Hasil Pene litian Terdahulu

Menurut Sumarwan 2002, masyarakat Indonesia secara tidak disadari sering mengelompokan masyarakat ke dalam beberapa kelas, misalnya kelas bawah, kelas menengah, dan kelas atas. Tiga kelas tersebut yang paling banyak disajikan di dalam berbagai media. Namun, sampai saat ini belum ada studi yang mendalam apa kriteria bagi ketiga kelas tersebut. Kelas sosial sebenarnya menggambarkan suatu konsep yang kontinus, yaitu suatu penggolongan kelas dari yang paling rendah sampai yang paling atas. Engel et. al 1994 mengelompokkan konsumen menjadi enam kelas sosial, yaitu : atas-atas, atas-bawah, menengah- atas, menengah-bawah, bawah-atas dan bawah-bawah. Untuk memudahkan penelitian, pembagian kelas tersebut disederhanakan menjadi beberapa strata, yaitu kelas bawah, kelas menengah dan kelas atas.

2.8 Hasil Pene litian Terdahulu

Perilaku konsumen terhadap produk dan jasa selalu berkembang sehingga telah banyak dilakukan penelitian sebelumnya antara lain oleh Suryana 2003, Pradesha 2004 dan Lastry 2006. Suryana 2003 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian beras domestik dan impor di Kecamatan Bojong Tengah berdasarkan kelas sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian beras domestik dan impor. Konsumen dibagi ke dalam tiga kelas sosial yaitu kelas atas, menengah dan bawah. Pengolahan data dengan analisis faktor menghasilkan bahwa terdapat tiga komponen utama yang dipertimbangkan konsumen pada setiap kelas dalam memutuskan untuk membeli beras dan mengkonsumsi beras domestik dan impor. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kelas sosial mengakibatkan perbedaan perilaku konsumen dalam hal preferensi, cara berpikir, dan pengambilan keputusan. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang mempengaruhi responden kelas bawah dalam memutuskan untuk membeli beras adalah keragaman jenis beras di toko, perolehan informasi dari penjual, dapat membeli dengan cara berhutang, lokasi penjual dan daya tahan beras. Variabel yang dominan pada kelas menengah adalah rasa beras, kepulenan beras, daya tahan beras dan kenyamanan lokasi pembelian. Sedangkan variabel yang mempengaruhi konsumen kelas atas yaitu beragam jenis beras yang dijual, pengetahuan tentang beras, kemasan beras, iklan beras dan keutuhan butir beras. Pradesha 2004 melakukan penelitian mengenai perubahan pola konsumsi beras rumah tangga setelah dihapuskannya tunjangan beras secara natura pada konsumen pegawai negeri sipil Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian. Berdasarkan surat keputusan SK Presiden No. 9 tahun 1982 diberlakukan tunjangan beras secara natura yang diperuntukan bagi PNS dan TNIPolri. Pada tahun anggaran 2000, kebijakan tersebut diganti menjadi kebijakan dalam bentuk uang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan pola konsumsi beras akibat terjadinya perubahan kebijakan tersebut. Pola konsumsi beras dilihat dari frekuensi konsumsi, jumlah konsumsi beras, kualitas beras, frekuensi dan lokasi tempat pembelian beras. Hasil analisis menunjukkan bahwa penghapusan kebijakan tunjangan beras dalam bentuk natura secara keseluruhan tidak mengubah seluruh pola konsumsi beras rumah tangga PNS. Perubahan pola konsumsi beras hanya terjadi pada variabel tempat pembelian dan jenis beras yang dikonsumsi. Setelah diberlakukannya kebijakan tersebut jenis beras yang dikonsumsi menjadi lebih baik. Perubahan tunjangan dalam bentuk beras menjadi bentuk uang menyebabkan rumah tangga lebih leluasa memilih jenis beras yang dikonsumsi yang dalam hal ini mencerminkan kualitas. Perubahan tempat pembelian terjadi pada setiap golongan PNS, khususnya pada golongan III dimana rumah tangga yang membeli beras di supermarket meningkat. Variabel lain seperti jumlah konsumsi, frekuensi pembelian dan frekuensi konsumsi tidak mengalami perubahan secara umum. Dari segi kuantitas konsumen tetap mempertahankan jumlah konsumsinya walaupun ada sebagian rumah tangga yang mengurangi jumlah konsumsi terhadap beras. Lastry 2006 meneliti mengenai pola konsumsi beras rumah tangga di kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola konsumsi beras rumah tangga di kota Bogor dan faktor- faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian dan sediaan beras minimum pada rumah tangga di kota Bogor. Rumah tangga dikelompokkan menjadi tiga tipe berdasarkan kelas sosial, yaitu rumah tangga kelas bawah, rumah tangga kelas menengah dan rumah tangga kelas atas. Hasil penelitian dengan menggunakan statistik uji MANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pola konsumsi beras pada tiga tipe rumah tangga dalam hal frekuensi dan jumlah konsumsi beras, frekuensi dan jumlah pembelian beras, lokasi pembelian, dan jumlah sediaan minimum. Frekuensi konsumsi beras tertinggi ada pada rumah tangga kelas bawah dan jumlah konsumsi beras terendah pada kelas menengah. Rumah tangga kelas bawah menempati urutan tertinggi dalam frekuensi pembelian beras dan berada pada urutan terakhir untuk jumlah pembelian beras. Variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap jumlah pembelian beras adalah frekuensi pembelian, jumlah anggota rumah tangga dan pendapatan. Lokasi pembelian beras dipengaruhi oleh gaya hidup masing- masing tipe rumah tangga. Dan untuk jumlah sediaan minimum dipengaruhi oleh frekuensi pembelian dan pendapatan. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa konsumen dapat digolongkan atas beberapa kelas sosial. Pengelompokan konsumen menjadi beberapa kelas sosial mempengaruhi sikap serta keputusan konsumen dalam mengkonsumsi beras. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu penulis ingin mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi beras pada penelitian di atas juga mempengaruhi pola konsumsi beras pada rumah tangga dalam bentuk mengurangi konsumsi atau tetap mengkonsumsi atau mengganti dengan jenis pangan lain setelah terjadi lonjakan harga beras. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis dampak kenaikan harga beras yang terjadi di Indonesia terhadap pola konsumsi beras pada rumah tangga dan faktor- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perubahan pola konsumsi beras rumah tangga tersebut.

2.9 Kerangka Pemikiran Operasional