urutan terakhir untuk jumlah pembelian beras. Variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap jumlah pembelian beras adalah frekuensi pembelian, jumlah
anggota rumah tangga dan pendapatan. Lokasi pembelian beras dipengaruhi oleh gaya hidup masing- masing tipe rumah tangga. Dan untuk jumlah sediaan
minimum dipengaruhi oleh frekuensi pembelian dan pendapatan. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
konsumen dapat digolongkan atas beberapa kelas sosial. Pengelompokan konsumen menjadi beberapa kelas sosial mempengaruhi sikap serta keputusan
konsumen dalam mengkonsumsi beras. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu penulis ingin mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi
beras pada penelitian di atas juga mempengaruhi pola konsumsi beras pada rumah tangga dalam bentuk mengurangi konsumsi atau tetap mengkonsumsi atau
mengganti dengan jenis pangan lain setelah terjadi lonjakan harga beras. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu dalam
penelitian ini peneliti akan menganalisis dampak kenaikan harga beras yang terjadi di Indonesia terhadap pola konsumsi beras pada rumah tangga dan faktor-
faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perubahan pola konsumsi beras rumah tangga tersebut.
2.9 Kerangka Pemikiran Operasional
Beras merupakan komoditi pangan utama sebagian besar masyarakat Indonesia. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sejak dulu dan hingga nanti pun
manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Bagi masyarakat dengan pangan utama beras, biasanya belum merasa puas apabila belum mengkonsumsi
beras nasi sehingga hal tersebut secara nyata akan meningkatkan permintaan terhadap beras. Tingginya tingkat konsumsi beras per kapita dan laju pertumbuhan
penduduk yang naik setiap tahunnya akan menyebabkan ketergantungan beras yang cukup besar. Kebutuhan konsumsi beras di Indonesia yang cukup besar
dapat dipenuhi dengan cara memproduksi sendiri ataupun mengimpor beras dari pasar internasional.
Peningkatan produksi beras nasional yang lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk setiap tahunnya disebabkan oleh
laju peningkatan produktivitas usaha tani padi yang semakin kecil karena perkembangan teknologi produksi padi telah mengalami kejenuhan, keterbatasan
anggaran pemerintah sehingga tidak mampu melakukan perluasan areal irigasi dan pemberian subsidi input produksi kepada petani, serta konversi lahan pertanian
terutama di Pulau Jawa ke penggunaan non sawah. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan peningkatan produktivitas padi yang cukup rendah. Sehingga
ketersediaan beras nasional tidak dapat mencukupi kebutuhan konsumsinya. Faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya defisit untuk konsumsi beras pada
tahun 2006 dan 2007 yaitu musim kemarau yang panjang sehingga menyebabkan musim tanam padi yang biasanya dimulai Oktober menjadi mundur dan pada
akhirnya panen raya yang diprediksi dapat menutupi kebutuhan beras tertunda. Permintaan beras yang cukup tinggi tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah
sehingga terjadi kelangkaan beras di pasar. Dan pada akhirnya harga beras menjadi tinggi karena permintaan akan beras tidak dapat dipenuhi oleh persediaan
beras nasional.
Konsumen beras terdiri dari individu, usaha jasa dan industri pengolahan. Beras dikonsumsi langsung dalam bentuk nasi oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia. Kegiatan konsumsi dilakukan di dalam dan di luar rumah. Konsumsi di dalam rumah tangga lebih besar dibandingkan konsumsi di luar rumah, karena
adanya kebiasaan makan di dalam rumah oleh sebagian masyarakat. Sedangkan konsumsi di luar rumah seperti konsumsi di restoran lebih sedikit dan jarang
dilakukan oleh masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan untuk konsumsi beras di dalam rumah tangga saja.
Rumah tangga sebagai suatu unit konsumen yang membutuhkan berbagai produk dan jasa berasal dari latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda.
Secara umum semua rumah tangga membutuhkan pangan khususnya beras baik kualitas maupun kuantitas berdasarkan karakteristik dan sumberdaya yang mereka
miliki. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa rumah tangga sebagai pengguna beras dalam pemenuhannya dikelompokkan berdasarkan karakteristik
dan sumberdaya yang dimilikinya. Salah satu variabel yang menentukan pengelompokkan konsumen menjadi beberapa kelas yaitu variabel kelas sosial.
Berdasarkan kelas sosial, konsumen rumah tangga dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu rumah tangga kelas bawah, rumah tangga kelas menengah dan rumah
tangga kelas atas. Pada penelitian ini, konsumen diasumsikan adalah rumah tangga yang
mengkonsumsi beras dan telah melalui tahap proses keputusan pembelian serta memiliki perbedaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keputusannya.
Sehingga penelitian ini akan menganalisis perubahan pola konsumsi rumah tangga setelah harga beras mengalami peningkatan dan apakah keanekaragaman
karakteristik dan sumberdaya yang diwakili oleh kelas sosial mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi beras. Jumlah dan jenis pangan
yang dikonsumsi masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut secara simultan akan berpengaruh
terhadap preferensi seseorang atau rumah tangga dalam menentukan pilihan bahan pangan yang dikonsumsi. Faktor internal berupa keadaan fisiologi tubuh, umur
serta tingkat aktivitas berperan dalam menent ukan konsumsi pangan. Sedangkan faktor eksternal yang tidak kurang peranannya terhadap pola konsumsi pangan
adalah produksi pangan, daya jangkau, daya beli, dan faktor sosial budaya yang berlaku di masyarakat Departemen Pertanian dalam Pradesha, 2004. Pola
konsumsi secara khusus menunjukkan bagaimana makanan dikonsumsi, termasuk jumlah, jenis, keragaman, dan frekuensi konsumsinya Cameron dan Stavern
dalam Pradesha, 2004. Berdasarkan pengertian di atas, maka perubahan pola konsumsi beras pada
rumah tangga dapat dianalisis melalui variabel- variabel diantaranya frekuensi konsumsi, jumlah konsumsi, jenis beras, frekuensi dan jumlah pembelian, tempat
pembelian serta jenis pangan lainnya apabila konsumen tidak lagi menjadikan beras sebagai makanan pokoknya.
Pembentukan pola konsumsi beras pada rumah tangga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan
pengaruh yang berasal dari rumah tangga yaitu pendapatan rumah tangga, jumlah konsumsi beras, jumlah pembelian beras dan kelas sosial. Faktor eksternal adalah
pengaruh yang berasal dari luar lingkungan rumah tangga, yaitu harga beras.
Setelah harga beras mengalami peningkatan, perubahan pola konsumsi beras rumah tangga dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang
membentuk pola konsumsi beras. Secara skematik kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan kerangka pemikiran operasional maka dapat
diturunkan hipotesis sebagai berikut : 1. Terjadinya perubahan pola konsumsi terlihat dari jenis dan kualitas beras
yang semakin rendah dan frekuensi pembelian beras yang cenderung berubah. Pada frekuensi dan jumlah konsumsi beras, jumlah pembelian dan tempat
pembelian beras tidak berubah setelah harga beras mengalami kenaikan. 2. Perubahan pola konsumsi beras dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga,
jumlah konsumsi, jumlah pembelian, kelas sosial serta harga beras itu sendiri.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
• Jumlah penduduk yang meningkat
setiap tahun •
Permintaan beras nasional tinggi
Persediaan beras tidak mencukupi Terjadi kelangkaan beras di pasar
Kenaikan harga beras
Peningkatan produksi beras yang lebih kecil dibanding
kenaikan jumlah penduduk
Perubahan Pola Konsumsi rumah tangga:
• Frekuensi Konsumsi Beras
• Jumlah Konsumsi Beras
• Jenis dan kualitas beras
• Frekuensi Pembelian Beras
• Jumlah Pembelian beras
• Tempat Pembelian Beras
Faktor internal : •
Pendapatan rumah tangga •
Jumlah konsumsi beras •
Jumlah pembelian beras •
Kelas Sosial Faktor eksternal :
• Harga beras
III. METODE PENELITIAN