Kadar Air Benih Penyimpanan Benih

7

2.4. Kadar Air Benih

Kadar air benih menentukan aktifitas fisiologis dan biokimia benih. Oleh karena itu, penentuan kadar air benih menjadi suatu faktor penting pada kebanyakan kegiatan penanganan benih Stubsgaard, 1990 dalam Poulsen, 1994. Kadar air penting dalam hubungannya dengan penyimpanan dan daya hidup. Karena kadar air cenderung bervariasi terhadap kelembaban atmosfer, maka perlu dipertimbangkan agar penempatan benih pada kelembaban yang bervariasi diminimumkan sebelum pengujian. Oleh karena itu, benih sebaiknya dikemas dalam wadah kedap udara secepat mungkin setelah pengambilan sampel Schmidt, 2000. Kadar air benih semakin tinggi maka semakin cepat proses kemunduran viabilitas benih. Kaidah Harrington menyatakan bahwa pada kisaran kadar air benih antara 5 sampai 14, penurunan kadar air benih sebanyak 1 akan menggandakan periode simpan tanpa resiko kehilangan daya kecambahnya Harrington, 1972 dalam Laporan Peneliti 1991. Kadar air benih selalu berubah tergantung dengan kadar air lingkungannya karena benih memiliki sifat selalu mencapai kondisi yang equilibriumsetimbang dengan keadaan lingkungannya. Keadaan ini sangat membahayakan kondisi benih karena berkaitan dengan laju kerusakan benih yang pada akhirnya akan mempengaruhi viabilitas benih Kuswanto, 1997 dalam Murti, 2000. Benih intermediet dapat dikeringkan sampai 12-17 dan disimpan selama berbulan-bulan. Benih intermediet juga menunjukkan peningkatan daya simpan pada suhu yang lebih rendah Schmidt, 2000.

2.5. Penyimpanan Benih

Penyimpanan benih adalah usaha pelestarian benih yang berdaya hidup, semenjak pengumpulan hingga penggunaannya di persemaian. Penyimpanan benih merupakan salah satu cara yang praktis untuk melestarikan sumber benih, karena dengan cara ini dapat diperoleh persediaan benih untuk penanaman dan dapat digunakan untuk pelestarian plasma nutfah Manan, 1976. Manan 1978, mengemukakan alasan-alasan perlunya dilakukan penyimpanan benih antara lain : 8 a. Menjaga agar benih dapat mempertahankan energi dan daya kecambahnya selama jangka waktu di antara pengumpulan hingga penyebaran di persemaian atau di lapangan. b. Melindungi benih dari kerusakan yang diakibatkan oleh hama dan penyakit. c. Digunakan pada saat persediaan benih untuk musim tanam tersedia dalam jumlah sangat sedikit. Untuk penyimpanan benih yang lebih lama diusahakan pengurangan kegiatan metabolisme benih. Penurunan kadar air benih akan menurunkan metabolisme sehingga respirasi juga berkurang. Proses pernafasan yang berlangsung terus menerus dengan kecepatan besar akan menghabiskan energi yang tersedia sehingga perombakan bahan cadangan makanan dalam biji semakin tinggi. Akhirnya benih akan kehabisan cadangan makanan pada jaringan-jaringan penting sehingga viabilitas benih menurun dengan cepat. Akibatnya daya berkecambah sangat rendah pada saat diperlukan untuk penaburan di persemaian Manan, 1978. Lamanya benih dapat bertahan hidup pada lingkungan alaminya tergantung pada sifat benih itu sendiri dan lingkungan sekitarnya. Beberapa tipe benih tidak mempunyai ketahanan hidup untuk waktu yang lama Schmidt, 2000. Beberapa hal yang berhubungan dengan penyimpanan benih rekalsitran dan intermediet menurut Schmidt 2000, yaitu : 1. Peka pengeringan Kadar air terendah yang aman adalah 60-70 untuk beberapa jenis rekalsitran ekstrim dan 12-14 untuk beberapa jenis intermediate. 2. Peka suhu rendah 3. Metabolisme aktif pada saat penyebaran 4. Tanpa dormansi Menurut King dan Roberts 1979 dalam Schmidt 2000, sifat rekalsitran yang rumit membatasi manipulasi kondisi penyimpanan dan membuat potensi penyimpanan sangat terbatas, sekalipun dalam kondisi terbaik. Oleh sebab itu, benih harus disimpan pada rentang kelembaban dan suhu yang sempit. Prinsip penting dalam penyimpanan benih rekalsitran adalah penyimpanan sesingkat mungkin. Kondisi penyimpanan sebaiknya ditujukan untuk : 9 • Mencegah pengeringan • Menekan kontaminasi mikroba • Mencegah perkecambahan • Memelihara persediaan oksigen yang memadai

2.6. Wadah Simpan Benih