Penanganan Benih Suren Pengadaan Benih Untuk Penanaman

4.4. Implikasi Sifat Fisik-Fisiologis Benih Suren terhadap Penanganan dan Pengadaan Benih

4.4.1. Penanganan Benih Suren

Untuk memperoleh benih suren yang masak fisiologis khususnya di daerah Cianjur, maka pengunduhan benih dilakukan pada bulan Maret sampai Mei dengan ditandai oleh pohon yang menggugurkan daun. Buah suren yang telah masak memiliki warna coklat kehitaman tetapi kulit buahnya tidak sampai merekah. Menurut Sadjad 1980 dalam Djam’an 2000, pengunduhan benih dilakukan pada saat musim masak buah yaitu, benih sudah mencapai kondisi penimbunan bahan makanan dan berat kering maksimum sehingga benih telah mengalami masak fisiologis. Ekstraksi benih suren lebih praktis dilakukan dengan cara menjemur buah yang telah masak di bawah sinar matahari ±2-3 jam sehingga kulit buah suren akan membuka. Untuk memisahkan benih suren dengan kulit buahnya dilakukan dengan cara menampi dan menyeleksi benih-benih yang bermutu fisik baik. Benih bermutu fisik baik ditandai oleh benih yang bersayap pada salah satu ujungnya, memiliki kotiledon, berwarna coklat, tidak tercampur dengan benih tanaman lain dan kotoran benih. Pengujian kadar air awal diperoleh kadar air benih suren 11,38. Selanjutnya penyimpanan dengan kadar air tersebut menggunakan wadah simpan kedap uap air berupa aluminium foil sehingga menghasilkan viabilitas benih suren lebih tinggi daripada penyimpanan dengan kadar 5,64 menggunakan wadah simpan besek terbuka maupun kantong terigu. Jika benih suren disimpan dengan kadar air 11,38 menggunakan wadah simpan aluminium foil maka rata-rata daya kecambahnya dapat dipertahankan sampai 70,33 dengan periode simpan sampai 4 minggu. Akan tetapi, rata-rata daya kecambahnya menurun menjadi 50,33 setelah benih suren disimpan sampai periode simpan 6 minggu.

4.4.2. Pengadaan Benih Untuk Penanaman

Untuk pembangunan hutan rakyat maka masyarakat harus memiliki persediaan bibit pada musim tanam dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu. Hutan rakyat merupakan persekutuan pepohonan pada lahan milik rakyat yang ditanam, dipelihara dan dipungut hasilnya untuk memenuhi kebutuhan pemilik lahan. Oleh karena itu, masyarakat harus mampu memperkirakan kebutuhan bibit dan benih untuk penanaman. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengujian benih suren, maka dapat diperkirakan kebutuhan bibit dan benih untuk penanaman sebagai berikut : 1. Rata-rata kadar air awal benih adalah 11,38 2. Rata-rata berat 1000 butir benih adalah 8,10 gram 3. Rata-rata jumlah benih per kilogram adalah 123.408 benih 4. Persentase kemurnian benih adalah 94,17 5. Jika benih suren disimpan dengan kadar air 11,38 menggunakan wadah simpan aluminium foil dengan periode simpan sampai 4 minggu, maka persentase daya berkecambahnya 70,33. 6. Persentase jadi bibit dalam polybag adalah 70 7. Sulaman untuk bibit yang mati di lapangan adalah 20 Menurut ISTA kebutuhan benihha dihitung dengan rumus berikut : Jd benihkg K DB bibitha benihha × ∑ × × ∑ ∑ = Keterangan : DB : persentase daya berkecambah K : persentase kemurnian Jd : persentase bibit yang hidup Hasil pengujian dan perhitungan yang diperoleh maka untuk penanaman dengan jarak tanam 5x5 m 2 membutuhkan bibit sebanyak 400 bibitha. Untuk itu, diperkirakan kebutuhan benih suren adalah 0,008 kgha. Perhitungan kebutuhan benihha untuk penanaman dapat dilihat pada Lampiran 6.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Penyimpanan benih suren dengan kadar air awal 11,38 memiliki viabilitas lebih tinggi daripada dilakukan penurunan kadar air menjadi 5,64. 2. Aluminium foil lebih baik daripada besek maupun kantong terigu untuk wadah simpan benih suren karena mampu mempertahankan viabilitas benih tetap tinggi. Wadah simpan aluminium foil B 1 memiliki daya berkecambah 58,34 dan keserempakan perkecambahan 22,60 lebih tinggi daripada wadah simpan besek B dengan daya berkecambah 55,17 dan keserempakan perkecambahan 20,60 maupun wadah simpan kantong terigu B 2 dengan daya berkecambah 52,90 dan keserempakan perkecambahan 18,93 3. Kombinasi perlakuan kadar air awal 11,38 A dengan wadah simpan aluminium foil B 1 merupakan kombinasi paling optimal untuk penyimpanan benih suren agar viabilitasnya tetap tinggi dengan rata-rata daya berkecambah 70,33. 4. Periode simpan benih suren yang semakin lama telah menurunkan viabilitas benih sehingga tidak dapat disimpan lebih dari 4 minggu agar viabilitasnya tetap tinggi karena setelah disimpan lebih dari 4 minggu daya berkecambah benih suren dengan wadah simpan besek B sebesar 55,17, wadah simpan aluminium foil B 1 58,34 dan wadah simpan kantong terigu B 2 52,90. 5. Berdasarkan kadar air awal benih suren 11,38 dan setelah disimpan sampai 4 minggu rata-rata daya berkecambahnya 70,33, maka benih suren dapat dikategorikan ke dalam benih semi rekalsitran kadar air awal 10-20.