Jumlah Pembelian Beras Analisis Perubahan Pola Konsumsi Beras

sosial terhadap perubahan jenis beras yang dikonsumsi dijelaskan oleh nilai odds ratio yakni sebesar 35,79. Hal ini berarti peluang terjadinya perubahan frekuensi pembelian beras pada rumah tangga kelas bawah akan meningkat 35,79 kali dibandingkan dengan rumah tangga kelas atas. Variabel D2 dengan nilai koefisien positif menunjukkan bahwa rumah tangga kelas menengah cenderung untuk mengubah frekuensi pembelian berasnya ketika harga beras naik. Nilai odds ratio sebesar 25,41 memberi arti bahwa peluang rumah tangga kelas menengah untuk mengubah frekuensi pembelian berasnya lebih besar 25,41 kali dibandingkan dengan rumah tangga kelas atas. Hal ini berarti rumah tangga kelas bawah dan menengah cenderung akan mengubah frekuensi pembelian berasnya dibandingkan dengan rumah tangga kelas atas.

4.2.5 Jumlah Pembelian Beras

Perubahan jumlah beras yang dibeli setiap kali melakukan pembelian dapat dilihat pada Tabel 17. Berdasarkan data yang diperoleh, terjadi perubahan jumlah pembelian pada responden di setiap kelas sosial. Peningkatan jumlah pembelian beras secara eceran terjadi pada respoden kelas bawah. Hal ini diduga disebabkan ketidakmampuan dan keterbatasan sumberdaya ekonomi responden kelas bawah dalam membeli beras jumlah besar karena tingginya harga beras tersebut. Responden lebih memilih untuk membeli beras setiap hari karena pendapatan yang diperoleh rumah tangga kelas bawah tidak menentu dan bersifat harian. Sehingga responden melakukan pembelian sesuai dengan ketersediaan uang dan kebutuhan untuk hari itu saja. Tabel 17. Perubahan Jumlah Pembelian setiap kali membeli beras Kelas Sosial Kelas Bawah Kelas Menengah Kelas Atas Total Jumlah Pembelian Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah 1 kg 4 10 1 1 5 11 1-5 kg 17 21 3 6 20 27 5-20 kg 14 8 18 10 11 10 43 28 20 kg 5 1 18 23 9 10 32 34 Pada responden kelas menengah dan kelas atas terjadi peningkatan jumlah pembelian beras dalam jumlah besar per frekuensi pembelian. Hal ini diakibatkan meningkatnya frekuensi pembelian pada kedua kelas ini. Frekuensi pembelian yang lebih jarang mengakibatkan responden membeli beras dalam jumlah besar. Dengan sumberdaya ekonomi yang ada, responden pada kelas ini memilih membeli beras dalam jumlah besar untuk mencukupi kebutuhan selama satu bulan. Disamping itu, harga beras yang semakin tinggi menyebabkan responden khawatir apabila di kemudian hari harga beras terus mengalami kenaikan. Sehingga untuk berjaga-jaga apabila harga beras semakin tinggi dan ketersediaannya di pasar semakin berkurang, responden melakukan pembelian beras dalam jumlah besar. Secara keseluruhan, jumlah pembelian beras kurang dari satu kilogram, 1 - 5 kilogram dan lebih dari 20 kg mengalami peningkatan yaitu sebesar enam persen, tujuh persen dan dua persen. Penurunan jumlah pembelian 5 - 20 kg yaitu sebesar 15 persen. Pembelian beras lebih dari 20 kg paling banyak dilakukan oleh responden kelas menengah dan atas, hal ini diduga dilakukan responden karena merasa khawatir apabila harga beras terus melambung tinggi. Perubahan jumlah pembelian beras setelah harga beras mengalami kenaikan tidak tampak secara nyata, hal ini ditunjukkan melalui uji Chi-Square. Hasil uji diperoleh bahwa nilai ?-value lebih besar dari nilai a 0,05. Dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga beras tidak berdampak signifikan terhadap penentuan jumlah beras yang yang dibeli tiap frekuensi pembelian beras.

4.2.6 Tempat Pembelian Beras