Jumlah Konsumsi Beras Jenis Beras

sereal 4, namun terjadi peningkatan jumlah responden yang mengkonsumsi mie instan sebesar 10 persen. Tabel 11. Perubahan Jumlah Responden yang Mengkonsumsi Pangan Lain Kelas Sosial Kelas Bawah Kelas Menengah Kelas Atas Total Jenis Pangan Lain Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Mie Instan 34 40 31 35 10 10 75 85 Roti 17 10 29 20 18 18 64 48 Sereal 4 10 10 14 10 Kentang 10 10 12 12 22 22 Keterangan : Jawaban boleh lebih dari satu Perubahan jumlah responden yang mengkonsumsi jenis pangan lain setelah kenaikan harga beras dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil dari uji ini diperoleh bahwa perubahan jumlah responden yang mengkonsumsi jenis pangan lain setelah kenaikan harga beras tidak terlihat secara nyata. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ?-value lebih besar dari nilai a 0,05. Dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga beras tidak berdampak secara signifikan terhadap jumlah responden yang mengkonsumsi jenis pangan lain selain beras.

4.2.2 Jumlah Konsumsi Beras

Tabel 12 menyajikan perubahan jumlah konsumsi beras sebelum dan setelah kenaikan harga beras. Responden tidak dapat menyebutkan secara pasti jumlah konsumsi berasnya per hari sehingga peneliti menggunakan selang jumlah konsumsi beras untuk membantu responden. Secara keseluruhan, diperoleh peningkatan jumlah responden yang mengkonsumsi beras kurang dari 1 kilogram 4 dan penurunan konsumsi beras 1 -2 kg dan lebih dari 2 kg masing- masing sebesar dua persen. Penurunan jumlah konsumsi beras terjadi pada responden kelas bawah dan menengah. Hal ini diduga disebabkan oleh keterbatasan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh rumah tangga kelas bawah sehingga responden memutuskan untuk mengurangi konsusmi beras. Untuk rumah tangga kelas menengah, penurunan jumlah konsumsi beras disebabkan reponden ingin menjaga kesehatan sehingga mengurangi konsumsi beras. Tabel 12. Perubahan Jumlah Konsumsi Beras per hari Kelas Sosial Kelas Bawah Kelas Menengah Kelas Atas Total Jumlah Konsumsi Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah 1 kg 20 23 19 20 8 8 47 51 1-2 kg 15 12 19 20 10 10 44 42 2 kg 5 5 2 2 2 9 7 Perubahan jumlah konsumsi beras setelah kenaikan harga beras dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil dari uji ini diperoleh bahwa perubahan jumlah konsumi beras per hari setelah kenaikan harga beras tidak terlihat secara nyata. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ?-value lebih besar dari nilai a 0,05. Dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga beras tidak berdampak secara signifikan terhadap jumlah konsumsi beras per hari rumah tangga responden.

4.2.3 Jenis Beras

Perubahan jenis beras yang dikonsumsi rumah tangga pada setiap kelas sosial disajikan pada Tabel 13. Pada rumah tangga kelas bawah terdapat peningkatan responden yang mengkonsumsi beras jenis IR-64 dan penurunan pada responden yang mengkonsumsi beras jenis Setra Ramos dan Rojolele. Hal ini diduga karena ketidakmampuan responden kelas bawah untuk membeli jenis beras yang biasa mereka konsumsi, sehingga mereka memutuskan untuk mengkonsumsi beras berkualitas rendah dengan harga yang lebih murah. Responden kelas bawah juga memiliki keterbatasan untuk memutuskan jenis beras yang akan mereka konsumsi karena jenis beras yang tersedia di warung tempat yang paling sering dituju responden kelas bawah untuk membeli beras tidak beragam, hanya terdapat dua sampai tiga jenis beras saja yaitu beras dengan merek dagang IR-64, Setra Ramos, dan Rojolele. Selain itu, keterbatasan sumberdaya ekonomi yang mereka miliki menyebabkan responden pada kelas ini lebih mengutamakan harga beli sebagai kriteria utama dalam memutuskan jenis beras yang akan dikonsumsi. Tabel 13. Perubahan Jenis Beras yang Dikonsumsi Kelas Sosial Kelas Bawah Kelas Menengah Kelas Atas Total Jenis Beras Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah IR-64 24 33 2 4 26 37 Setra Ramos 9 5 4 14 2 2 15 21 Cianjur 1 1 4 8 5 9 Rojolele 6 1 20 10 5 5 31 16 Pandan Wangi 10 4 13 13 23 17 Responden kelas menengah dan atas memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih baik untuk memutuskan jenis beras yang akan dikonsumsi sehingga jenis beras yang dikonsumsi pun beragam. Setelah harga beras naik, terdapat perubahan jenis beras yang dikonsumsi responden kelas menengah. Mereka menurunkan kualitas beras karena harga beras yang biasa dikonsumsi terlampau tinggi. Responden pada kelas ini memutuskan untuk beralih dan membeli beras dengan kualitas yang lebih rendah dan harga terjangkau agar pengeluaran untuk makanan khususnya beras tetap sama seperti sebelum harga beras naik. Pada Tabel 13, penurunan kualitas beras yang dikonsumsi terjadi untuk beras jenis Rojolele dan Pandan Wangi yaitu sebesar 25 persen dan 15 persen, diikuti dengan peningkatan responden yang mengkonsumsi beras IR-64, Setara Ramos dan Cianjur masing- masing sebesar lima persen, 25 persen dan 10 persen. Pada responden kelas atas tidak terjadi perubahan pada jenis beras yang dikonsumsi karena responden lebih mengutamakan rasa dan kualitas dari beras yang akan mereka konsumsi. Secara keseluruhan peningkatan untuk responden yang mengkonsumsi beras jenis IR-64, Setra Ramos dan Cianjur masing- masing sebesar 11 persen, enam persen dan empat persen. Diikuti dengan penurunan untuk konsumsi beras jenis Rojolele dan Pandan Wangi masing- masing sebesar 15 persen dan 6 persen. Perubahan jenis beras yang dikonsumsi responden setelah kenaikan harga beras terlihat secara nyata, hal ini ditunjukkan melalui uji Chi-Square. Hasil uji diperoleh bahwa nilai ?-value lebih kecil dari nilai a 0,05. Dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga beras berdampak signifikan terhadap pemilihan jenis beras yang dikonsumsi. Perubahan yang nyata pada keputusan jenis beras yang dikonsumsi ini diakibatkan oleh berbagai faktor yang dapat dijelaskan melalui hasil analisis regresi logistik pada Tabel 14 dan secara keseluruhan model tersebut dapat dikatakan cukup baik. Hasil pendugaan dengan model regresi logit diperoleh nilai log-likelihood sebesar -59,226 nilai G sebesar 11,037 signifikan pada a = 0,004 yang artinya terdapat paling sedikit satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap perubahan kualitas beras yang dikonsumsi. Hasil pendugaan dengan model regresi logistik selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 14. Hasil Analisis Regresi Logit Perubahan Jenis Beras yang Dikonsumsi Predictor Coef SE Coef Z P Odds Ratio Constant 0,742036 0,627336 1,18 0,237 Yrt -0,0000003 0,0000001 -2,75 0,006 1,00 Jmlh Konsumsi -0,0148480 0,0162922 -0,91 0,362 0,99 Variabel Value Count Log-Likelihood = -59,226 Y 1 35 event G = 11,037; DF = 2; 0 65 P-Value = 0,004 Total 100 Variabel pendapatan rumah tangga Yrt berpengaruh nyata dalam model regresi logit tersebut pada taraf nyata a 0,05 dengan arah negatif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan yang diperoleh rumah tangga maka rumah tangga tersebut cenderung untuk tidak mengubah mengubah pola konsumsinya dalam hal ini menurunkan kualitas beras yang dikonsumsi. Berdasarkan nilai odds ratio pendapatan rumah tangga sebesar 1,00 disimpulkan bahwa semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka peluang perubahan jenis beras yang dikonsumsi rumah tangga lebih besar 1,00 kali daripada peluang untuk tidak berubah. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka peluang rumah tangga untuk mengubah jenis berasnya sebanding sama besar dengan peluang rumah tangga untuk tidak mengubah jenis berasnya. Kondisi ini menggambarkan kenyataan dimana rumah tangga dengan pendapatan yang tinggi tidak perlu khawatir akan kenaikan harga beras, karena mereka memiliki daya beli yang tinggi dan lebih mengutamakan rasa serta kualitas dari beras yang akan dikonsumsi. Dengan demikian, rumah tangga dengan pendapatan tinggi cenderung untuk tidak menurunkan kualitas berasnya. Variabel jumlah konsumsi beras rumah tangga per bulan tidak berpengaruh nyata pada α 0,05 dengan nilai koefisien negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar jumlah beras yang dikonsumsi maka perubahan jenis beras oleh rumah tangga cenderung kecil. Nilai odds ratio sebesar 0,99 menunjukkan bahwa semakin besar jumlah konsumsi beras maka peluang perubahan jenis beras rumah tangga lebih besar 0,99 kali dibandingkan peluang untuk tidak berubah. Semakin besar jumlah konsumsi beras rumah tangga maka semakin rendah peluang perubahan jenis beras yang dikonsumsi.

4.2.4 Frekuensi Pembelian Beras