Model Pendidikan Inklusif Pendidikan Inklusif

c Menyusun program pembelajaran individual bersama dengan guru pembimbing khusus. d Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan mengadakan penilaian kegiatan belajar mengajar untuk mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. e Memberikan program remidi pengajaran, pengayaan percepatan bagi peserta didik yang membutuhkan. Tugas Guru Pendidikan Khusus antara lain sebagai berikut: a Menyusun instrumen asesmen pendidikan bersama dengan guru kelas dan guru mata pelajaran. b Membangun sistem koordinasi antara guru , pihak sekolah dan orang tua peserta didik. c Melaksanakan pendampingan anak berkebutuhan khusus pada kegiatan pembelajaran bersama dengan guru kelas maupun guru mata pelajaran. d Memberikan bantuan layanan khusus bagi anak- anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas umum, berupa remidi ataupun pengayaan. e Memberikan bimbingan secara berkesinambungan dengan membuat catatan khusus kepada anak – anak berkebutuhan khusus selama mengikuti kegiatan pembelajaran, yang dapat dipahami jika terjadi pergantian guru. f Memberikan bantuan berbagi pengalaman pada guru kelas dan atau guru mata pelajaran agar mereka dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada anak – anak berkebutuhan khusus.

2.6.5 Model Pendidikan Inklusif

Pada dasarnya pendidikan inklusif mempunyai dua model Frida,2014. Model yang pertama adalah inklusif penuh full inclusion yang mengikutsertakan siswa berkebutuhan khusus untuk menerima pembelajaran individual dalam kelas reguler. Model yang kedua adalah inklusif parsial partial inclusion yang mengikutsertakan siswa berkebutuhan khusus dalam sebagian pembelajaran yang berlangsung di kelas reguler dan sebagian lagi di dalam kelas – kelas khusus yang dibantu oleh guru pembimbing khusus. Model pendidikan inklusif yang diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia yaitu model pendidikan inklusif Moderat. Pendidikan model moderat tersebut adalah model pendidikan inklusif yang memadukan antara pendidikan ABK dengan pendidikan reguler, biasanya disebut model mainstreaming. Siswa berkebutuhan khusus digabungkan ke dalam kelas reguler hanya untuk beberapa waktu saja. Menurut Geonifan 2010: 64, penempatan siswa berkebutuhan khusus dalam sekolah inklusif dapat dilakukan dengan beberapa model yaitu. a Kelas Reguler Dalam model ini, siswa berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain normal sepanjang hari di kelas reguler dengan menggunakan kurukilum yang sama. b Kelas Reguler dengan Cluster Dalam model ini, siswa berkebutuhan khusus belajar bersama – sama anak lain di kelas reguler dalam kelompok khusus. c Kelas Reguler dengan Pull Out Dalam model ini, siswa berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain di kelas reguler namun dalam waktu tertentu siswa berkebutuhan khusus tersebut ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber belajar untuk belajar bersama guru pembimbing khusus GPK. d Kelas Reguler dengan cluster dan pull out Dalam model ini, siswa berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain normal di kelas reguler dalam kelompok khususdan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar bersama dengan guru pembimbing khusus. e Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian Dalam model ini, siswa berkebutuhan khusus belajar di kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam bidang- bidang tertentu dapat belajar bersama anak lain normal di kelas reguler. f Kelas khusus penuh di sekolah reguler Siswa berkebutuhan khusus belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler.

2.6.6 Kurikulum Sekolah Inklusif