Subjek Eksperimen 1 DL Subjek Eksperimen 2 ER

67

4.6 Data Hasil Observasi

Selain data secara statistik yang telah diuraikan di atas, data hasil observasi juga penting diperhatikan untuk melihat gejala-gejala perilaku yang tidak dapat dianalisis secara kuantitatif. Dalam proses observasi ini peneliti menggunakan lembar rating scale asertivitas untuk mempermudah perubahan perilaku apa saja yang perlu diamati oleh observer. Observer pada pelatihan ini adalah tiga fasilitator yang membantu proses pelatihan yaitu Nidhomul Haq, Yosep Wahyu Trisaputra dan Budi Muliawati yang ditunjuk peneliti untuk melakukan observasi perilaku subjek selama mengikuti pelatihan. Sebelumnya ketiga observer ini dibekali materi khusus oleh peneliti berkaitan dengan prosedur pelatihan dan tujuan yang ingin dicapai dari setiap sesi. Data hasil observasi ini dapat menunjang kekurangan data secara kuantitatif. Pada lembar observasi lihat lampiran terdapat daftar nama subjek dan indikator perilaku yang harus diamati. Hasil observasi pada subjek eksperimen berfungsi untuk melihat perkembangan perilaku dari awal pelatihan sampai akhir pelatihan. uraian hasil observasi adalah sebagai berikut:

4.6.1 Subjek Eksperimen 1 DL

Pertemuan pertama, DL termasuk subjek yang cukup aktif, DL mengawali sesi pertama yaitu menceritakan alasan memutuskan jadi TKW, ceritanya bertahap, dia meminta temannya dulu untuk bercerita. Selain itu, DL juga orang yang cukup ekspresif dalam mengekspresikan emosi yang sedang dirasakan seperti saat DL bercerita sedih, mimik wajahnya juga menggambarkan dia sedih namun tidak sampai menangis. DL juga sangat antusias ketika teman satu 68 kelompok bercerita, hal ini terlihat DL sangat memperhatikan teman-temannya bercerita. Saat sesi role play DL kurang percaya diri saat tampil di depan teman- temananya dan cukup ekspresif dalam memerankan seorang anak yang sedang demam. Pada pertemuan kedua, DL mengalami penurunan semangat dibandingkan pertemuan pertama. Namun setelah fasilitator memberikan semangat dan dukungan, DL terlihat lebih semangat mengikuti kegiatan lagi. Meski saat sesi role play, DL tidak menunjukkan perannya. Pada awal sesi pertemuan ketiga, DL tidak mau untuk bercermin. DL pun sulit untuk menemukan kelebihannya sendiri, perlu dimotivasi dan dukungan dari fasilitator untuk bisa menemukan kelebihannya, fasilitator pun berinisiatif menanyakan kepada subjek satu kelompok dengan DL tentang kelebihan DL.

4.6.2 Subjek Eksperimen 2 ER

Pertemuan pertama, ER sangat sulit untuk bercerita tentang alasannya menjadi TKW, perlu dukungan dari teman dan fasilitator agar ER mau bercerita. Saat ER mau mulai bercerita, tiba-tiba ER langsung menangis, dan tidak jadi bercerita tentang alasannya menjadi TKW. ER cukup sensitif dengan cerita-cerita sedih, ketika teman-temannya bercerita tentang alasan mereka menjadi TKW, ER terhanyut mengikuti cerita tersebut, dan ER pun ikutan menangis. Saat role play ER juga memilih peran yang tidak banyak bicara. Pada pertemuan kedua, ER mengalami peningkatan, ER lebih antusias dan percaya diri saat permainan kartu emosi, namun untuk memeragakan emosi yang 69 sedang dirasakan, ekspresinya datar, sehingga peserta satu kelompok bingung dan butuh berkali-kali ER memeragakan emosi. Pada pertemuan ketiga, ER baru menunjukkan eksistensinya, sudah mulai berinisiatif dan percaya diri saat sesi cermin diri. Saat role play, ER sudah berani memerankan peran penting. Ekspresinya sesuai dengan perannya.

4.6.3 Subjek Eksperimen 3 FA