2.5 Slow Learner Anak Lamban Belajar
2.5.1 Pengertian Slow Learner
Slow Learner adalah anak yang memiliki potensial intelektual sedikit di bawah anak normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita IQ antara 80-85 atau
80 – 90. Dalam beberapa hal anak ini mengalami hambatan atau keterlambatan
berpikir, merespon rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita. Mereka membutuhkan waktu
belajar lebih lama dibanding dengan teman sebayanya sehingga mereka memerlukan layanan khusus.
Masi G 1998 menyatakan “A slow learner is not a distinctive category; it is a term necessary academic skills, but at rate and depth below average same
age peers‟, Artinya slow learner merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan siswa yang memiliki kemampuan dan ketrampilan akademik,
namun pada tingkat di bawah rata – rata teman seusianya.
Slow learner adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran
selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang Burton, dalam Sudrajat, 2008.
Slow learner yaitu suatu istilah non teknis yang dengan berbagai cara dikenakan pada anak-anak yang sedikit terbelakang secara mental, atau yang
berkembang lebih lambat dari pada kecepatan normal. Chaplin, 2005 : 468
Namun secara garis besar slow learner adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam
beberapa hal mereka mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan
tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang anak normal seusianya.
2.5.2 Karakteristik Slow Learner
Chauhan 2011: 282 “Characteristics of slow learner can be systematically listed out: 1 limited cognitive capacity, 2 Poor memory, 3 Distraction and lack
of concentration, 4 inability to express ideas‟. Artinya setiap ABK memiliki karakteristik ciri-ciri tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Adapun karakteristik ABK slow learner yaitu: 1 Kapasitas kognitif terbatas, 2 daya ingat rendah, 3 mempunyai gangguan dalm berkonsentrasi, 4
ketidakmampuan menyampaikan ide dengan cepat. Slow learner mempunyai karakteristik tertentu yang membedakannya dari
anak normal. G.L. Reddy, R. Ramar, dan A. Kusuma 2006: 6-18 menjelaskan empat karakteristik slow learner, ditinjau dari beberapa faktor penyebabnya, yaitu
sebagai berikut. a Keterbatasan Kapasitas Kognitif
Keterbatasan kapasitas kognitif membuat slow learner mengalami beberapa hambatan dalam proses pembelajaran, anatara lain: 1 tidak berhasil
mengatasi situasi belajar dan berpikir abstrak; 2 mengalami kesulitan dalam operasi berpikir kompleks; 3 proses pengembangan konsep atau generalisasi ide
yang mendasari tugas sekolah, khususnya bahasa dan matematika, rendah; dan 4
tidak dapat menggunakan dengan baik strategi kognitif yang penting untuk proses retensi G.L. Reddy, R. Ramar, dan A. Kusuma, 2006: 6-7.
b Daya Ingat Rendah Minimnya respon terhadap informasi yang diberikan merupakan salah satu
faktor penyebab slow learner mempunyai daya ingat yang rendah. slow learner tidak dapat menyimpan informasi dalam jangka panjang dan tidak dapat
memanggil kembali informasi tersebut ketika dibutuhkan G.L. Reddy, R. Ramar, dan A. Kusuma, 2006: 7-10.
c Gangguan dan Kurang Konsentrasi Slow learner mempunyai tingkatan perhatian dan daya konsentrasinya
relatif rendah. Slow learner tidak dapat berkonsentrasi dalam pembelajaran yang disampaikan secara verbal lebih dari tiga puluh menit G.L. Reddy, R. Ramar, dan
A. Kusuma, 2006: 10. d Ketidakmampuan Mengungkapkan Ide
Kesulitan dalam
menemukan dan
mengombinasikan kata,
ketidakdewasaan emosi, dan sifat pemalu membuat anak lamban belajar tidak mampu berekspresi atau mengungkapkan ide. Slow learner sering menggunakan
bahasa tubuh daripada bahasa lisan. Selain itu, kemampuan slow learner dalam mengingat pesan dan mendengarkan instruksi rendah G.L. Reddy, R. Ramar, dan
A. Kusuma, 2006: 10-11. Karakteristik slow learner akan terlihat dalam proses pembelajaran. Steven
R. Shaw 2010: 15 mengidentifikasi beberapa karakteristik slow learner yang dapat diidentifikasi dalam proses pembelajaran, antara lain: a anak memiliki
kecerdasan dan prestasi akademik yang rendah, tetapi berbeda dari anak dengan masalah kognisi atau berkesulitan belajar; b anak dapat menunjukkan prestasi
yang lebih tinggi ketika informasi disampaikan dalam bentuk konkret, tetapi akan mengalami kesulitan mempelajari konsep dan pelajaran yang bersifat abstrak; c
anak mengalami kesulitan dalam mentransfer dan mengeneralisasi keterampilan, ilmu, dan strategi; d anak mengalami kesulitan kognitif dalam mengorganisasir
materi baru dan mengasimilasi informasi baru ke dalam informasi sebelumnya; e anak mengalami kesulitan dalam tujuan jangka panjang dan manajemen waktu; f
anak membutuhkan tambahan waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas, serta latihan tambahan untuk mengembangkan keterampilan akademik yang setingkat
dengan teman sebayanya; g motivasi belajar siswa hampir selalu berkurang; h siswa mempunyai konsep diri yang rendah dan dapat menyebabkan permasalahan
emosi dan tingkah laku; dan i siswa berisiko tinggi drop out. Pendapat senada juga dikemukakan Munawir Yusuf 2005: 111
mengidentifikasi beberapa gejala atau karakteristik slow learner, meliputi: a rata- rata prestasi belajar rendah, biasanya kurang dari enam; b sering terlambat dalam
menyelesaikan tugas-tugas akademik, jika dibandingkan teman sekelasnya; c daya tangkap terhadap pelajaran lambat; dan d pernah tinggal kelas.
Dari beberapa pendapat mengenai karakteristik slow learner, difokuskan dalam beberapa karakteristik di dalam penelitian ini, yaitu; a tidak berhasil
mengatasi situasi belajar dan berpikir abstrak; b mengalami kesulitan dalam operasi berpikir kompleks; c proses pengembangan konsep atau generalisasi ide
yang mendasari tugas sekolah, khususnya untuk bahasa dan matematika, rendah;
d memori atau daya ingat rendah; e tingkatan perhatian dan daya konsentrasinya relatif rendah; f tidak mampu berekspresi atau mengungkapkan ide; g
mengalami kesulitan hampir pada semua mata pelajaran yang berhubungan dengan hafalan dan pemahaman; h mempunyai hasil belajar yang lebih rendah
dibandingkan teman-teman sekelasnya; i memiliki emosi yang kurang stabil; j biasanya kurang baik dalam bersosialisasi; k sering terlambat dalam
menyelesaikan tugas akademik dan nonakademik, jika dibandingkan teman sekelasnya; l pernah tinggal kelas; m anak membutuhkan pemeriksaan
perkembangan, perbaikan, dan penghargaan yang lebih intensif dan secara berkala; n kosa kata lebih terbatas; o mempunyai ruang minat yang sempit; dan
p mempunyai kepercayaan diri yang rendah.
2.6 Pendidikan Inklusif