PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pengaruh Kadar Air Awal, Wadah dan Periode SImpan terhadap Viabilitas Benih Suren (Toona sureni Merr)
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan bahan baku industri kayu menuntut semakin besarnya penyediaan kayu, sehingga mendorong
timbulnya konversi hutan, perambahan hutan, penebangan liar, dan sebagainya yang mengancam kelestarian hutan. Salah satu upaya untuk mengatasi
ketimpangan penyediaan kayu yang menurun serta permintaan yang besar yaitu dengan mengembangkan hutan rakyat. Oleh karena itu, pembangunan hutan
rakyat memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan Suryandari dan Puspitojati, 2003.
Jenis pohon yang diusahakan untuk pembangunan hutan rakyat adalah jenis pohon yang memiliki hasil lainnya selain kayu sebagai hasil utama.
Keinginan itu mendorong untuk memilih jenis-jenis pohon yang memberikan manfaat serbaguna multi purpose tree species. Hutan rakyat diharapkan mampu
menghasilkan berbagai komoditi yang dibutuhkan masyarakat, baik berupa bahan pangan, pakan ternak, tanaman obat, kayu bakar, maupun kayu untuk
pembangunan tempat tinggal dan berbagai peralatan rumah tangga Sumarna, 2001.
Suren Toona sureni merupakan salah satu jenis pohon yang dapat
dikembangkan untuk pembangunan hutan rakyat. Suren memiliki nilai ekonomi tinggi, memiliki daur pendek dan disukai oleh masyarakat untuk bahan bangunan.
Oleh karena itu, pohon suren telah banyak dikembangkan oleh petani hutan rakyat terutama di Jawa Barat sebagai salah satu jenis pohon untuk pembangunan hutan
rakyat Suryandari dan Puspitojati, 2003. Menurut Djam’an 2000, di perkebunan teh tanaman suren digunakan sebagai tanaman penyekat angin wind
break dan tanaman sela. Sedangkan masyarakat menanam tanaman ini di tepi
sawah maupun di antara tanaman-tanaman palawija yang berfungsi sebagai penangkal hama dan penyakit. Oleh karena itu, budidaya pohon ini sangat
dianjurkan untuk pemenuhan kebutuhan kayu masyarakat. Untuk memperoleh tanaman yang baik maka perlu digunakan benih
berkualitas baik. Menurut Sadjad 1993, mutu benih mencakup tiga hal yang
2 tidak terpisahkan yaitu: mutu fisik, mutu fisiologis, dan mutu genetik. Benih
bermutu fisik yang baik adalah benih yang bersih dan menunjukkan perwujudan yang seragam. Mutu fisiologis benih mencerminkan kemampuan benih untuk bisa
hidup normal dalam kisaran keadaan alam yang cukup luas, mampu tumbuh cepat dan merata, serta dapat disimpan. Mutu genetis benih menunjukkan tingkat
kemurnian varietas yang dihasilkan dari kinerja pemuliaan tanaman atau tingkat keterwakilan keragaman genetik suatu sumber benih.
Benih suren merupakan benih yang sulit untuk disimpan, daya berkecambahnya mudah turun dan rendah persentase tumbuhnya Djam’an,
2000. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mempelajari karakteristik penyimpanan benih suren agar mampu mempertahankan viabilitas benih tetap
tinggi sehingga kebutuhan bibit pada musim tanam tersedia dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu.