Gambar 11 Hasil tangkapan rata-rata ikan pelagis kecil selama kuartal 4 di perairan Utara Acehtahun 1999-2009
Pada kuartal 4 periode tahun 1999 hingga 2009, rata-rata proporsi hasil tangkapan terbanyak adalah ikan kembung 259,422 ton yaitu sebesar 22.
Hasil tangkapan ikan teri 245,489 ton sebesar 20, ikan layang 219,755 ton sebesar 18, ikan lemuru 209,043 ton sebesar 17, ikan selar 142,789 ton
sebesar 12, ikan sunglir 101,18 ton sebesar 8 dan ikan tembang 29,485 ton sebesar 3. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata hasil tangkapan dengan proporsi
terbesar pada kuartal 4 adalah ikan kembung
4.4 Hasil tangkapan ikan tahunan
Secara umum, hasil tangkapan ikan di perairan utara provinsi Aceh dapat dilihat dalam skala tahunan dan juga dalam jangka waktu lebih pendek, misalnya
skala kuartal 3 bulan. Baik dalam skala tahun maupun skala kuartal, hasil tangkapan ikan yang didapat nelayan bisa berbeda-beda dipengaruhi oleh pola
migrasi ikan, musim, dan faktor lingkungan perairan lainnya. Gambar 12 menyajikan data perkembangan hasil tangkapan ikan pelagis kecil di perairan
utara provinsi Aceh tahun 1999 – 2009 skala tahunan.
Layang;219,755 ton18
Tembang; 29,485 ton3
Selar; 142,789 ton 12
Teri; 245,489 ton20
Lemuru; 209,043 ton17
Sunglir; 101,18 ton 8
Kembung; 259,422 ton 22
Layang Tembang
Selar Teri
Lemuru Sunglir
Kembung
Gambar 12 Perkembangan hasil tangkapan ikan pelagis kecil di perairan utara Aceh tahun 1999 – 2009.
Gambar 12 menunjukkan hasil tangkapan dominan yaitu ikan teri, layang, dan kembung yang didapat nelayan di perairan Aceh selama periode tahun 1999-
2009. Hasil tangkapan tersebut sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Ikan teri merupakan hasil tangkapan terbanyak nelayan periode tahun 2000-2001, dan pada
tahun 2002-2004 sedikit menurun dan digantikan oleh ikan kembung. Hasil tangkapan ikan layang meningkat pesat pada periode tahun 2005-2007.
4.5 Pemilihan Alat Tangkap Ikan Pelagis Kecil
Pemilihan alat tangkap ini dilakukan untuk menentukan keandalan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis kecil di perairan utara
Aceh, sehingga dapat menjamin kelestarian potensi ikan pelagis kecil dan kelangsungan pemanfaatan di masa yang akan datang. Pemilihan alat tangkap
ikan pelagis kecil ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek pengelolaan yang terkait dengan aspek teknologi, aspek biologi, dan aspek
keberlanjutan. Alat tangkap yang dinilai merupakan alat tangkap yang selama ini digunakan oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan pelagis kecil di perairan
utara Aceh, yaitu jaring insang hanyut JIH, jaring insang tetap JIT, jaring lingkar JL, payang, pukat cincin, jaring klitik JK, pukat udang, pukat pantai,
dan trammel net.
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500
1998 2000
2002 2004
2006 2008
2010
P ro
d u
k s
i t
o n
Tahun
Kembu ng
Layang Temban
g Selar
Teri Layar
Lemuru
4. 5.1 Penilaian Setiap Aspek Pengelolaan 4.5.1.1 Penilaian aspek teknik
Penilaian aspek teknis ini mendukung pemilihan alat tangkap dari pertimbangan-pertimbangan teknis yang berpengaruh, seperti jumlah produksi,
kapasitas mesin, jumlah ABK, ukuran armada, dan lainnya, sehingga dapat diketahui kelayakan fisik alat tangkap untuk dioperasikan dalam kegiatan
penangkapan ikan. Analisis teknis ini sangat berkaitan dengan kelayakan pengoperasian alat tangkap ikan apakah termasuk efektif atau tidak bila
dioperasikan. Tabel 5 menyajikan hasil penilaian aspek teknis alat tangkap ikan pelagis kecil di perairan utara Aceh. Jaring insang hanyut merupakan alat tangkap
ikan pelagis kecil yang menempati prioritas pertama pada kriteria kelengkapan peralatan produksi X1, CPUE X2, CPUEABK X3, CPUEPK X4, dan
CPUEGTX5 Tabel 5 Hasil penilaian aspek teknik alat tangkap
Alat Tangkap
X1 UP1 X2
UP2 X3
UP3 X4
UP4 X5
UP5
Pukat Ikan 2
3 316,560
6 63,312
4 21,104 5
63,312 4
Payang 3
2 206,280
7 18,753
8 6,876
7 10,314
7 Pukat Pantai
4 1
849,780 4
47,210 6 84,978
1 424,890 1
Pukat cincin 4
1 2935,300 1 244,608
1 65,229 3
117,412 2
Jaring Insang
Hanyut 4
1 2833,900 2 236,158
2 80,969 2
113,356 3
Jaring Lingkar
3 2
73,646 9
9,206 9
2,946 9
4,910 9
Jaring Klitik 2
3 420,160
5 52,520
5 16,806 6
42,016 6
Jaring Insang
Tetap 2
3 191,880
8 19,188
7 5,482
8 9,594
8 Tramel Net
3 2
953,520 3
73,348 3 23,838
4 47,676
5
Keterangan : X1 = kelengkapan peralatan produksi
X2 = CPUE kgtrip X3 = CPUEABK kgorg
X4 = CPUEPK kgunit X5 = CPUEGT kgPK
UP = urutan prioritas Hasil standarisasi penilaian aspek teknis setiap alat tangkap berdasarkan
kriteria produksi rata-rata per trip CPUE, CPUE per ABK, CPUE per PK, dan CPUE per GT disajikan pada pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil standarisasi penilaian aspek teknik alat tangkap
Alat Tangkap V1
V2 V3
V4 V5
VA UP
Pukat Ikan 0,000 0,085 0,230 0,221 0,139
0,675 5
Payang 0,500 0,046 0,041 0,048 0,013
0,648 6
Pukat Pantai 1,000 0,271 0,161 1,000 1,000
3,433 3
Pukat cincin 1,000 1,000 1,000 0,759 0,268
4,027 2
Jaring Insang Hanyut
1,000 0,965 0,964 0,951 0,258 4,138
1 Jaring Lingkar
0,500 0,000 0,000 0,000 0,000 0,500
8 Jaring Klitik
0,000 0,121 0,184 0,169 0,088 0,562
7 Jaring Insang
Tetap 0,000 0,041 0,042 0,031 0,011
0,126 9
Trammel Net 0,500 0,307 0,272 0,255 0,102
1,436 4
Berdasarkan Tabel 6, jaring insang hanyut merupakan alat tangkap yang paling unggul urutan prioritas 1 dari aspek teknis dalam mendukung pengelolaan
perikanan pelagis kecil di perairan utara Aceh VA=4,138. Keunggulan alat tangkap ini dari aspek teknis ini lebih didukung oleh nilainya yang baik untuk
kriteria kelengkapan peralatan produksi V1=1,000, hasil tangkapan per trip CPUE V2=0,965, CPUE per ABK V3=0,964, CPUE per PK V4=0,951,