dalam sepekan siswa slow learner melakukan pembelajaran di kelas yang berbeda.
Dalam proses pembelajaran matematika di kelas inklusif SMP Negeri 7 Salatiga terdiri dari tiga tahap, tahap tersebut meliputi tahap prainstruksional
pendahuluankegiatan awal, tahap instruksional kegiatan inti, dan tahap penutup. Hal tersebut sudah sejalan dengan tahap-tahap pembelajaran sesuai
dengan Depdiknas 2008: 10.
4.3.2.1 Tahap PrainstruksionalPendahuluan
Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik merupakan suatu kewabijan yang dilakukan guru matematika di dalam pelaksanaan pembelajaran matematika
di kelas inklusif SMP Negeri 7 Salatiga tidak terkecuali tehadap siswa slow learner. Persiapan psikis siswa dilakukan oleh guru pelajaran matemtika dengan
cara menciptakan sebuah obrolan ringan terkait kegiatan siswa sebelum berangkat menuju sekolah ataupun hal yang lain yang bersifat santai. Sedangkan persiapan
fisik siswa guru pelajaran matematika mengajak seluruh siswa untuk menyerukan sebuah jargon yang berkaitan dengan matematika dengan gerakan tarian
sederhana, hal tersebut bertujuan agar semangat siswa untuk belajar matematika muncul dan siswa tidak merasa ngantuk. Dan tenyata siswa slow leaner yang
terlihat belum siap dalam menerima pelajaran, setelah memperoleh tindakan pengkondisian oleh guru berupa obrolan santai dan jargon gembira ria siswa slow
learner menjadi fokus dan tertarik dengan pembelajaran.
Selain menyiapkan psikis dan fisik siswa, guru pelajaran matematika juga menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai
sebelum menjelaskan materi yang diajarkan. Pada tahap pendahaluan guru matematika berusaha membangkitkan
pengetahuan siswa terkait materi yang sudah di pelajari pada pertemuan sebelumnya baik untuk siswa reguler maupun untuk siswa slow learner.
Pertanyaaan yang diberikan guru terhadap siswa reguler dan siswa slow learner sama dalam menggali pengetahuan yang dimiliki siswa, namun yang dibedakan
adalah tingkat kesukaran pertanyaan tersebut. Apabila siswa slow learner tetap mengalami kesulitan, guru pelajaran matematika memancing siswa slow learner
dengan “clue” yang berhubungan dengan materi tersebut hingga siswa dapat
menjawab dengan benar.
4.3.2.2 Tahap InstruksionalKegiatan Inti
Beragam metode pembelajaran yang digunakan guru di dalam kegiatan inti ini. Pada contoh materi tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat,
guru menjelaskan materi tersebut menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi secara runtut dan menggunakan papan tulis sebagai alat bantu
dalam menggambarkan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dalam bentuk garis bilangan, dan perhatian terpusat pada aktifitas guru di depan. Ketika
guru mengajukan pertanyaan khususnya kepada siswa slow learner mengenai penjumlahan bilangan bulat menggunakan garis bilangan di papan tulis, siswa
slow learner tidak bisa menjawab dan merasa asing dengan garis bilangan dipapan tulis. Berkaca dari respon siswa slow learner ternyata penggunaan metode
ceramah yang memusatkan seluruh perhatian ke guru pelajaran matematika, dirasa kurang berhasil dalam menanamkan pengetahuan terkait materi bagi siswa slow
learner. dikarenakan karakteristik siswa slow learner yang sulit berkonsentrasi. Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT Numberd
Head Together dengan metode diskusi kelompok. Guru pelajaran matematika juga menggunakan media kartu beda warna sebagai alat peraga dalam materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Dalam metode diskusi kelompok guru membebaskan siswa untuk memilih sendiri angota kelompoknya. Guru juga
menggunaka media LKS sebagai media bantu dalam melakukan metode diskusi kelompok. Di dalam diskusi kelompok terjadi berbagai macam interaksi antara
siswa slow learner dengan siswa reguler yang merupakan rekan satu kelompoknya, interaksi tersebut tercermin dari munculnya tutor sebaya dimana
ketika siswa slow leaner kesulitan untuk menyelesaikan soal siswa reguler yang merupakan rekan sekelompoknya dengan sabar membimbing siswa slow learner
dalam mengerjakan soal. Dalam kegiatan diskusi kelompok guru pelajaran matematika selalu berkeliling disetiap kelompok untuk memantau dan
membimbing siswa apabila mengalami kesulitan tak terkecuali terhadap siswa slow learner. Hasil dari diskusi setiap kelompok dipresentasikan di depan kelas,
semua siswa mendapat kesempatan yang sama untuk mempresentasikan di depan kelas termasuk siswa slow learner yang memiliki keberanian untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Menggunakan metode pembelajaran diskusi kelompok ternyata memberikan dampak yang sangat besar terhadap
respon siswa slow learner proses pembelajaran matematika, dibandingkan
dengan metodel ceramah, terlihat dari timbulnya interaksi anatara guru dengan siswa slow learner , siswa reguler dengan siswa slow learner. Begitupun pada
aspek keaktifan, karena metode ini siswa slow learner mau dan mampu dalam mengkomunikasikan hasil diskusi di depan kelas. Selain itu penggunaan metode
diskusi kelompok juga dapat membina hubungan antar pribadi, antara lain; 1 Siswa mempunyai sifat toleran dan simpati terhadap siswa lain, 2 Menampilkan
kegairahan dan kesungguhan siswa, 3 Menjadi pengelola interaksi antar pribadi.
4.3.2.3 Tahap Penutup