisa dilihat dari hasil belajar. “Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar” (Anni, 2006 :5). Jadi hasil belajar adalah suatu yang diperoleh setelah mengalami kegiatan belajar. Kesimpulan Kingsley dalam Sudjana (2009:45) “membagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu 1) keterampilan dan kebiasaan; 2) pengetahuan dan pengertian; 3) sikap dan cita”. Hasil belajar dapat dilihat dari perubahan siswa, keterampilan semakin meningkat bertambahnya pengetahuan, sikap yang lebih baik.

Geirlach dan Elly dalam Rafa’i (2011:85) mengemukakan pengertian hasil belajar sebagai berikut :

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu, apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam peserta didik, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserata didik setelah melakukan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan peserta didik. Tujuan peserta didik merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukan bahwa belajar telah terjadi.

Menurut Suprijono (2012:5) maksud dari hasil belajar adalah “pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan


(38)

keterampilan”. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar seperti kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motovasi, serta cara belajar. Sedangkan yang berasal dari luar dirinya yaitu seprti lingkungan, sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu (Slameto 2010:54-72).

a. Faktor Intern

Adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi faktor jasmani, psikologi, dan kelelahan. Faktor jasmani terdiri dari kesehatan yaitu proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Faktor psikologis terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Faktor kelelahan, siswa dapat belajar dengan baik harus menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.

b. Faktor Ekstern

Adalah faktor yang ada diluar individu, faktor yang berpengaruh pada belajr dapat dikelompokan menjadi 3 faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Fator sekolah terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa denga siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, dan metode belajar. Faktor masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa maksud dari hasil belajar adalah hasil pencapaian peserta didik yang berupa perubahan tingkah laku yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa


(39)

dan faktor dari luar diri siswa. Pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajar. Hasil belajar komunikasi dengan menggunakan model think pair share dapat dilihat dari perubahan kelancaran berbahasa dan berbicara siswa dalam menyampaikan informasi melalui beberapa sumber media informasi yang telah dijadikan sumber informasi. Sehingga hasil belajar akan terlihat secara otomatis.

2.3 Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Namanya sendiri sebetulnya sudah menunjukan isi yang terkandung didalamnya. Menurut ZainalAqib (2009:12) dalam bukunya Penelitian Tindakan Kelas ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, yaitu:

a. Penelitian yaitu merupakan kegiatan mencari suatu obyek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

c. Kelas merupakan tempat sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama

menerima pelajaran yang sama dari seseorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian yang salah dan dipahami secara luas oleh umum dengan “ruangan tempat guru mengajar”. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar, kelompok orang yang sedang belajar dapat kerja dilab, lapangan oleh raga, workshop dan lain-lain.

Menurut Jean Mc Niff (via Suroso 2009:29) dalam buku Menyusun Penelitian Tindakan Kelas (Acep Yoni, 2012: 7) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru


(40)

sendiri”. Menurut Suharsimi (2006:3) menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan”. Dengan demikian penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan pendidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran dikelas atau peningkatan kualitas program secara keseluruhan (Suharsimi, 2006:4).

2.3.1 Medel Kooperatif

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompk sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2009:56). Pada dasarnya pembelajaran kooperatif merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur bekerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.

Belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat


(41)

dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin, 1995) dalam Trianto (2009:57). Sedangkan Johnson dan Johnson (1994) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat bebrapa variasi dari model tersebut. Setidak-tidaknya ada empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Yaitu STAD, JIGSAW, TGT, Investigasi Kelompok, Pendekatan Struktur yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model kooperatif tipe think pair share (TPS).

2.3.2 Model Pembelajaran Think Pair Share

Strategi think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Strategi ini pertama kali dikembangkan oleh Flang Lyman dan kolegannya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk memproses dan saling membantu (Trianto, 2009:132).

Model pembelajaran ini dikembangkan untuk membangun kelas sebagai komunikasi belajar yang menghargai semua kemampuan siswa. Hal ini


(42)

disebabkan model pembelajaran think pair share semua siswa dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan apa yang mereka pahami. Dengan adanya model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatakn hasil belajar siswa.

Menurut pendapat La Iru (2012: 60) dalam melaksanakan model pembelajaran think pair share terdiri dari tiga fase, yaitu:

1. Berpikir (thinking) yaitu guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.

2. Berpasangan (pairing) selanjutnya guru meminta siswa untuk

berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang diberikan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 menit untuk berpasangan.

3. Berbagi (sharing) pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Tahapan model pembelajaran think pair share ini guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain, dan untuk kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Dalam pembelajaran ini ada bebrapa kelebihan dan kelemahannya. Menurut Ibrahim, dkk (2000:6) kelebihannya adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan model pembelajaran think pair share menurut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas atau permasalahan yang diberikan guru diawal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami sub pokok bahasan dengan baik sebelum menyampaikan pada pertemuan berikutnya.


(43)

b. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran think pair share diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa lebih baik.

c. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, model think pair share akan lebih menarik dan tidak monoton.

d. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional siswa yang aktiv dikelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat menerima materi yang disampaikan guru, sedangkan siswa lain sebagai pendengar. Dengan pembelajaran think pair share dapat diminimalisir sebab semua siswa terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.

e. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam pembelajaran belajar mengajar yaitu diraih oleh siswa. Dalam model pembelajaran think pair share perkembangan hasil belajar siswa diidentifikasi secara bertahap, sehingga pada akhir pembelajaran hasil diperoleh lebih optimal.

f. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama diterapkan untuk bekerjasama dalam tim sehingga dapat menerima bila pendapatnya tidak diterima.

Kelemahan model pembelajaran think pair share adalah “pembelajaran yang baru diketahui, kemudian yang dapat timbul adalah sejumlah siswa bingung, sehingga kelihatan tidak percaya diri, dan saling mengganggu antar siswa” (Ibrahim, 2000:8).

2.3.3 Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dideskripsikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementatif. Dengan perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda (Hamzah, 2009: 2).


(44)

Pengertian Metode pembelajaran menurut Helmiati (2012: 57) adalah “Prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran”. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabatan dari pendekatan. Suatu pendekatan dapat dijabarkan dalam berbagai metode pembelajaran yang difokuskan kepencapaian tujuan. Ada beberapa metode yang selama ini telah dikenal seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, karya wisata, dan seterusnya. Dari berbagai macam metode yang ada peneliti menggunakan metode diskusi untuk menunjang proses pembelajaran.

Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dirikan oleh suatu keterkaitan pada suatu topik atau pokok pertanyaan atau masalah dimana para peserta diskusi berusaha untuk mencapai suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama maupun pemecahan terhadap suatu masalah dengan mengemukakan sejumlah data dan argumentasi (Helmiati, 2012:66).

Menurut Trianto (2009:121) diskusi yaitu “interaksi antar siswa dan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu. Tetapi yang perlu dipahami, bahwa diskusi merupakan titik sentral dalam suatu aspek pembelajaran, maka diskusi kelas merupakan pendekatan yang berbeda dalam suatu pembelajaran. Dengan kata lain, interaksi antar siswa-guru, siswa-siswa dalam proses pembelajaran sangat ditentukan oleh bagaimana proses diskusi kelas optimalisasi. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan anak


(45)

dalam pemecahan konsep dan keterampilan memecahkan suatu masalah (Helmiati, 2012: 66).

2.4 Penelitian Terdahulu

Menurut Suharsimi (2006:44), mejelaskan didalam mengadakan studi pendahuluan mungkin ditemukan bahwa orang lain sudah berhasil memecahkan masalah yang ia ajukan sehingga tidak ada lagi gunanya ia berusaha meneliti. Mungkin juga ia mengetahui hal-hal yang relevan dengan masalahnya sehingga memperkuat keinginan untuk meneliti karena justru orang lain masih mempermasalahkannya. Dengan adanya penelitian terdahulu maka dapat menghemat tenaga dan biaya, selain itu calon peneliti dapat menjadi lebih jelas permalahannya.

Dari pendapat diatas maka peneliti mengumpulakan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan sebagai referensi. Dari penelitian terdahulu dapat dirinci pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu N

o

Judul

Penelitaian Peneliti

Variabel Penelitian Hasil Belajar Bebas Terikat

1 Efect of Implamentatio n Cooperative Learning on Think Pair Share Type (TPS) Towards Students Peni Arianti (2011) Cooperative learning on Think Pair Shaire (TPS) Students Learning Achievement Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Shaire (TPS) memberikan


(46)

Learning Achievement of Class X at SMA NEGERI 8 SURAKARTA pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar ranah afektif dan ranak psikomotor tetapi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa

2 Optimalisasi

Strategi Cooperative Learming Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kompetensi Berbicara Siswa Kelas V MI Aninditya Sri Nugraheni Strategi Cooperative Learning Meningkatka n Kompetensi Berbicara Hasil penelitian menyimpulak an terdapat peningkatan kualitas pembelajaran (baik secara proses maupun hasil) pada keterampilan berbicara siswa kelas V Madrasah


(47)

Ibtidaiyah Pucangan, Kartasura, Sukoharjo

3 CETLs:

Supporting Collaborative Activities Among Students and Teachers Through the Use of Think Pair Share Techniques Nik Azlina (2010) Think Pair Share Techniquies Collaborative Activities (CETLs) Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada peningkatan hasil belajar dengan pembelajaran kooperatif menggunaka n pendekatan think pai share.

4 Penerapan

Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi Nina Septiana dan Budi Handoyo Penerapan Think Pair Share Meningkatka n Hasil Belajar Hasil penelitian menyatakan bahwa aktivitas belajar siswa setelah penerapan TPS dalam pembelajaran koooperatif mengalami


(48)

peningkatan.

Berdasarkan penelitian terdahulu pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan hasil belajar. Sehingga peneliti meyakini bahwa penelitian ini akan berhasil karena telah didukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang menyatakan berhasil menggunakan medel pembelajara think pair share.

2.5 Teori Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, communication yaitu sama makna. Maksudnya komunikasi terjadi jika antara orang-orang yang terlibat ada kesamaan makna mengenai sesuatu yang disampaikan ( Euis Honiatri, 2004:13). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan balai pustaka, 2002, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Beberapa pengartian komunikasi menurut para ahli, antara lain sebagai berikut:


(49)

1. Menurut Mc. Farland, dalam buku Administrasi Perkantoran Modern karya The Liang Gie, komunikasi adalah proses interaksi atau hubungan saling pengertian satu sama lain antara manusia.

2. Menurut Keith Davis, dalam bukunya Human Relation at Work, komunikasi adalah proses jalur informasi dan pengertian dari seseorang ke orang lain.

3. Menurut Dr. Phil Astrid S. Susanto, dalam bukunya Komunikasi dalam

Teori dan Praktik, komunikasi adalah proses pengoperan

lambing-lambang yang mengandung arti.

4. Menurut Colin Cherry seseorang ahli kognitif dari inggris, dalam bukunya On Human Communication (1957), komunikasi adalah sebuah proses di mana setiap pihak saling menggunakan informasi dengan tujuan untuk mencapai pengertian yang sama tentang masalah yang penting bagisemua pihak.

5. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi adalah pengiriman pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi dapat pula bearti hubungan atau kontak.

6. Dalam Ensiklopedia Administrasi, komunikasi adalah suatu proses penyampaian ide dari sumber berita ke satu tempat tujuan.

7. Dalam Kamus Administrasi Perkantoran, komunikasi adalah penyampaian warta yang mengandung macam-macam keterangan dari seseorang kepada orang lain.


(50)

Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu proses kegiatan penyampaian warta/pesan/informasi yang mengandung arti dari satu pihak kepada pihak lain dalam usaha untuk mendapatkan saling pengertian. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari komunikasi adalah untuk mendapatkan saling pengertian (Endang Sri R, 2011:8).

2.6 Kurikulum dan Kompetensi Dasar Menerima dan Menyampaikan Informasi

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidiakan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (Mulyasa, 2009:19).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah ide tentang pengembangan kurikulum yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan (Mulyasa, 2009:21). Pengembangan KTSP dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta komite sekolah dan dewan pendidikan.

Secara khusus tujuann diterapkannya KTSP adalah untuk: 1). Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, pengelolaan dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia. 2). Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam


(51)

keputusan bersama. 3). Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai (Mulyasa, 2009:22)

Mata diklat komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi merupakan materi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK Muhammadiyah 1 Weleri Kabupaten Kendal kelas X dengan Standar Kompetensi “Mengaplikasikan Keterampilan dasar Komunikasi” dengan kompetensi dasar sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi Proses Komunikasi, 2) Menerima dan Menyampaikan Informasi, 3) Memilih Media Komunikasi, materi yang dipelajari adalah media komunikasi, fungsi media komunikasi, macam-macam media komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh setiap siswa SMK, terutama pada jurusan Administrasi Perkantoran, karena pada dasarnya siswa AP dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik ketika magang ataupun setelah lulus dari SMK. Jika setiap siswa menguasai keterampilan komunikasi secara lisan maupun tertulis akan memudahkan ketika dia berada ditempat kerja yang sebenarnya. Oleh sebab itu, sangatlah penting lulusan SMK memiliki keterampilan berkomunikasi dengan baik. Dengan mempelajari materi komunikasi peserta didik akan lebih memahami pentingnya berkomunikasi dengan baik yang dapat juga diterapkan pada kehidupan mereka sehari-hari.

Mata pelajaran komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi memiliki beberapa aspek yang berkaitan dengan keterampilan komunikasi yaitu meliputi keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan, dan keterampilan menulis.


(52)

Keterampilan berbicara adalah suatu hal yang penting dan perlu dikuasai oleh seseorang yang berkarir sebagai pengajar, tenaga penjual, konsiltan, atau menduduki jabatan-jabatan yang dalam kesehariannya memerlukan ketrampilan berkomunikasi atau berbicara dengan orang lain. Baik untuk menjual gagasan/ide kepada atasan, rekan, ataupun pelanggan, member penjelasan/instruksi kerja (Sri Endang R, 2004:40).

Keterampilan berbicara memiliki beberapa ketuntuan penilaian dari faktor verbal dan non verbal. Faktor verbal meliputi ketepatan ucapan, pilihan kata, ketepatan sasaran pembicara, kesesuaiantekanan volume, nada, sendi, dan durasi. Sedangkan untuk faktor non verbal meliputi sikap, pandangan, kesediaan menghargai pendapat, ketepatan gerak-gerak dan mimik wajah, kenyaringan suara, kelancaran, relevan/penalaran, dan penguasaan topik (Euis Honiatri,2004:44).

Keterampilan mendengarkan merupakan aspek komunikasi yang penting, karena merupakan kebutuhan seseorang dalam berinteraksi dan akan selalu melakukan komunikasi dengan orang lain, sebab jika semua ingin berbicara dalam rangka bertukar informasi , tidak aka nada orang yang mendengarkan, dengan demikian harus ada yang berbicara dan ada yang mendengarkan. Seseorang menjadi pendengar yang baik, akan mampu membangun ruang dialog yang sehat dan produktif.

Keterampilan mendengarkan membutuhkan waktu dan proses serta diperlukan latihan-latihan. Cara meningkatkan keterampilan mendengarkan yaitu:


(53)

1. Berikan orang lain kesempatan berbicara, memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara paling tidak separuh dari seluruh waktu yang disampaikan untuk berbicara. Sebagai pembicara tidak boleh mendominasi seluruh pembicaraan.

2. Berikan perhatian penuh, berusaha tetap fokus pada apa yang tengah dibicarakan berikan perhatian penuh dan tidak perlu merasa terganggu oleh penampilan atau gangguan percakapan orang lain di sekitar.

Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang ssangat penting dalam aspek kehidupan sehari-hari, tidak hanya dilingkungan kerja, tetapi juga penting dalam kehidupan di masyarakat, karena dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak dengan tatap muka dengan orang lain serta untuk mengekspresikan gagasan, pemikiran, pendapat,dan perasaan yang dimiliki orang (Sri Endang, 2011:38).

Menurut Sri Endang (2011:39) keterampilan menulis harus selalu memperhatikan aspek- aspek yang sesuai dengan standar tulisan yang baik dan mebar, yaitu meliputi:

1. Kejelasan penulisan, tulisan yang akan ditulis harus selalu diperhatikan tentang kejelasan tulisan, karena tulisan tersebut juga akan dibaca oleh orang lain, sehingga tulisan yang baik harus terlihat rapid an sebagai pembaca tidak kesusahan dalam membaca tulisan yang dituliskan.

2. Adnya pesan, penyampain pesan dalam suatu tulisan sangat bermanfaat bagi pembacam, sehingga pembaca akan menemukan sisi positif dari suatu tulisan.


(54)

3. Sistematika tulisan, runtutan penulisan harus sesuai dengan urutan yang akan disajikan dalam tulisan, karena hal tersebut akan memudahkan pembaca dalam memahami isi tulisan.

Berdasarkan teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan komunikasi yaitu meliputi keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan, dan keterampilan menulis. Sehingga teori tersebut dijadikan peneliti sebagai landasan penilaian dalam meneliti peningkatan keterampilan komunikasi di SMK Muhammadiyan 1 Weleri.

2.7 Kerangka Berfikir

Keterampilan berkomuniaksi dalam menerima dan menyampaikan informasi pada siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri Kabupaten Kendal belum memuaskan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari guru, siswa, dan sekolah. Salah satu faktor yang berpengaruh yaitu dari guru, penggunaan model pembelajaran yang masih monoton, kurang bervariasi yang masih mengandalkan pembelajaran berceramah, dan kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

Upaya untuk mengatasi hal tersebut, penulis menerapkan model pembelajara think pair share. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan pada kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi, karena kompetensi dasar tersebut menuntut siswa untuk lebih aktif. Sehingga siswa dapat berlatih berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain. Model pembelajaran ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan


(55)

orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran kooperatif ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.

Model pembelajaran ini dipilih oleh penulis karena metode ini dapat membantu siswa dalam bepikir kritis ketika melihat suatu masalah, sehingga siswa dapat memberikan pendapat dan saran pemecahan tentang masalah yang diamati. Materi pembelajaran yang digunakan dalam model pembelajaran think pair share tidak terbatas pada materi satu buku saja, tetapi juga dapat bersumber dari masalah-masalah yang terdapat didalam lingkungan sekitar. Masalah yang terdapat didalam lingkungan sekitar memberikan efek bagi pembacanya. Efek inilah yang nantinya dijadikan ide dalam memberikan saran pemecahan bagi siswa.

Penerapan model pembelajaran think pair share cocok digunakan pada pembelajaran kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi. Materi tersebut selain bersifat teoritis juga aplikatif dimana siswa dituntut untuk dapat memahami informasi yang diterima dan untuk kemudian disampaikan, informasi yang berbobot adalah informasi yang tepat untuk disampaikan kepada siswa lain. Penggunaan model pembelajaran ini memudahkan guru untuk mengatur siswa. Model think pair share jumlah pasangan masing-masing dua orang, sehingga meminimalisir siswa yang tidak aktif dan gaduh.

Langkah-langkah model think pair share 1. Think (berpikir secara individual). Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri. Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan


(56)

kesempatan kepada siswa untuk berfikir. 2. Pair (berpasangan dengan teman sebangku), guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. 3. Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) pada langkah ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pesangan lain atau dengan seluruh kelas. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, bagan kerangka berfikir dapat digambarkan sebagai berikut :


(57)

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir yang dipakai hanya

metode konfensional (ceramah).

2. Guru membatasi topik diskusi.

Keterampilan Berbicara

Verbal: Kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata dan tata bahasa, ketepatan penekanan suara, nada dan durasi.

Nonverbal: Sikap tenang dan tidak kaku, cara berdiri dan sikap badan, gerakan kepala, ekspresi muka, gerakan kepala, ekspresi muka, pandangan mta, dan gerak badan/ gesture

Keterampilan Menulis - Memberikan kesempatan berbicara pada orang lain - Fokus memperhatikan orang lain berbicara

Langkah-langkah Pembelajaran Think Pair Share

1. Think (berfikir secara individual). Pada tahap think , guru mengajukan suatu pertanyaan yang kaitannya dengan pembelajaran, dan siswa diminta untuk berfikir secara mandiri.

2. Pair (berpasangan dengan teman), guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan topik yang telah diberikan yang telah difikirkan secara individual. 3. Share (berbagi informasi dengan pasangan lain atau seluruh kelas) pada langkah ini

guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil satu pemikiran mereka dengan pasangan lain atau seluruh audien kelas.

Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi dan Hasil Belajar dalam pemilihan kata

2. Kurangnya percaya diri pada siswa 3. Kurangnya

penguasaan topik yang didiskusikan

Menyampaikan Informasi Materi ini menuntut siswa untuk lebih aktif dalam penyampaian informasi maupun tanggapan terhadap informasi yang diterima

Penerapan Model Think Pair Share

Keterampilan Menulis Kerapian dan kejelasan

tulisan, penyampaian pesan,

penalaran isi tulisan.


(58)

Gambar 2.2 Kerangka berfikir menerangkan penerapan model think pair share dapat meningkatkat keterampilan berkomunikasi, siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri Kabupaten Kendal pada mata pelajara komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi.

2.8 Hipotesis

1. Ada peningkatan keterampilan komunikasi dan hasil belajar siswa kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri setelah mengikuti pembelajaran pada kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi menggunakan model pembelajaran think pair share.

2. Ada peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru kelas X AP SMK Muhammadiyah 1 Weleri setelah memgikuti pembelajaran pada kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi menggunakan model pembelajaran think pair share.


(59)

39 3.1 Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 1 Weleri yang beralamat di Jalan KH. A. Dahlan 46 Weleri Kabupaten Kendal Jawa Tengah. SMK Muhammadiyah 1 Weleri memiliki tiga kelas jurusan Administrasi Perkantoran, yaitu kelas X, XI, dan XII. Subjek penelitian ini adalah pada kelas X jurusan Administrasi Perkantoran yang berjumlah 40 siswa. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti terlihat hasil skor keterampilan komunikasi siswa dalam kompetensi dasar menerima dan meyampaikan informasi sangat rendah yang berdampak pada nilai hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Jean Mc Niff (via Suroso 2009:29) dalam buku Menyusun Penelitian Tindakan Kelas (Acep Yoni, 2012: 7) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri”. Menurut Suharsimi (2006:3) menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan”. Dengan demikian penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan pendidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran dikelas atau peningkatan kualitas program secara keseluruhan (Suharsimi, 2006:4).


(60)

3.2 Faktor yang Diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah faktor siswa, faktor, guru, dan faktor keterampilan komunikasi pada siswa. Yang rinciannya sebagai berikut: 1. Faktor siswa

Kegiatan belajar dengan menggunakan model pembelajaran think pair share, peneliti ingin mengetahui seberapa besar persentase peningkatan keterampilan siswa dalam berkomunikasi.

2. Faktor guru

Materi pembelajaran yang disiapkan dan strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru, aktivitas guru dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan model think pair share apakah sudah sesuai dengan langkah-langkah yang ditulis pada rencana pembelajaran.

3. Faktor keterampilan siswa

Keterampilan berkomunikasi siwa pada mata pelajaran komunikasi kompetensi dasar menerima dan menyampaikan informasi yang dicapai setelah diberikan model think pair share, apakah sudah meningkat atau belum.

3.3 Rencana Penelitian

Tahap perencanaan ini peneliti melakukan kegiatan membuat perencanaan pembelajaran. Dengan adanya perencanaan, tindakan pembelajaran yang dilakukan akan lebih bermakna, terarah, dan sistematis. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau clssroom action research. Menurut Suharsimi


(61)

(2009:3) “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu perencanaan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”.

Suharsimi (2009:16) menjelaskan bahwa ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus namun jika dalam kedua siklus ini belum terjadi peningkatan sesuai yang diharapkan atau sesuai kriteria keberhasilan sehingga dilaksanakan siklus berikutnya.

3.3.1 Pelaksanaan Siklus I 3.3.1.1Perencanaan

Kegiatan perencanaan terdiri dari kegiatan identifikasi masalah dan formasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan. Kemudian setelah langkah-langkah persiapan dilakukan maka akan masuk pada tahap perencanaan yaitu tahap mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelanjaran.

Perencanaan

Pelaksanaan Pelaksanaan

Pengamatan SIKLUS II Perencanaan Pengamatan SIKLUS I Refleksi

Refleksi


(1)

SX² 2 0

2 1 21

1 5

1 0

1

9 10 13 15 28 21 31 15 19 30 18 30 19 17 24 10 10 20 16 17 k = 30 p 0. 5 0 0 0. 5 2 5 0.5 25 0. 3 7 5 0. 2 5 0 0. 4 7 5 0.2 50 0.3 25 0.3 75 0.7 00 0.5 25 0.7 75 0.3 75 0.47 5 0.7 50 0.45 0 0.7 50 0.4 75 0.4 25 0.6 00 0.25 0 0.2 50 0.5 00 0.4 00 0.42

5 Spq 5.644375

q 0. 5 0 0 0. 4 7 5 0.4 75 0. 6 2 5 0. 7 5 0 0. 5 2 5 0.7 50 0.6 75 0.6 25 0.3 00 0.4 75 0.2 25 0.6 25 0.52 5 0.2 50 0.55 0 0.2 50 0.5 25 0.5 75 0.4 00 0.75 0 0.7 50 0.5 00 0.6 00 0.57 5 S2 = 30.30705 1 SXY 2 8 9 2 9 7 30 7 2 1 8 1 5 9 2 8 3 16 1 19 9 22 6 36 3 30 9 40 4 22 3 266

39 6 234

39 9 29 3 27 5 28 7 170

18 3

28 3

23 6 221

r11

= 0.842 rxy 0. 5 0 1 0. 4 6 8 0.5 60 0. 4 0 0 0. 4 4 3 0. 5 5 5 0.4 65 0.4 57 0.4 76 0.3 48 0.5 78 0.4 46 0.4 48 0.39 8 0.4 70 0.21 2 0.5 02 0.6 47 0.7 04 0.0 53 0.56 0 0.6 98 0.4 46 0.4 54 0.20

2 M 11.7 rtabel 0. 3 2 0. 3 2 0.3 2 0. 3 2 0. 3 2 0. 3 2 0.3 2 0.3 2 0.3 2 0.3 2 0.3 2 0.3 2 0.3 2 0.32

0.3 2 0.32

0.3 2 0.3 2 0.3 2 0.3 2 0.32

0.3 2

0.3 2

0.3

2 0.32 Kriteria v al id v al id val id v al id v al id v al id val id val id Va lid val id val id val id val id vali d val id TID AK val id val id val id TI D A K vali d val id val id val id TID

AK 22

α²b 0. 2 5 6 0. 2 5 6 0.2 56 0. 2 4 0. 1 9 2 0. 2 5 6 0.1 92 0.2 25 0.2 4 0.2 15 0.2 56 0.1 79 0.2 4 0.25 6 0.1 92 0.25 4 0.1 92 0.2 56 0.2 51 0.2 46 0.19 2 0.1 92 0.2 56 0.2 46 0.25 1 DA YA BEDA BA 1 4 1 5 16

1 2 8

1

3 9 9 11 17 16 19 12 14 18 12 19 15 14 12 9 9 14 11 10 BB 6 6 5 3 2 6 1 4 4 11 5 12 3 5 12 6 11 4 3 12 1 1 6 5 7 JA

2 0

2 0 20

2 0

2 0

2

0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 JB

2 0

2 0 20

2 0

2 0

2

0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 D 0.

4 0. 4 0.5 50 0. 4 0. 3 0. 3 0.4 00 0.2 50 0.3 50 0.3 00 0.5 50 0.3 50 0.4 50 0.45 0 0.3 00 0.30 0 0.4 00 0.5 50 0.5 50 0.0 00 0.40 0 0.4 00 0.4 00 0.3 00 0.15 0


(2)

0 0 5 0 5 0 0 0 5 0

Kriteria C B B B C C C C C C B C B B C C C B B J C C C C J

TIN G K AT K ES U K AR AN

BA + BB 2 0

2 1 21

1 5

1 0

1

9 10 13 15 28 21 31 15 19 30 18 30 19 17 24 10 10 20 16 17 N 4

0 4 0 40

4 0

4 0

4

0 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 IK 0. 5 0 0 0. 5 2 5 0.5 25 0. 3 7 5 0. 2 5 0 0. 4 7 5 0.2 50 0.3 25 0.3 75 0.7 00 0.5 25 0.7 75 0.3 75 0.47 5 0.7 50 0.45 0 0.7 50 0.4 75 0.4 25 0.6 00 0.25 0 0.2 50 0.5 00 0.4 00 0.42 5 Kriteria S e d a n g S e d a n g Se da ng S e d a n g S u k ar S e d a n g Su kar Se da ng Se da ng Se da ng Se da ng M ud ah Se da ng Sed ang M ud ah Sed ang M ud ah Se da ng Se da ng Se da ng Suk ar Su kar Se da ng Se da ng Sed ang KRITERIA SOAL D ip a k ai D ip a k ai Di pa kai D ip a k ai D ip a k ai D ip a k ai Di pa kai Di pa kai Di pa kai Di pa kai Di pa kai Di pa kai Di pa kai Dip akai Di pa kai Dib uan g Di pa kai Di pa kai Di pa kai Di bu an g Dip akai Di pa kai Di pa kai Di pa kai Dib uan g


(3)

Lampiran 36

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar Peneliti Menjelaskan Proses Pembelajaran yang Akan Digunakan

(Dok. Probadi)

Gambar Suasana Guru Menerangkan Meteri

(Dok. Pribadi)


(4)

Gambar Suasana Tahab Berfikir (Think)

(Dok.Pribadi)

Gambar Suasana Tahab Berpasangan (pair)

(Dok. Pribadi)


(5)

Gambar Suasana Siswa Sedang Diskusi Berpasangan (Pair)

(Dok.Pribadi)

Gambar Salah Satu Pasangan Siswa yang Sedang Berdiskusi

(Dok. Peneliti)


(6)

Gambar Salah Satu Siswa Sedang Presentasi tahab (share)

(Dok. Peneliti)

Gambar Foto Bersama Peneliti dan Siswa di Kelas

(Dok. Peneliti)